Inginkah Anda Mendengar Kebenaran? (Bahasa Indonesia)
Beberapa orang menghabiskan waktu mereka membantu dan merawat orang lain, dengan pikiran, kecerdasan, waktu, perhatian, sumber daya, dan kemampuan mereka. LUAR BIASA. Mereka melakukannya tanpa mencari pengakuan atau pujian. Orang-orang seperti ini telah menemukan ramuan ajaib dalam hidup. Suatu eliksir yang merubah hidup kita menjadi bermakna. Bayangkan diri Anda di bulan, menatap bumi, mencari titik kecil yang adalah diri Anda. Lakukan visualisasi ini setiap hari tidak peduli anda relijius atau tidak. Lihatlah perubahan pikiran Anda seiring dengan berjalannya waktu. Ingatlah, diri anda hanya setitik. Hidup bisa terhenti dengan mudahnya. Anda mungil, namun keinginan dan perasaan Anda terproyeksi secara berlebihan menjadi sesuatu ilusi yang terasa sangat penting dan membutakan. Ini adalah delusi yang secara buta kita ikuti seperti ngengat pada api. Jangan terlalu terpaku pada delusi ini. Usia lanjut, penyakit, masalah, bencana, kematian, dan kekecewaan selalu mengintai karena kita menciptakan sebab untuk merasakannya. Ini bukan untuk menjadi negatif, tapi jujur. Hidup dijalani dengan baik ketika rasa sakit telah disadari. Kita harus menyadari bahwa rasa sakit tidak bisa dihindari. Hadapi dan lihatlah sumber sebenarnya dari rasa sakit ini. Kita bisa mengurangi efek rasa sakit ini dengan perbuatan baik. Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang dibawa oleh karma anda sendiri. Menyalahkan orang lain menciptakan karma baru yang membawa penderitaan di masa depan. Dan pada saat itu, orang yang kalian salahkan mungkin tidak akan ada di sana untuk disalahkan. Salahkan karma, bukan orang lain. Dan anda telah menciptakan karma ini. Ingatlah selalu setiap hari. Jangan menyalahkan orang lain atas apa yang dibawa oleh karma anda sendiri. Mengapa? Karena menyalahkan akan menciptakan karma baru dan siklusnya tidak ada habisnya.
Kemarahan menandakan ketidakpuasan terhadap diri sendiri karena tujuan egois tidak tercapai. Egoisme adalah musuh sejati. Orang lain hanyalah penonton. Egoisme dan semua tindakan yang didasarinya akan menghancurkan setiap orang. Ini adalah kebenaran dari keberadaan manusia yang tak terhindarkan. Kita tidak bisa menghindarinya. Tidak ada orang yang berhasil menghindarinya dan bila kita menganggap diri sebagai pesulap yang bisa melakukan cara “abracadabra”, coba saja. Banyak orang-orang yang lebih pandai mencoba dan gagal. Egoisme adalah musuh yang sebenarnya dan ini berlaku bagi semua. Terimalah kenyataan ini dan berubahlah. Atau hindari dan menarik lebih banyak rasa sakit.
Beberapa orang pergi mengunjungi tempat-tempat yang tidak ada habisnya, menghibur diri, mengejar nafsu, kesenangan, menghabiskan uang hanya untuk diri sendiri dan memamerkannya di media sosial. Mereka memuja hal-hal dangkal dan duniawi. Hal-hal duniawi yang mereka anggap penting hanyalah ilusi taman eden yang mereka puja dan harapkan. Apa yang mereka puja hanyalah ilusi yang semakin besar dan pada akhirnya menyebabkan kejatuhan yang besar juga. Mereka melakukan hal ini berulang kali dan bahkan menarik ‘penggemar’ yang menyukai dan menyebarkan pos media sosial mereka karena para ‘penggemar’ ini juga tidak tahu banyak. Mereka bukan orang tidak baik karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka ikuti. Seperti seseorang yang menderita HIV dan dengan sadar menyebarkannya kepada orang lain yang tidak mengetahui apa itu HIV dan mempraktikkan kopulasi dengan cara yang menularkannya pada orang lain. Mereka memuliakan proses transmisi dan orang-orang yang tidak tahu mengikutinya. Tetapi pada akhirnya, mereka yang bodoh mengikuti Pied Piper ke sungai dan tenggelam. Terkadang, orang-orang egois yang mencari kenikmatan diri dan memuliakannya memang menginginkan kemuliaan, nama, posisi dan terlihat baik. Mereka menginginkan nama dan kemuliaan tanpa menghabiskan banyak waktu bekerja keras. Mereka tidak mengindahkan dan merendahkan kerja keras dan komitmen orang lain yang menginginkan sesuatu yang baik dan bertahan lama.
Dan ketika mereka tidak bisa menyusul orang-orang yang bekerja keras, mereka menghina mereka yang terus melanjutkan dan membenarkan perginya dan tidak adanya partisipasi dari mereka. Meskipun mereka memiliki hak untuk pergi, kejujuran tetaplah penting. Ketika melakukan kesalahan, mereka tidak mau anda membuka suara dan mereka tidak pernah memperbaiki diri karena selalu bersembunyi. Mereka menginginkan pengakuan universal, menciptakan ilusi dunia di mana mereka selalu terlihat baik walaupun mereka terlihat mengerikan, tetapi semua ini tidak dibicarakan. Seperti jika bila tidak dibicarakan, maka hal ini tidak ada. Mereka bersikap baik pada orang kaya dan berkuasa, tetapi kasar terhadap mereka yang dianggap rendah atau akan menerima sikap kasar mereka.
Mereka menghabiskan lebih banyak waktu memaafkan dan bersikap baik pada mereka yang kaya seperti bila tingkat toleransi mereka telah mencapai puncak Himalaya. Tetapi pada orang-orang disekitar mereka, kesabaran mereka terbatas. Mereka membawa pengaruh negatif pada orang-orang di sekitar mereka. Pengaruh mereka merambah pada pasangan, sahabat, anak-anak, kerabat dan orang tua. Mereka cenderung cepat marah jika keinginan mereka tidak terpenuhi. Semuanya selalu berpusat pada mereka; mereka mengharapkan semua orang untuk mengabdi pada mereka, merayu mereka agar “bahagia” kembali, dan memohon pengampunan saat mereka marah. Ketika mood mereka buruk, komunikasi terputus. Mereka berhenti, membanting pintu, melarikan diri. Dan segala kesalahan SELALU diarahkan kepada orang lain.
Hutang budi dan apa yang kamu berikan pada mereka di masa-masa menyenangkan lenyap begitu cepat seperti tetesan air di padang pasir Sahara. Seolah-olah kamu tidak pernah berbuat baik pada mereka. Mereka akan menceritakan pada seluruh dunia bahwa ini gara-gara si ‘ini’ atau si ‘itu’ tanpa henti. Taktik ini mungkin berhasil sesaat. Mereka BAHKAN MENYALAHKANMU ATAS KEMARAHAN MEREKA DAN MENGINGINKAN MUKA UNTUK MENUTUPI PERILAKU BURUK MEREKA ketika mereka sudah ‘tenang’ akhirnya! Orang-orang di sekitar mereka diharapkan tunduk pada perasaan mereka. Karena mereka tidak pernah merendahkan diri di hadapan siapapun, tetapi suatu hari nanti, pembalasan akan datang. Mereka akan kehabisan orang-orang yang mentolerir sifat mereka. Mereka selalu benar dan semua orang lain salah seakan-akan mereka memiliki otoritas ilahi, bahkan mungkin seperti Manjushri.
Seiring waktu kalian bisa lihat, orang-orang seperti ini sebenarnya adalah yang paling tidak bahagia di dunia. Tidak ada orang yang bahagia hidup dengan ilusi bahwa mereka sempurna, tanpa kesalahan dan semua orang harus bersujud pada mereka. Sikap mereka yang tidak konsisten, mudah menyerah, temperamental, manja, malas, dan ingin nama dan kemuliaan tanpa banyak usaha adalah bumbu-bumbu dari sup kemarahan. Mereka memiliki kemarahan tersembunyi yang merupakan kelemahan mereka dan kebenaran yang mereka hindari. Kemarahan itu berasal dari pikiran egois yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Mungkin egois adalah kata-kata yang tidak enak didengar, tapi apakah Anda bersedia mendengar kebenaran? Dengan kebenaran, segala sesuatu bisa dilakukan.
Ketika ledakan kemarahan mereka mereda, mereka berupaya berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi. Tidak ada permintaan maaf yang tulus. Perlu diwaspadai, individu semacam ini kehilangan dua komoditas paling berharga dalam hidup – PERSAHABATAN DAN CINTA SEJATI/KEPEDULIAN. Apa lagi yang memiliki makna dalam hidup? Pada akhirnya, uang, posisi sosial, kekuasaan, dan kecantikan tidak akan menarik siapapun selain pencari keuntungan. Perhatikan contoh orang-orang di sekitar anda, baik itu di masa lalu maupun sekarang, yang tampaknya ‘memiliki segalanya’ atau ‘pernah memiliki’, tetapi sejatinya hidup mereka hampa. Orang-orang menjauh dari mereka. dan mereka menarik individu sejenis untuk menikmati keegoisan mereka. Mereka saling memanfaatkan. Pada akhirnya, mereka ditempatkan dalam keadaan kesepian, hancur, dan membenci diri sendiri.
Meskipun mereka menunjukkan tarian kehidupan yang tampak menyenangkan, musik akan berhenti. Proses penuaan, penyakit, dan menunggu kematian sendirian, karena hidup mereka dijalani tanpa makna.
Bahkan memiliki kekayaan dapat menjadi kutukan, bukan berkah, karena orang hanya menanti-nanti mereka untuk meninggal demi mendapatkan warisan. Setiap interaksi dengan orang-orang yang mereka ‘cintai’ dan teman-teman menjadi menyakitkan, jarang didasarkan pada kasih sayang. Mereka hidup dalam keadaan kemarahan, terbangun dalam kemarahan, tidur dalam kemarahan, makan dalam kemarahan, tersenyum dengan kemarahan, berpikir dalam kemarahan, terlihat cantik dengan kemarahan, berpergian dalam kemarahan, mandi dalam kemarahan, pergi ke pesta dalam kemarahan, belajar dalam kemarahan, membayar tagihan dalam kemarahan, dan pada dasarnya, mereka dikuasai amarah.
Segala tindakan yang mereka lakukan bertujuan untuk mendapatkan perhatian. Dan ketika mereka mendapatkan perhatian, amarah mereka meningkat karena perhatian ini tidak pernah cukup bagi mereka. Mereka memberi makan kepada monster besar yang terus tumbuh.
Amarah adalah monster dan menginginkan pengakuan dan perhatian mengasupi monster ini. Egoisme menjadi bahan bakar utama bagi kemarahan.
Mereka dengan mudah meninggalkan individu yang baik, penuh kasih, dan peduli pada mereka. Meskipun orang-orang ini tidak layak menderita, tetapi keinginan mereka yang penuh kemarahan dan ekspresinya menciptakan karma yang membawa derita. Mereka akan terus mengalami siklus ini. Kemarahan bisa bersuara keras atau diam, datang dengan senyuman dan kata-kata lembut, tetapi akan termanifestasi seiring waktu karena ketidakbahagiaan batin mereka, dan mereka akan menghancurkan dunia dan eksistensi anda bila ada kesempatan, terlepas dari mereka sadar atau tidak.
Mungkin anda meragukan keberadaan karma, coba jelaskan ketidaksetaraan di dunia dan sekitar anda. Anda dapat menjelaskan ketidaksetaraan berdasarkan pengalaman dalam hidup anda sendiri. Hidup dalam pikiran egois menciptakan karma dan menarik kemarahan yang berujung pada bencana bagi diri sendiri. Keegoisan hanya akan menarik kemarahan, karena seiring waktu, ambisi egois akan melambat atau berhenti akibat kehilangan teman, penyakit, penuaan, atau bahkan kehilangan orang dan uang. Meskipun kebiasaan mungkin tidak mati, kerinduan tetap hidup. Memiliki kebiasaan tanpa sarana untuk melanjutkan keegoisan hanya akan menimbulkan lebih banyak kemarahan, kepahitan, dan menyalahkan orang lain.
Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, kita menua. Jadi sarana yang kita miliki untuk ‘menarik’ orang dan membuat mereka mentolerir ledakan emosi, keegoisan akan pudar. Tetapi keinginan untuk diperhatikan, ‘bersenang-senang’, melakukan kegiatan-kegiatan yang didasari egoisme tidak ikut pudar dan semua ini menimbulkan penderitaan. Penderitaan ini berasal dari keinginan yang tidak turut pudar dan diperkuat dengan kebiasaan. Penderitaan akan perubahan. Penderitaan akan ketidak-kekalan. Bila dalam hidup yang kita pelihara hanyalah tujuan egois dan kenikmatan belaka, maka kita akan mengalami hasil yang negatif. Anda tidak bisa memberi warna hitam pada sesuatu dan kemudian kecewa ketika hasilnya bukan warna putih.
Setiap individu HARUS MENJAUHI nasib ini untuk diri mereka sendiri. Bersabarlah. Atasi kemarahan. Minta maaf jika bersalah dan JANGAN MENGULANGI. Integritas menjadi dasar perkembangan pikiran ke tingkat pemikiran dan eksistensi yang lebih tinggi. Berlaku baik kepada semua orang dan bersikap toleran. Kendalikan kemarahan sampai tak lagi dapat dikendalikan. Anda dapat mengendalikan asupan makanan, berjalan, buang air kecil, buang air besar, pengeluaran, dan hiburan, mengapa tidak mengendalikan kemarahan? Itu adalah bagian dari diri anda.
Meskipun anda mungkin memiliki pasangan atau suami dan istri, namun hal itu tidak selalu memiliki makna, karena hanya sebatas nama. Beberapa orang mungkin ‘berada’ di sekitar anda, namun bukan teman atau yang mencintai anda. Meski ada pengecualian, jangan menjadikan pengecualian sebagai norma. Beberapa mungkin hanya terbiasa berada di sekitar anda atau sama egoisnya, sehingga merasa nyaman bersama anda. Sulit mencintai seseorang yang penuh amarah, mementingkan diri dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Jika mereka melakukannya, sesuatu yang kurang baik mungkin ‘direncanakan’. Orang yang pemarah dan berfokus pada diri sendiri suatu saat harus membayar harga keegoisan mereka cepat atau lambat. Tidak ada jalan keluar.
Ini adalah ajaran dari banyak tokoh hebat. Ada ribuan contoh mengenai hal ini dan tidak akan ketinggalan jaman. Ketika orang lain mengecewakan kita, jangan biarkan kekecewaan ini menjadi alasan untuk kemunduran, karena hasilnya akan dialami anda, bukan mereka. Jangan menggunakan kegagalan orang lain sebagai justifikasi untuk mundur atau berbuat tidak hormat.
Tidak ikut serta dalam kejatuhan mereka dan membiarkan itu mempengaruhi anda dan anda ikut jatuh. Anda tidak membantu mereka, dan anda tidak bisa menyalahkan mereka ketika anda ditinggalkan dan mengalami hasilnya. Anda menyakiti banyak orang seperti anda disakiti. Sakit yang anda rasakan sama validnya seperti sakit yang anda berikan pada orang lain ketika anda tidak memiliki integritas. Tepati janji anda atau alami kemunduran. Jangan biarkan orang lain kecewa karena anda. Rasa sakit yang mereka berikan akan menjadi rasa sakit yang sama dengan yang anda berikan kepada orang lain. Mereka tidak berharga untuk menjadi sebab kejatuhan anda. Kita tidak boleh melupakan hal ini terlepas dari apakah kita beragama atau tidak. Ini bukan soal agama, melainkan alkimia kehidupan. Seperti alkimia yang mengubah logam menjadi emas, kebaikan dan tidak mementingkan diri sendiri adalah alkimia kehidupan yang mengubah penderitaan kita menjadi kebahagiaan. Atasi kualitas negatif dan tingkatkan kualitas positif kita.
Bila kita memiliki keyakinan agama, seharusnya latihan keagamaan digunakan untuk mengendalikan pikiran kita. Kita harus MENERAPKAN ajaran agama, bukan hanya mempelajarinya atau mengetahuinya.
Ada pepatah Zen yang mengatakan, “Keledai yang membawa setumpuk kitab suci tetaplah seekor keledai.” Pesannya adalah bahwa memiliki semua pengetahuan agama di dunia atau berada di dekatnya tidaklah berguna jika tidak diterapkan untuk menghilangkan atau mengurangi pikiran egois. Kita harus menerapkan isi buku-buku suci. Ini adalah tujuannya. Apa artinya mengetahui banyak hal tanpa menerapkannya. Kunci kedua adalah segera menerapkan ajaran tersebut pada diri sendiri. Bila anda tidak religius, itu juga wajar karena anda masih ingin hidup yang baik. Jangan pernah merusak hubungan dengan amarah. Hidup yang baik bukanlah tentang memanjakan diri tanpa henti, melainkan hidup untuk memberikan manfaat kepada orang lain.
Kenikmatan mudah dipahami. Mereka memberikan kenikmatan sesaat dan merusak kita dan lingkungan kita dalam jangka panjang. Pertimbangkan hal ini dan hadapi kebenaran dengan pikiran yang tulus. Tidak bisa kabur, bahkan jika kita tidak ingin memikirkannya. Badai akan datang terlepas dari apakah kita memilih untuk bersiap atau tidak. Ramalan cuaca hanya dapat memberi peringatan, dan guru Dharma atau Dharma hanya dapat memberi peringatan baik-baik. Menghadapi kenyataan akan membantu kita mengubah sesuatu yang buruk menjadi baik.
Pada akhirnya, tanya pada dirimu, apakah Buddha mencapai pencerahan atau tidak? Jika ya, maka pencerahan itu ada. Bila pencerahan itu ada, maka itu harus menjadi tujuan kita. Pencerahan adalah keadaan tanpa keinginan, tanpa penderitaan, dan tanpa egoisme. Jika anda meyakini bahwa Buddha telah mencapai ini, dan anda percaya pada sang Buddha, maka [pencerahan] harus menjadi tujuan anda juga. Pencerahan Buddha menghapus rasionalitas pikiran egois pada tingkat apa pun. Pencerahan Buddha mengalahkan anda dalam perdebatan tentang tujuan egois anda. Oleh karena itu, mengapa kita mempertahankannya? kita harus menghapuskan pikiran yang egois dan melakukan usaha-usaha yang diperlukan dengan semangat setiap hari. Ini bukan masalah keagamaan. Jangan bersembunyi di balik label religius atau tidak religius. Ini tentang anda, siapa diri anda, dan masa depan anda. Jika anda memilih untuk percaya bahwa Buddha tidak mencapai pencerahan, maka anda benar, silahkan teruskan ketidakbahagiaan anda dengan sukacita seumur hidup. Semua orang salah. Tidak ada yang mendapatkan pencapaian atau tingkat pikiran yang lebih tinggi. Buddha adalah pembohong dan pencerahannya tidak benar, dan dia hanyalah seseorang yang egois.
Pikiran egois dan kenikmatan kita adalah istadewata tertinggi dan terus kita sembah. Pikirkan baik-baik. Apakah Yidam anda (Buddha yang berjodoh dengan anda), istadewata yang cemerlang mengemanasikan kemarahan dengan enam lengan yang menyimbolkan kesenangan, kenikmatan, keserakahan, ketidakstabilan, proyeksi dan keegoisan?
‘Yidam’ ini tidak baik untuk kita. Sudah waktunya mengganti ke Yidam yang mencabut pikiran egois dan memiliki banyak lengan untuk membantu pertumbuhan spiritual kita. Yidam yang memiliki enam lengan yang masing-masing lengannya menyimbolkan ketabahan, konsistensi, kesabaran, toleransi, integritas dan kebaikan. Yidam cemerlang yang beremanasi dari kebaikan. Sebuah kebaikan yang ditanam dalam diri kita. Berapa jumlah lengan dan Yidam yang dipilih hanyalah simbolis tetapi masukan informasi yang saya berbagi dalam hati karena saya tidak bermaksud menyinggung. Tetapi tugas saya adalah berbagi Dharma dan esensi Dharma berkembangnya pikiran yang baik seperti dalam seri ajaran Lojong. Ini adalah Yidam terbaik untuk dirangkul dan ditanam. Bila anda ingin mendengarkan kebenaran, saya baru saja berbagi mengenai hal ini. Ini bukan kebenaran versi saya, tetapi kebenaran dari Manusia Bijak yang bersifat universal, Sang Buddha, makhluk tercerahkan yang telah disuling agar mudah dimengerti.
Sharing ini saya tulis setelah terinspirasi oleh renungan mengenai teks bermakna dalam yang berjudul “RODA SENJATA TAJAM,” di mana Yamantaka diminta untuk menghancurkan pikiran yang mementingkan diri sendiri, penyebab dari segala penderitaan.
Saran saya adalah membaca teks ini setiap bulan. Inti dari setiap praktik keagamaan atau menjalani kehidupan yang baik adalah penghancuran pikiran yang mementingkan diri sendiri dan pendampingnya yang berbahaya, yaitu amarah. Saya menyarankan untuk membaca teks ini setiap bulan. Saya sangat merekomendasikan teks ini. Intisari dari praktik beragama dan menjalankan hidup baik adalah memusnahkan pikiran egois dan teman celakanya – amarah.
Tsem Rinpoche
Roda Senjata Tajam
Latihan Pikiran Mahayana
Dalam bahasa Tibet dikenal sebagai “Theg-pa-chen-po’i-blo-sbyong-mtshon-cha-‘khor-lo” – karya Dharmarakshita
Roda Senjata Tajam, sebuah teks dasar untuk latihan pikiran dalam Mahayana, dihasilkan oleh sang yogi luhur Dharmarakshita. Teks ini diperkenalkan di Tibet oleh Pandit India luhur, Atisha (982-1054), dan diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke bahasa Tibet oleh Atisha dan murid utamanya, Upasaka Drom Tonpa.
Terjemahan ke bahasa Inggris dari teks Tibet disiapkan oleh Biro Terjemahan Perpustakaan Karya & Arsip Tibet.
Judul karya ini adalah ‘Roda Senjata Tajam
Menyerang Hati Musuh dengan Efektif’.
Saya menyampaikan penghormatan tulus kepada anda, Yamantaka;
Kemarahan anda berlawanan dengan Sang Tuan Kematian.
(1)
Di hutan, kawanan merak berdiri gagah di antara tanaman beracun,
Meski taman indah penuh obat-obatan tak jauh.
Kawanan merak tak menikmati taman itu,
Tetapi mereka berkembang dengan esensi tanaman beracun.
(2)
Dengan cara yang serupa, para Bodhisattva yang berani
Tetap berada di hutan keprihatinan duniawi.
Tak peduli seberapa bahagianya taman kenikmatan dunia ini,
Para pemberani ini tak pernah tertarik pada kesenangan,
Melainkan berkembang di hutan penderitaan dan sakit.
(3)
Kita menghabiskan seluruh hidup mencari kesenangan,
Namun gemetar takut hanya pada pikiran rasa sakit;
Maka karena kita pengecut, kita masih merana.
Namun, Bodhisattva pemberani menerima penderitaan dengan senang hati
Dan memperoleh dari keberanian mereka kebahagiaan sejati yang abadi.
(4)
Kini keinginan adalah hutan tanaman beracun di sini.
Hanya yang berani, seperti merak, dapat berkembang dengan makanan seperti itu.
Jika makhluk pengecut, seperti gagak, mencobanya,
Karena mereka rakus, mereka mungkin kehilangan nyawa mereka.
(5)
Bagaimana seseorang yang lebih mengutamakan diri sendiri daripada orang lain
Dapat mengonsumsi nafsu dan racun berbahaya sebagai makanan?
Jika dia mencoba seperti gagak menggunakan delusi lain,
Mungkin dia akan kehilangan kesempatan untuk bebas.
(6)
Dan demikianlah Bodhisattva diibaratkan sebagai merak:
Mereka hidup dengan delusi – tanaman beracun itu.
Mentransformasikannya menjadi esensi praktik,
Mereka berkembang di hutan kehidupan sehari-hari.
Apa pun yang disajikan, mereka selalu menerimanya,
Sambil menghancurkan racun dari keinginan melekat.
(7)
Pengembaraan tak terkendali melalui lingkaran keberadaan
Disebabkan oleh menganggap ego sebagai sesuatu yang nyata.
Sikap bodoh ini mewartakan kedatangan iblis
Dari kepedulian egois untuk kesejahteraan kita sendiri saja:
Kita mencari keamanan untuk ego kita sendiri;
Kita hanya menginginkan kesenangan dan menghindari segala rasa sakit.
Namun sekarang kita harus mengusir semua dorongan egois
Dan dengan senang hati menerima kesulitan demi kebaikan semua orang.
(8)
Semua penderitaan kita berasal dari kebiasaan kita
Dari delusi egois yang kita turuti dan kita lakukan.
Karena kita semua berbagi dalam nasib malang ini,
Yang berasal dari cara pandang yang sempit dan egosentris kita,
Kita harus mengambil semua penderitaan kita dan penderitaan orang lain
Dan menghentikan keinginan egois kita.
(9)
Jika dorongan muncul sekarang untuk mencari kesenangan kita sendiri,
Kita harus mengalihkannya untuk memenuhi keinginan orang lain;
Karena bahkan jika orang yang kita cintai melawan kita,
Kita harus menyalahkan kepentingan diri kita sendiri dan merasa itu pantas.
(10)
Ketika tubuh kita merana dan dilanda rasa penyiksaan yang hebat
Oleh penyakit yang mengerikan yang tidak bisa kita tahan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Hingga sekarang kita telah melukai tubuh orang lain;
Selanjutnya, mari kita tanggung sakit mereka.
(11)
Saat merasa terpuruk dan penuh penderitaan mental,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah mengganggu pikiran orang lain,
Selanjutnya, mari kita tanggung penderitaan itu sendiri.
(12)
Saat lapar atau haus melanda kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita menyimpan milik kita untuk diri sendiri tanpa berbagi,
Kita telah menjarah dan mencuri dan memikat orang lain.
Selanjutnya, mari kita ambil rasa lapar dan haus dari orang lain.
(13)
Ketika kita tidak bebas dan harus tunduk pada orang lain,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita meremehkan yang rendah
Dan menggunakan mereka untuk melayani kebutuhan egois;
Selanjutnya, mari kita berikan pelayanan bagi mereka
Dengan kerendahan hati, tubuh dan pikiran.
(14)
Saat kita hanya mendengar kata-kata kotor dan kasar,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita banyak berbicara tanpa berpikir,
Kita telah memfitnah dan memutuskan banyak tali persahabatan.
Selanjutnya, mari kita menyaring semua perkataan yang tidak dipikirkan.
(15)
Saat kita lahir dalam kondisi penindasan dan menyedihkan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita selalu melihat dengan pandangan negatif –
Kita mengkritik orang lain, hanya melihat kelemahan mereka.
Selanjutnya, mari kita kembangkan perasaan positif
Dan lihat lingkungan sekitar sebagai tempat tak tercemar dan murni.
(16)
Saat kita terpisah dari teman dan orang yang dapat membantu kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah merebut teman dan pelayan baik
milik orang lain, menginginkan mereka untuk diri kita sendiri.
Selanjutnya, jangan pernah menyebabkan perpisahan antar sahabat dekat.
(17)
Saat guruku yang suci tidak senang dengan kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita berpaling dari guru dan ajaran,
Lebih memilih nasehat dari teman yang menyesatkan.
Selanjutnya, mari kita akhiri hubungan ketergantungan
Pada mereka yang menjauhkan kita dari sang jalan.
(18)
Saat kita dituduh secara tidak adil atas kesalahan orang lain,
dan disalahkan karena kekurangan yang tidak kita miliki,
dan selalu menjadi objek caci maki,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah membenci dan meremehkan guru kita.
Selanjutnya, jangan pernah menuduh orang lain dengan tidak benar,
Tetapi berikan penghargaan penuh atas kebaikan yang mereka miliki.
(19)
Saat benda-benda yang kita butuhkan dan gunakan
untuk konsumsi harian rusak atau terbuang,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita ceroboh dengan milik orang lain.
Selanjutnya, mari kita berikan apa pun yang mereka butuhkan.
(20)
Saat pikiran kita tidak jelas dan hati kita tidak bahagia,
Kita bosan berbuat kebajikan tetapi tergugah oleh maksiat,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah mengarahkan orang lain ke tindakan tidak bermoral.
Selanjutnya, mari kita tidak pernah menyediakan kondisi
yang membuat mereka mengikuti sifat negatif mereka.
(21)
Saat pikiran kita terganggu dan kita merasa frustrasi
Karena segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita menyebabkan gangguan
ketika orang lain berfokus pada perbuatan baik;
Selanjutnya, mari kita hentikan interupsi seperti itu.
(22)
Saat tak satu pun dari tindakan kita membuat guru-guru kita senang,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini dihadapan para guru, kita pura-pura saleh perilakunya,
namun ketika mereka tidak ada, kita kembali kepada dosa.
Selanjutnya, mari kita kurangi kemunafikan
Dan mengambil semua ajaran ke lubuk hati dengan tulus.
(23)
Saat orang lain menemui kesalahan dalam apa pun yang kita lakukan
Dan mereka tampak ingin hanya menyalahkan kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah tak tahu malu, tidak peduli dengan orang lain,
Kita berpikir bahwa perbuatan kita sama sekali tidak berpengaruh.
Selanjutnya, mari kita hentikan perilaku yang menyinggung.
(24)
Saat pelayan dan teman kita terganggu oleh kebiasaan kita,
Dan setelah beberapa waktu tidak bisa tinggal di rumah kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah memaksakan kebiasaan buruk kita pada orang lain;
Selanjutnya, mari kita berubah dan hanya menunjukkan sikap yang baik.
(25)
Saat semua yang dekat berbalik melawan kita sebagai musuh,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah menyimpan dendam di dalam diri dengan kemarahan,
Dan memikirkan metode licik untuk menyakiti orang lain.
Selanjutnya, cobalah kurangi kepura-puraan,
Tidak berpura-pura baik sembari menyimpan tujuan yang buruk.
(26)
Saat kita menderita sakit dan gangguan
Khususnya ketika asam urat membengkakkan kaki kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini tanpa rasa malu dan kendali diri,
kita telah mencuri atau menyalahgunakan apa yang diberikan orang lain.
Selanjutnya, janganlah mengambil apa pun yang dipersembahkan
Kepada Tiga Permata Perlindungan seolah-olah itu milik kita.
(27)
Saat stroke dan penyakit menyerang tanpa peringatan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah melanggar sumpah dan kata-kata kehormatan.
Selanjutnya, mari kita hindari perbuatan buruk semacam itu.
(28)
Saat pikiran kita menjadi kabur ketika kita belajar,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selama ini kita telah berpikir bahwa studi Dharma
kurang penting dan bisa diabaikan.
Selanjutnya, mari kita bangun kebiasaan bijaksana
Untuk mendengarkan dan memikirkan tentang apa yang diajarkan sang Buddha.
(29)
Ketika kita tertidur takala mempraktikkan kebajikan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita telah mengumpulkan sebab untuk mendapatkan halangan
menghambat praktik kebajikan kita.
(Kita tidak menghormati ajaran kitab suci;
Kita menduduki buku dan membiarkan teks [Dharma] berceceran di lantai.
Kita juga meremehkan mereka yang memiliki pandangan mendalam.)
Selanjutnya, demi praktik Dharma kita,
Tanggunglah semua kesulitan yang kita hadapi.
(30)
Ketika pikiran kita melayang dan terjerumus dalam delusi,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Itulah dampak dari kesalahan kita yang kembali membentur kita.
Sampai sekarang, kita lalai dalam bermeditasi
Mengenai cacat yang menelusup dunia fana ini;
Selanjutnya, mari berusaha meninggalkan eksistensi ini
(Dan pahami sifat sementara dari segala hal).
(31)
Ketika segala urusan kita, baik yang bersifat keagamaan maupun duniawi,
Menemui kesulitan dan jatuh dalam kehancuran,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita meremehkan hukum sebab dan akibat;
Selanjutnya, berlatihlah dengan kesabaran dan kekuatan.
(32)
Ketika ritual yang kita lakukan tidak pernah berhasil,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita bergantung pada dewa-dewa dunia ini
atau tindakan tidak bijaksana untuk membawa kelegaan;
Selanjutnya, pergi ke arah yang berbeda
Dan tinggalkan tindakan tidak bermoral.
(33)
Ketika tidak ada keinginan kita yang terwujud,
Meskipun kita telah berdoa kepada Tiga Permata Berharga,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita memiliki komitmen yang tidak sempurna
terhadap sang Buddha yang ajarannya patut dipercayai sepenuhnya;
Selanjutnya, mari kita mengandalkan
Sang Buddha, ajarannya, dan para pengikutnya.
(34)
Ketika prasangka, polio, atau stroke melumpuhkan kita,
Dan kekuatan luar atau celaka melawan kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita telah mengumpulkan banyak keburukan
Dengan melanggar sumpah dan menyinggung para pelindung
Dalam praktik kita mulai dari pengabdian pada guru sampai Tantra;
Selanjutnya, hilangkan semua pandangan yang berprasangka.
(35)
Ketika kita kehilangan kendali atas kemana kita harus pergi,
Dan selalu harus berkelana seperti anak terlantar tanpa tempat tinggal,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita telah mengganggu guru suci dan lainnya
Dan memaksa mereka pindah dari rumah atau tempat duduk mereka;
Selanjutnya, jangan pernah menyebabkan gangguan pada orang lain
dengan kejam mengusir mereka dari kediamannya.
(36)
Ketika tanaman di ladang terus-menerus diserang
Oleh kekeringan, banjir, hujan es, serangga, dan embun beku,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita gagal memenuhi janji-janji kita;
Selanjutnya, pertahankan kemurnian sumpah moral kita.
(37)
Ketika kita miskin, namun dipenuhi dengan keserakahan dan keinginan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita kikir dan enggan berbagi.
Persembahan kita kepada Tiga Permata sedikit;
Selanjutnya, mari memberi dengan murah hati.
(38)
Ketika tubuh kita buruk rupa dan orang lain menyiksa kita
Dengan mengejek kekurangan kita, tidak pernah menunjukkan rasa hormat,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita membuat gambar yang tidak indah,
Dengan melampiaskan amarah, kita membuat suasana tidak enak;
Selanjutnya, cetak buku dan buat rupang yang indah,
dan jangan mudah marah, tetapi bersikap penuh suka cita.
(39)
Ketika keterikatan dan amarah mengganggu dan mengecewakan kita
Tidak peduli seberapa besar usaha kita untuk menekannya
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita masih memegang pandangan yang tidak benar,
mengutamakan diri sendiri dengan keras kepala;
Selanjutnya, cabutlah kepentingan diri sepenuhnya.
(40)
Ketika kesuksesan dalam praktik selalu menghindari kita,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita terlalu terikat pada ego kita,
Sepenuhnya tenggelam dalam cara mengutamakan diri;
Selanjutnya, dedikasikan semua tindakan baik
yang kita lakukan, agar makhluk lain dapat berkembang.
(41)
Ketika pikiran kita tak terkendali meskipun kita berbuat baik,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita terlibat dalam ambisi duniawi
yang hanya mengincar kesuksesan untuk diri sendiri dalam kehidupan ini;
Selanjutnya, marilah kita bekerja dan berusaha dengan tulus
untuk memupuk keinginan mencapai pantai kebebasan.
(42)
Ketika setelah kita melakukan tindakan kebajikan
kita merasa menyesal atau meragukan efeknya,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita bersikap plin plan dan, digerakkan oleh motif tertentu,
Hanya memperhatikan dan mendukung mereka yang memiliki kekuasaan atau kekayaan;
Selanjutnya, marilah kita bertindak dengan kesadaran diri yang utuh,
Mengerahkan kehati-hatian dalam cara kita berteman.
(43)
Ketika mereka yang berambisi membalas kepercayaan sahabat
dengan merayu kita dengan rencana licik mereka,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, karena ambisi, kita bersikap dengan kesombongan,
Selanjutnya, marilah kita meredam kebanggaan yang berpusat pada diri sendiri.
(44)
Ketika daya tarik atau tolak
Mewarnai apa yang kita dengar atau katakan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita telah mengabaikan sebab semua masalah kita:
Gumpalan delusi yang bersemayam dalam hati kita;
Selanjutnya, marilah kita berusaha meninggalkan semua hambatan –
Perhatikan munculnya, telaah dengan baik.
(45)
Ketika tidak peduli seberapa baik niat tindakan kita terhadap orang lain,
mereka selalu mengundang respons yang bermusuhan,
Ini adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Sampai sekarang, kita membalas kebaikan dengan kebencian;
Selanjutnya, marilah kita selalu menerima bantuan orang lain
dengan hormat dan rendah hati.
(46)
Singkatnya, setiap kali kemalangan dan penderitaan
Yang tidak diinginkan menyambar kita seperti petir,
Itu sama dengan pandai besi yang mengakhiri
hidupnya dengan pedang buatannya sendiri.
Penderitaan kita adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selanjutnya, marilah kita selalu berhati-hati dan sadar
untuk tidak melakukan tindakan jahat.
(47)
Semua penderitaan yang telah kita alami
dalam kehidupan kita di tiga alam bawah,
serta sakit saat ini dan mendatang,
Sama seperti kasus pembuat panah
yang kemudian tewas oleh panah buatannya sendiri.
Penderitaan kita adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selanjutnya, marilah kita selalu berhati-hati dan sadar
untuk tidak melakukan tindakan jahat.
(48)
Ketika masalah dan kekhawatiran kehidupan keluarga menyedihkan kita,
Ini sama dengan kasus seorang anak
yang dibesarkan dengan kasih sayang, lalu membunuh orang tuanya.
Penderitaan kita adalah roda senjata tajam yang kembali
Penuh lingkaran pada kita dari kesalahan yang telah kita lakukan.
Selanjutnya, sebaiknya dalam semua kehidupan kita
kita hidup dengan murni sebagai biksu atau biksuni.
(49)
Karena memang benar apa yang telah saya katakan tentang kepentingan diri,
Saya mengenali musuh saya dengan jelas sekarang.
Saya mengenali dengan jelas bandit yang menjarah,
pembohong yang memikat dengan berpura-pura menjadi bagian dari diri;
Oh, betapa leganya bahwa saya telah menaklukkan keraguan ini!
(50)
Dan begitu juga Yamantaka, putarlah dengan kekuatan besar
roda senjata tajam dari tindakan baik sekarang.
Putarlah tiga kali, dalam aspek kemurkaanmu –
kaki terpisah untuk dua tingkat kebenaran,
dengan mata yang berkobar untuk kebijaksanaan dan sarana.
(51)
Pamerkanlah taring empat musuh besar,
Makanlah musuh kita – keegoisan yang kejam!
Dengan mantra ampuh menghargai sesama,
Hancurkanlah musuh ini yang mengintai dari dalam!
(52)
Dengan gelisah kita berlari melalui hutan kusut kehidupan,
Dikejar oleh senjata tajam dari kesalahan yang telah kita perbuat
Yang kembali menyerang kita; kita kehilangan kendali.
Penjahat licik dan mematikan ini – keegoisan dalam diri kita,
Menipu diri kita dan semua orang lain –
Tangkaplah dia, tangkaplah dia, Yamantaka yang garang,
Panggil musuh ini, bawa dia keluar sekarang!
(53)
Hancurkan dia, hancurkan dia, cabut jantungnya
Dari menggenggam ego, cinta pada diri sendiri!
Injaklah dia, injaklah dia, tari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini!
Robeklah jantung dari si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir!
(54)
Hum! Hum! Tunjukkan semua kekuatanmu, Pelindung yang perkasa.
Dza! Dza! Ikatlah musuh ini; jangan biarkan dia lepas.
P’a! P’a! Lepaskan kami dengan kekuatanmu, Penguasa sang Tuan Kematian yang Agung.
Potong! Potong! lepaskan simpul kepentingan diri yang mengikat kita dari dalam.
(55)
Muncullah, Yamantaka, Pelindung yang murka;
Saya masih memiliki permohonan lebih lanjut untuk Anda.
Karung berisi lima racun, kesalahan, dan delusi ini,
Menarik kita ke dalam pasir hisap kesibukan kehidupan sehari-hari –
Potonglah, potonglah, robeklah menjadi cabikan-cabikan!
(56)
Kita tertarik pada penderitaan kelahiran kembali yang menyedihkan,
Namun tanpa memikirkan rasa sakit, kita mengejar penyebabnya.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(57)
Kita memiliki harapan tinggi untuk mendapatkan pencapaian yang cepat,
Namun tidak dengan giat melakukan praktik yang diperlukan.
Kita memiliki banyak proyek bagus yang rencananya akan dicapai,
Namun tak satupun dari mereka terealisasi pada akhirnya.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(58)
Keinginan kita untuk bahagia sangat kuat setiap saat,
Namun kita tidak mengumpulkan pahala untuk meraih hasil ini.
Kita memiliki sedikit daya tahan terhadap kesulitan dan penderitaan,
Namun dengan kejam mendorong hal-hal yang kita inginkan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(59)
Dengan relatif mudah, kita mengembangkan persahabatan baru,
Namun karena kita tidak berperasaan, tidak satupun dari mereka bertahan.
Kita penuh dengan keinginan akan makanan dan pakaian yang bagus,
Namun gagal untuk mendapatkannya, kita mencuri dan merencanakannya.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(60)
Kita ahli dalam menyanjung orang lain untuk mendapatkan bantuan,
Namun selalu mengeluh, kita sedih dan tertekan.
Uang yang telah kita kumpulkan tidak bisa kita lepaskan;
Seperti orang kikir, kita menyimpannya dan merasa miskin.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(61)
Sedikit yang kita lakukan untuk memberikan manfaat bagi orang lain,
Namun selalu mengingatkannya seberapa besar kontribusi yang kita berikan.
Seumur hidup, kita seolah tidak pernah meraih prestasi apa pun,
Namun, dengan membual, kita terhanyut dalam kesombongan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(62)
Meskipun memiliki banyak guru dan pengajar hebat yang membimbing,
Kita seringkali mengabaikan kewajiban dan mengacuhkan ajaran mereka.
Walaupun punya banyak murid, kita jarang membantu mereka,
Kita tidak mau memberikan mereka nasihat
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(63)
Janji kami untuk melakukan banyak perbuatan mulia,
Namun pada kenyataannya, kita seringkali memberikan bantuan yang minim.
Reputasi spiritual kita tersebar luas,
Namun di dalam, pikiran-pikiran kita menjijikkan
Tidak hanya di mata dewa, tetapi juga di mata setan dan hantu.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(64)
Meskipun kita sedikit membaca, hanya mendengar beberapa ajaran,
Namun dengan yakin berbicara dengan ahli tentang kekosongan.
Pengetahuan kita tentang kitab suci sangatlah menyedihkan,
Namun dengan fasih kita mengarang dan mengatakan apa yang kita suka.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(65)
Walaupun memiliki banyak pembantu dan orang di sekitar,
Namun tidak ada yang patuh atau mendengarkan perkataan kita.
Kita merasa punya teman di posisi berkuasa,
Namun saat membutuhkan bantuan, kita ditinggalkan sendirian.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(66)
Meskipun telah mencapai status tinggi dan prestise,
Pengetahuan kita lebih sedikit daripada hantu.
Kami dianggap sebagai guru besar, namun bahkan setan pun
Tidak memiliki kebencian atau keinginan melekat seperti itu
Atau pandangan yang tertutup seperti yang kita miliki.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(67)
Kita membicarakan teori dan ajaran paling maju,
Namun perilaku sehari-hari kita lebih buruk daripada anjing.
Kita berpengetahuan, cerdas, dan fasih dalam pengetahuan besar,
Namun mengabaikan dasar etika kebijaksanaan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(68)
Kita memiliki keinginan egois dan kemarahan yang mengerikan
Yang tumbuh dalam diri, meskipun tidak akan pernah kita akui;
Namun tanpa provokasi, kita mengkritik orang lain
Dan dengan rasa benar diri menuduh mereka dengan kesalahan yang kita miliki.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(69)
Kita mengenakan jubah saffron, namun mencari perlindungan
Dan berlindung pada arwah dan dewa-dewa dunia ini.
Meskipun berjanji dengan khidmat memegang sumpah moral yang ketat,
Tindakan kita sesuai dengan cara busuk para setan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(70)
Kesenangan dan kebahagiaan kita berasal dari para Buddha,
Para guru, ajaran, dan mereka yang hidup berdasarkan ajaran tersebut,
Namun masih saja kita memberikan persembahan kepada hantu dan arwah.
Semua petunjuk kita berasal dari ajaran,
Namun masih saja kita menipu orang-orang yang memberikan nasehat ini.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(71)
Kita mencari kedamaian di kehidupan monastik terasing,
tetapi tergoda oleh hiruk-pikuk, kita berpetualang ke kota.
Meskipun mendengar ajaran tentang praktik yang paling mulia,
Kita menghabiskan waktu meramal dengan dadu.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(72)
Meninggalkan sumpah biksu, jalan yang membawa para kebebasan;
kita lebih memilih menikah, punya anak dan memiliki keluarga.
Dengan mengabaikan peluang langka untuk bahagia,
kita malah mengejar penderitaan, masalah dan kesengsaraan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(73)
Mengesampingkan praktik menuju pembebasan,
kita mengembara mencari kenikmatan atau usaha.
Kita telah mendapatkan tubuh manusia yang berharga,
kita malah menggunakannya untuk terlahir kembali di neraka.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(74)
Mengabaikan dampak manfaat ajaran bagi kita
kita sibuk berbisnis demi keuntungan semata.
Meninggalkan pelajaran bijak para guru,
kita mengunjungi berbagai tempat mencari kesenangan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(75)
Kita menyimpan harta tanpa mau menggunakannya,
Dan bergantung pada teman untuk mendapatkan makanan dan pakaian.
Kita mengesampingkan warisan ayah,
mengambil sebanyak mungkin dari orang lain.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(76)
Sungguh menakjubkan seberapa sedikit kesabaran yang kita miliki
untuk melakukan meditasi, kita berpura-pura
memiliki kekuatan khusus untuk membodohi orang lain.
Kita tidak pernah mengejar jalan kebijaksanaan mendalam,
Namun berlari tergesa-gesa kesana kemari tanpa diperlukan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(77)
Seseorang memberikan nasehat tulus,
Demi kebaikan kita, meskipun keras di telinga kita,
kita melihat mereka sebagai musuh.
Namun jika seseorang tanpa kepedulian tulus untuk kita
Menipu kita dengan kata-kata yang suka kita dengar,
Tanpa rasa atau ketajaman, kita menanggapinya dengan sikap manis.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(78)
Ketika orang lain menganggap kita sebagai sahabat sejati,
Dan mengungkapkan rahasia mereka dengan kepercayaan penuh
kita mengungkapkan rahasia mereka kepada musuh.
Meskipun memiliki teman baik yang selalu bersama kita,
kita mencari kelemahan mereka untuk menyiksanya.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(79)
Kecemburuan kita kuat dan apapun yang disampaikan
Kita selalu skeptis dan meragukan maknanya.
Kita rewel, mudah marah, sulit bekerja sama,
Menimbulkan perilaku menjengkelkan bagi orang lain.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(80)
Ketika seseorang meminta kita melakukan sesuatu untuknya,
kita tidak pernah mau membantu, malah memikirkan
Cara berliku-liku untuk mencelakakannya.
Saat orang mengakui dan setuju dengan pendapat kita,
Kita tidak menyetujui – kita tetap bersikeras berdebat.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(81)
Kita sering kali tidak mengindahkan apa yang dikatakan orang lain;
Kita adalah cobaan bagi orang sekitar; menegangkan saraf mereka.
Perasaan kita tersakiti oleh komentar-komentar kecil,
Kita sangat pendendam – kita tidak pernah memaafkan.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(82)
Rasa iri sering kali muncul terhadap mereka yang memiliki status tinggi,
dan kita menganggap guru suci sebagai ancaman yang harus dihindari.
Kewalahan oleh keterikatan dan dikuasai oleh nafsu,
Kita menghabiskan waktu mengejar cinta yang muda.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(83)
Kita tidak memandang persahabatan sebagai komitmen jangka panjang,
Tanpa berpikir, kita mengabaikan teman-teman lama.
Dan saat berkenalan dengan orang baru,
Kita mencoba memberikan kesan besar.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(84)
Meski tidak memiliki kewaskitaan, namun kita berpura-pura memiliki kekuatan
Dan ketika terbukti salah, kita harus menanggung semua keluhan.
Kasih kita sedikit terhadap orang sekitar;
Ketika mereka berbuat salah, kita cepat marah.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(85)
Pendidikan kita rendah dan pengetahuan kita terbatas,
Setiap kali berbicara, kita tidak percaya diri.
Pengetahuan kita tentang teks-teks suci sangat terbatas,
Ketika mendengar ajaran baru, kita meragukan kebenarannya.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(86)
Membiasakan diri dengan amarah dan nafsu,
kita membenci setiap orang yang kita temui;
dan membiasakan diri dengan kebencian dan cemburu,
kita menyalahkan orang lain, menolak keberhargaan mereka.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(87)
Kita tidak mengikuti prosedur pembelajaran yang benar,
menganggap tidak perlu membaca teks-teks yang luas.
Kita merasa tidak ada nilai belajar dari guru;
meremehkan ajaran lisan dan merasa tahu yang terbaik.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(88)
Kita sering gagal menjelaskan ajaran “Tiga Keranjang” [Tripitaka],
Malah lebih suka berfokus pada teori-teori yang kita ciptakan sendiri.
Kita tidak punya keyakinan mendalam dan iman terhadap ajaran;
Apapun yang kita katakan membuat murid bingung.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(89)
Kita sering kali tidak membenci tindakan yang tidak bijaksana dan tidak bermoral,
malah kita mempermasalahkan dan mencoba menemukan kekurangan
Dalam ajaran yang sangat baik dan karya para guru besar.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(90)
Kita sering kali tidak merasa malu saat berperilaku memalukan;
hanya perbuatan terhormat yang membuat kita merasa malu.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(91)
Semua hal yang seharusnya kita lakukan, tidak pernah sekalipun kita lakukan,
Karena perilaku yang tidak pantas menghabiskan semua waktu kita.
Injaklah dia, Injaklah dia, menari di atas kepala
Konsep pengkhianatan dari kepedulian egois ini.
Robeklah jantung si penyembelih egois
Yang menyembelih peluang kita untuk mencapai pembebasan akhir.
(92)
Wahai pemusnah setan keegoisan yang perkasa.
Dengan tubuh bijaksana yang terlepas dari segala ikatan,
Yamantaka, datanglah ayunkan gada kepala tengkorakmu
Dari kebijaksanaan tak berego kekosongan dan kebahagiaan.
Tanpa keraguan, sekarang gunakan senjatamu yang ganas
dan ayunkan tiga kali di sekeliling kepalamu.
(93)
Dengan segala keganasanmu, hancurkanlah musuh ini yang busuk!
Ledakkan konsep ego dengan kebijaksanaanmu yang hebat dan perkasa!
Dengan kasihmu yang tak terbatas, lindungilah kami dari penderitaan
Kesengsaraan yang disebabkan tindakan egois kami;
Hancurkanlah kasih-sayang diri kita sekali untuk selamanya!
(94)
Dengan segala penderitaan yang dialami oleh orang lain,
hancurkan sepenuhnya kekhawatiran egois kita.
Penderitaan orang lain timbul dari lima racun;
Karenanya, apapun delusi yang mempengaruhi makhluk lain,
ambil untuk menghancurkan delusi diri.
(95)
Meskipun kita tidak punya keraguan, karena kita sepenuhnya mengenali
penyebab dan akar kesalahan yang kita buat,
jika masih ada bagian pikiran kita yang akan cenderung
mendukung ilusi diri yang kita miliki,
Hancurkan pegangan kuat bagian pikiran ini
Yang, berlawanan dengan keinginan sejati, membodohi kita.
(96)
Karena semua yang salah dapat ditelusuri ke satu sumber –
Kepentingan diri yang paling kita cintai –
Kita harus meditasi sekarang tentang kebaikan orang lain.
Menerima penderitaan yang tidak pernah mereka inginkan,
kita harus sepenuhnya mendedikasikan kebajikan kita kepada semua.
(97)
Dengan menerima diri kita sendiri semua tindakan keliru
dan dipengaruhi delusi yang dilakukan orang lain di masa lalu,
Saat ini, dan masa depan dengan pikiran, perkataan, dan tubuh,
Semoga delusi orang lain serta milik kita sendiri
Menjadi kondisi yang menguntungkan untuk mencapai pencerahan kita,
Sama seperti merak yang makan racun dan berkembang.
(98)
Seperti burung gagak yang dapat sembuh setelah menelan racun
dengan penawar ampuh yang diberikan tepat waktu,
Mari kita arahkan kebaikan kita kepada semua makhluk,
Agar ini dapat mengisi kembali peluang mereka untuk mendapatkan kebebasan –
Semoga semua makhluk hidup segera mencapai ke-Buddha-an!
(99)
Sampai pada saat semua makhluk ibu dan saya
Mencapai kondisi yang sempurna agar kita dapat menjadi Buddha,
meskipun kekuatan tindakan kita dapat menyebabkan kita mengembara
melalui berbagai alam dalam enam keadaan kelahiran kembali,
Semoga kita selalu dapat membantu satu sama lain
Untuk menjaga agar tujuan kita tetap teguh di pantai pencerahan.
(100)
Maka, bahkan demi satu makhluk saja,
mari dengan senang hati kita lahir di tiga tingkatan kelahiran rendah.
Dengan tindakan pencerahan yang tidak pernah melemah,
Semoga kita membimbing semua makhluk dalam kelahiran yang menyedihkan
Keluar dari penderitaan dan penyebab rasa sakit mereka.
(101)
Segera setelah kita menempatkan diri kita di alam mereka
Semoga penjaga neraka melihat kita sebagai guru
Semoga senjata penyiksaan berubah jadi bunga;
Semoga semua bahaya terdiam – damai dan kebahagiaan tumbuh.
(102)
Semoga bahkan Makhluk neraka mengembangkan kewaskitaan
Dan mendapatkan kelahiran yang lebih tinggi sebagai manusia atau dewa.
Dengan mengembangkan keinginan kuat untuk menjadi Buddha,
Semoga mereka membalas kebaikan kita dengan mengindahkan ajaran
Dan menganggap kita sebagai guru dengan percaya diri.
(103)
Semoga semua makhluk di tiga kelahiran tinggi
Menyempurnakan meditasi tentang ketiadaan ego.
Dengan cara ini, semoga mereka menyadari ketiadaan diri
Di keterlibatan duniawi dan kebebasan juga.
Semoga mereka menempatkan konsentrasi di atas keduanya sama rata,
Melihat sifat mereka sebagai sama-sama kosong.
(104)
Bila kita menerapkan metode-metode ini kita akan segera dapat mengatasi
Musuh kita yang sebenarnya: mementingkan diri dan mencintai diri.
Bila kita menerapkan metode-metode ini kita juga akan mengatasi
Konsep palsu ego yang kita anggap nyata.
Karenanya dengan meditasi gabungan tentang ketiadaan ego
Dan kesatuan kebijaksanaan kekosongan dan kebahagiaan,
Bagaimana mungkin ada orang yang tidak mengumpulkan sebab untuk memenangkan
Tubuh fisik sang Buddha dan buahnya, ke-Buddha-an?
(105)
O pikiran, mengertilah topik yang dibahas di sini
adalah semua fenomena saling-ketergantungan
Semua hal mengandalkan fenomena saling ketergantungan
Untuk ada – mereka tidak bisa berdiri sendiri.
Proses perubahan menarik seperti sulap,
Bentuk fisik hanyalah penampilan mental.
Seperti obor yang berputar terlihat seperti lingkaran api.
(106)
Tidak ada yang substansial dengan kekuatan hidup seseorang –
Hancur bagai balok kayu yang terendam air.
Tidak ada yang substansial dengan jangka waktu hidup siapapun –
Ia mudah pecah seperti gelembung busa.
Semua hal di dunia berpenampilan laksana kabut;
Ketika diteliti dari dekat, mereka pudar tak terlihat.
Seperti khayalan, semua hal ini dari jauh terlihat indah,
Tetapi ketika kita mendekat, mereka tidak ditemukan.
(107)
Semua hal bagai rupa di cermin,
Dan ketika kita menganggap mereka nyata, sangat nyata.
Semua hal seperti kabut atau awan di gunung,
Tetapi, kita menganggap mereka stabil dan kukuh.
Musuh kita: memaksakan identitas ego
sebagai milik kita, yang kita harap aman,
Dan penjagalnya: mengutamakan kepentingan diri –
Seperti semua hal yang terlihat nyata,
Walaupun mereka tidak pernah benar-benar nyata.
(108)
Walaupun mereka terlihat kongkret dan nyata,
Mereka tidak pernah nyata kapanpun, dimanapun.
Mereka bukanlah hal yang harus kita bebankan dengan nilai utama
Kita juga tidak boleh menyangkal kebenaran relatif mereka.
Karena ego dan mencintai diri sendiri
Tidak memiliki fondasi substansial dan kemandirian yang sebenarnya,
Jadi, bagaimana mereka menghasilkan tindakan yang berdiri sendiri?
Dan bagaimana lingkaran setan nan kejam, penderitaan,
Buah dari tindakan-tindakan ini, nyata pada intinya?
(109)
Walau semua hal tidak memiliki keberadaan inheren
Akan tetapi seperti wajah rembulan yang bisa terlihat
Pada secangkir air yang merefleksikan rupanya,
Berbagai aspek dari sebab dan akibat
Nampak di dunia relatif ini sebagai refleksi.
Jadi, di dunia penampakan ini,
Mari pastikan bahwa kita hanya melakukan kebajikan
Dan menghindari tindakan yang akan menyebabkan sakit yang amat sangat.
(110)
Ketika tubuh kita hangus dalam mimpi buruk mengerikan
Karena ledakan bara akhir dunia,
Walaupun siksaan ini tidak benar-benar terjadi,
Kita merasa ketakutan dan berteriak.
Seperti itu juga, kelahiran yang tidak menguntungkan
Di neraka atau sebagai setan sebenarnya tidak nyata,
Tetapi kita bisa merasakan sakitnya.
Karenanya takut akan penderitaan seperti dibakar hidup-hidup,
Kita harus menghentikan semua tindakan yang menyebabkan hasil ini.
(111)
Ketika pikiran kita mengigau, terbakar demam,
Walaupun tidak ada kegelapan, kita merasa terjungkir
Semakin dalam dalam lubang hitam
Dengan dinding yang menekan mendekat, semakin dalam kejatuhan kita.
Seperti itu juga, walaupun kita dipengaruhi kebodohan gelap
Absennya keberadaan diri, kita
Harus membebaskan diri dari penyempitan yang mencekik
Dengan menerapkan tiga jenis kebijaksanaan.
(112)
Ketika musisi memainkan melodi yang indah,
Jika kita perhatikan suara yang mereka buat,
Kita akan melihat bahwa suaranya tidak berdiri sendiri.
Tetapi ketika kita tidak menganalisis secara formal,
Tetap ada melodi indah yang terdengar,
Hanya sebagai label pada not balok dan pemain,
Itulah mengapa musik yang indah dapat meringankan hati yang sedih.
(113)
Ketika kita meneliti efek dan penyebabnya,
Kita lihat keduanya tidak memiliki keberadaan inheren –
Mereka tidak dapat berdiri sendiri, baik secara utuh atau terpisah,
Namun tampaknya muncul secara independen peristiwa naik,
dan turun yang sebenarnya dikondisikan
Oleh berbagai kekuatan, komponen, dan bagian.
Itu adalah tingkat di mana kita mengalami
Kelahiran, kematian, dan segala yang dibawa kehidupan.
Jadi, dalam dunia penampakan ini,
Mari selalu pastikan tindakan kita berbudi
Dan hindari semua tindakan yang akan menyebabkan rasa sakit.
(114)
Ketika sebuah vas diisi oleh tetesan air,
Tetesan pertama tidak mengisi sampai penuh;
Dan juga bukan beberapa tetesan terakhir yang memenuhinya.
Dia diisi oleh kumpulan tetesan yang saling terkait
Dari sebab dan kekuatan yang datang bersamaan –
Air, penuang, vas, dan sejenisnya.
(115)
Hal yang sama terjadi ketika kita mengalami
Kenikmatan dan rasa sakit: hasil dari masa lalu.
Efek tidak berasal dari tindakan penyebab pertama,
Juga tidak muncul dari beberapa tindakan terakhir.
Kenikmatan dan rasa sakit berasal dari
Kumpulan kekuatan dan penyebab yang digabungkan.
Jadi, dalam dunia penampakan ini,
Mari selalu pastikan tindakan kita berbudi
Dan hindari semua tindakan yang menyebabkan rasa sakit.
(116)
Ketika tidak melakukan analisis formal dengan logika,
Hanya membiarkan kejadian hidup mengalir dengan bebas,
Meski kita mengalami perasaan nikmat,
Dalam kebenaran hakiki, penampilan kebahagiaan ini
Tidak memiliki keberadaan diri yang nyata dan inheren.
Namun, pada tingkat operasional sehari-hari,
Penampilan ini memiliki kebenaran relatif.
Memahami sepenuhnya makna mendalam ini
Akan sulit bagi orang yang lambat memahami.
(117)
Dan sekarang, ketika kita mencoba merenung
Tentang kekosongan, bagaimana kita bisa merasakan
Kebenaran konvensional pada saat yang sama?
Namun, ada apakah yang benar-benar memiliki keberadaan diri?
Dan apa yang benar-benar tidak memiliki kebenaran relatif?
Bagaimana bisa seseorang di mana pun mempercayai hal-hal seperti itu?
(118)
Sama seperti objek kekosongan tidak memiliki keberadaan diri,
Ketiadaan objek itu sendiri sama.
Menghindari kejahatan dan mempraktikkan kebajikan
Juga tidak memiliki konstruksi mental
Bahwa mereka adalah tindakan independen, mandiri.
Sebenarnya, secara keseluruhan, mereka benar-benar tidak memiliki
Semua proyeksi mental dan semua prakonsepsi.
Jadi, jika kita dapat fokus pada konsentrasi yang jelas
Pada ketiadaan tanpa pikiran kita berkelana,
Maka benar-benar kita akan menjadi makhluk luar biasa
Dengan pemahaman mendalam tentang ketiadaan yang paling dalam.
(119)
Dengan berlatih cara ini, dua Bodhicitta
Kebenaran ultimatif dan konvensional,
Dan dengan menyelesaikan tanpa gangguan
Kumpulan wawasan dan juga pahala,
Semoga kita semua segera mencapai pencerahan penuh
Memberikan apa yang kita dan semua yang lain telah dambakan.
‘Roda Senjata Tajam Dengan Efektif Menusuk Hati Musuh’ ditulis oleh Yogi Agung Dharmarakshita selama retretnya di hutan tempat banyak hewan pemangsa menyeramkan berkeliaran. Yogi Agung ini, yang memiliki pengetahuan kitab suci yang luas, kekuatan logika, dan wawasan mendalam, menyajikan inti ajaran dari semua guru beliau yang suci. Praktiknya selalu sejalan dengan esensi ini selama masa retretnya yang menantang selama zaman yang kemerosotan pada masa hidupnya.
Dari murid-muridnya yang banyak, Dharmarakshita mentransmisikan ajaran ini kepada Atisha (982-1054); Atisha mempraktikkannya kemanapun dia pergi untuk menjinakkan mereka yang paling liar. Ketika Atisha mengembangkan wawasan sejati terhadap dua Bodhicitta melalui ajaran ini, dia menciptakan bait-bait berikut:
Saya mengalami banyak kesulitan meninggalkan kehidupan keluarga kerajaan,
Namun, dengan mengumpulkan banyak pahala kebajikan,
saya bertemu seorang guru sejati, Dharmarakshita.
Dengan menunjukkan ajaran-ajaran seperti nektar tertinggi ini,
Beliau memberi saya kedaulatan atas pikiran saya;
Sekarang saya telah menaklukkan semua musuh kuat,
Menghafal sepenuhnya kata-kata yang beliau ajarkan.Meskipun saya tidak memihak pada sudut pandang partisan – Setiap kali mempelajari berbagai ajaran,
Saya berusaha melebarkan kebijaksanaan saya
Untuk melihat keajaiban tak terbatas dalam setiap tradisi – Namun, saya harus mengakui bahwa ajaran ini, khususnya,
Sangat membantu di zaman kemerosotan ini.
Dari banyak muridnya yang luar biasa di India dan Tibet, Atisha menyampaikan ajaran ini kepada Upasaka Drom Tonpa, yang diramalkan sebagai murid yang paling cocok oleh banyak istadewata meditasi Atisha seperti Tara. Atisha menyampaikan ajaran ini kepada Drom Tonpa untuk menenangkan pikiran murid-murid di daerah terpencil Tibet yang sulit dijinakkan.
Karya ini diterjemahkan dari bahasa Sanskerta ke Bahasa Tibet oleh Atisha dan putra spiritualnya, Drom Tonpa.
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Biografi Singkat Tsem Rinpoche Dalam Foto (Bahasa Indonesia)
- Pertanyaan Mengenai Rasa Cemburu (Bahasa Indonesia)
- 35 Buddha Pengakuan (Bahasa Indonesia)
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden – Pelindung Masa Kini (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Wangze untuk Anugrah Daya Kuasa dan Pengaruh (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)
- Kyabje Zong Rinpoche: Kelahiran, Kematian & Bardo (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details