Nasehat Dorje Shugden untuk Losar 2021 (Bahasa Indonesia)
Awal Tahun Baru Tibet, atau Losar, dirayakan semua orang Tibet di seluruh dunia. Orang Tibet percaya bahwa pahala dicurahkan 100.000 kali lipat lebih banyak selama perayaan Losar yang berlangsung selama 15 hari. Tetapi menurut tradisi ada dua hari yang paling terberkati adalah hari pertama dan terakhir.
Karena itulah pada hari pertama Losar, ada tradisi meminta Penubuat Panglung untuk melakukan perasukan Pelindung Dharma Dorje Shugden supaya beliau dapat memberikan pesan dan nasehat untuk sepanjang tahun baru.
Tradisi suci dalam memanggil Dorje Shugden untuk merasuki penubuat terlatih telah diturunkan dari generasi ke generasi. Para penubuat suci ini terkenal di Tibet karena mereka mampu memberikan pesan akurat yang seringkali bisa menyelamatkan nyawa. Di antara banyak contoh yang ada, mungkin yang paling dikenal adalah ketika Dorje Shugden melalui Penubuat Panglung yang ke-6 menasehati Yang Suci Dalai Lama ke-14 untuk segera meninggalkan Tibet dan memberikan rute yang aman untuk mencapai India, sehingga nyawa Dalai Lama bisa selamat.
Penubuat Panglung adalah salah satu penubuat utama yang menyuarakan Pelindung Dharma Dorje Shugden. Dalam tradisi ritual Penubuat Panglung, Dorje Shugden memasuki dan kemudian melakukan tarian vajra menggunakan sebilah pedang dengan tujuan untuk melibas rintangan. Kemudian beliau menerima persembahan dan memberikan berkat. Tapi ketika Dorje Shugden tidak tinggal lama-lama, bentuk damai dari Kache Marpo, dikenal sebagai Yumar Gyalchen, masuk menggantikan beliau.
Bertindak sebagai menteri dan juru bicara Dorje Shugden, beliau biasanya akan melakukan perasukan dalam waktu yang panjang atau sesuai kebutuhan. Dengan seijin Dorje Shugden, Yumar Gyalchen akan menerima persembahan, memberikan ajaran, ramalan, nasehat, bimbingan serta berkat. Ajaran yang beliau berikan berasal dari Dorje Shugden dan menggambarkan kebijaksanaan yang sangat dalam sekaligus pengetahuan yang terkumpul dalam masa-masa hidup yang tak terkira banyaknya, seperti hidup lampau beliau sebagai Dulzin Drakpa Gyaltsen, Panchen Sonam Drakpa dan lainnya.
Pesan tahunan Dorje Shugden untuk Losar memberikan bimbingan spiritual untuk tahun baru dan lengkap dengan kutipan dari teks-teks suci. Pesan tersebut dimulai dengan mengingatkan kita bahwa jika kita ingin menciptakan kondisi yang tepat bagi hidup kita saat ini dan pencerahan, kita seharusnya melakukan praktik sebanyak mungkin. Hal ini secara khusus termasuk ajaran, praktik, transmisi dan instruksi yang diberikan oleh guru spiritual kita. Dorje Shugden juga mengingatkan kita akan ketidak-kekalan, karena kita semua jarang merenungkan atau bahkan ingat akan betapa tidak kekalnya hidup kita. Beliau meminta kita untuk mempelajari Dharma untuk bisa mengerti tentang dua tipe ketidak-kekalan dan untuk merenungkannya, karena hal ini dapat merubah perspektif kita dan mendorong kita untuk melakukan transformasi dalam hidup.
Bahkan ketika kita mendalami Dharma, kita harus sadar bahwa hal tersebut dimaksudkan untuk diterapkan bagi kita sendiri dan dalam praktik spiritual kita. Karena itu, Dorje Shugden memberikan contoh debat filosofis tentang ketidak-kekalan suara, yang bertujuan untuk memperdalam pengertian kita tentang ketidak-kekalan diri kita sendiri. Dorje Shugden juga menjelaskan bahwa tubuh kita dan agregatnya telah tercemar dan ketidakmurnian inilah yang menyebabkan delusi dan penderitaan. Sekali lagi, Dorje Shugden mengingatkan kita untuk tetap berpraktik dan tidak berilusi bahwa tubuh kita akan terus sehat. Kita dianjurkan untuk merenungkan ketidakpastian akan ajal kita karena tidak ada hal apapun selain Dharma yang mampu membantu kita pada saat akhir tersebut.
Untuk mereka yang terikat pada kekayaan dan pencariannya, Dorje Shugden menasehati kita untuk menyadari bahwa kekayaan apapun dan seberapapun yang berhasil kita kumpulkan tidak dapat kita bawa ke kehidupan yang selanjutnya. Beliau berujar bahwa kita semua pernah menjadi dewata di alam yang lebih tinggi di kehidupan lampau, memiliki harta yang sedemikian banyaknya apapun yang kita dapatkan dalam hidup ini tidak akan mampu menandinginya. Meski begitu, kita terpaksa berpisah juga dengan kekayaaan itu ketika ajal menjemput di masa lalu. Hal ini juga berarti bahwa hidup masa lampau yang sangat banyak jumlahnya itu tidak memberi kita kesadaran atau makna kebenaran.
Dorje Shugden kemudian menekankan pada potensi yang ada dalam diri kita semua untuk mencapai pencerahan di kehidupan kini, terutama melalui ajaran Lama Tsongkhapa, dalam tiga tahun dan tiga bulan. Kita diminta untuk menyandarkan diri pada guru spiritual kita dan cara yang terbaik melakukan ini adalah dengan mempraktikkan ajaran dan instruksi guru kita yang menjadi persembahan terbaik kita pada beliau.
Dorje Shugden mengatakan bahwa kita mengalami berbagai reinkarnasi sebagai akibat dari tindakan kita sendiri dan dewasa ini kita melakukan kesalahan yang sama dengan menciptakan karma negatif melalui tutur kata kita. Kita juga dengan mudah melakukan perbuatan terburuk yang menghasilkan karma negatif seperti memberi nama buruk bagi Dharma. Untuk itu, Dorje Shugden menganjurkan pada kita untuk berhati-hati dan menghindari perbuatan salah, sekecil apapun itu. Kita juga dianjurkan untuk melakukan perbuatan baik sebanyak mungkin karena hal itu akan membawa pahala dan hasil yang baik pula.
Menjelang akhir pesan, Dorje Shugden menekankan pentingnya perlindungan dan karma dalam menjalani pembelajaran dan praktik kita. Jika kita memiliki perlindungan dan pengertian yang baik akan karma, kita akan mampu untuk melakukan penyembuhan penyakit badani dan batin melalui visualisasi, seperti ritual pemurnian cahaya dan nektar. Visualisasi semacam itu terdapat di berbagai praktik seperti Guru Yoga Yang Mulia Tsem Rinpoche. Dorje Shugden menganjurkan ritual pemurnian dibarengi dengan pengertian yang tepat akan konsep Empat Kuasa Lawan, pengambilan sumpah dan menahan diri untuk mengulangi kesalahan. Singkatnya, Dorje Shugden mengakhiri pesannya dengan merekomendasikan ajaran yang ada dalam Lamrim. Jika kita mengikuti ajaran ini, hasil dan berkat akan menyusul.
Sangatlah berguna untuk membaca nasehat suci Dorje Shugden karena mengandung kebijakan yang dalam dan masukan yang praktis bagi upaya kita untuk memajukan perjalanan spiritual kita masing-masing. Semoga semuanya terberkati dengan inspirasi dan pahala untuk mempraktikkan ajaran beliau dan mendapatkan hasil yang nyata.
Rekaman Audio dalam bahasa Tibet
(dengan terjemahan bahasa Mandarin)
Pesan Losar 2021
Pelindung Dharma Dorje Shugden
(Disampaikan melalui Penubuat Panglung ke-7 tanggal 12 Februari 2021)
Karena saat ini telah memasuki permulaan Tahun Baru [Tibet], saya ingin mengucapkan selamat kepada semuanya – ‘Tashi Delek’. (Catatan Editor: ucapan tradisional dalam budaya Tibet untuk mendoakan datangnya berkat, tubuh sehat dan keberuntungan).
Kita semua butuh kemujuran, kebaikan dan kebahagiaan. Karena itu, kita harus berusaha keras untuk menciptakan situasi dan kondisi yang tepat untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup ini, memastikan terlahir kembali dalam keadaan fisik yang baik dan, pada akhirnya, menggapai kebudhaan yang sempurna. Jika kita berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mempraktikkan apapun yang kita dapatkan dari guru spiritual kita; baik inisiasi, transmisi verbal, pengajaran atau instruksi, kita akan dengan mudah dapat tumbuh berkembang. Kita harus melakukan praktik sebanyak mungkin sebelum kita sendiri jatuh sakit. Hal ini penting supaya kita tidak menyia-yiakan waktu yang ada, serta memastikan bahwa sisa hidup kita menjadi lebih berarti.
Sampai saat ini, kita sudah melewatkan sebagian besar dari hidup kita dan jelas kita tidak punya banyak waktu yang tersisa.
Banyak orang tidak memikirkan tentang betapa tidak permanennya hidup ini. Masih terlalu banyak yang menganggap hal yang tidak kekal seakan-akan permanen. Yang bisa memacu kita untuk melakukan hal-hal yang baik adalah dengan bersikap sadar akan kematian dan ketidak-kekalan. Saat kita merenungkan tentang ketidak-kekalan, kita akan berusaha berbuat baik. Absennya sifat permanen dalam dunia ini adalah sesuatu yang nyata, yang dapat kita lihat dan rasakan. Namun, bagi mereka yang tidak mendalami Dharma, pengertian tentang nuansa ketidak-kekalan di setiap relung kehidupan kita sulit didapatkan.
Mereka yang mempelajari Dhamma sering mendebatkan topik “ketidak-kekalan suara” tapi mereka sering lupa bahwa tujuan memperdebatkan topik tersebut adalah untuk mengerti tentang ketidak-kekalan diri kita sendiri. Mempertahankan ide bahwa diri kita sebagai sesuatu yang permanen membuat debat tentang “ketidak-kekalan suara” sia-sia. Hidup akan berakhir dengan kematian, pertemuan akan berakhir dengan perpisahan, aksi mengumpulkan harta duniawi akan ada batasnya juga, dan mereka yang ada di atas akhirnya juga jatuh ke bawah. Kita tahu tentang hal-hal ini semuanya tapi jarang sekali memikirkan artinya.
Tubuh kita mengandung agregat yang telah terkontaminasi sehingga sifatnya tidak kekal. Selama kontaminasi ini ada, penderitaan menjadi tidak terpisahkan dari hidup kita. Penyebab kondisi ini adalah karma dan delusi kita sendiri. Bisa jadi kita sekarang memiliki tubuh dan pikiran yang dalam keadaan damai dan bahagia, dengan situasi dan kondisi kehidupan yang bagus. Ini mungkin terdengar seperti kita telah memiliki semuanya. Namun, bagaimanapun tubuh dan kesehatan kita rentan akan penyakit dan tidak banyak yang bisa kita kendalikan kapan dan bagaimana kita bisa jatuh sakit. Sedikit masalah bisa mengakibatkan kematian kita. Karena itu kita harus sering merenungkan tentang ketidakpastian kapan kita menemui ajal kita dan bahwa tidak ada yang dapat membantu kita pada saat kematian datang menghampiri kita, kecuali Dharma.
Hal ini sebenarnya bisa kita amati dan simpulkan sendiri. Tidak peduli betapa kayanya kita, meskipun memiliki seluruh dunia dan semua kekayaannya, di saat kematian, semuanya itu harus kita tinggalkan. Kita bahkan tidak dapat membawa satu jarum atau sehelai benang sekalipun. Karena itu janganlah terikat dengan harta benda. Kita telah terlahir kembali dan kembali dalam berbagai bentuk sejak permulaan waktu. Kita pernah terlahir sebagai Brahma dan Indra (dua dewa tertinggi), dan chakravartin (raja sejagad) yang memiliki tujuh lambang kerajaan. Semua harta yang ada di Jambudvipa (benua kosmos di mana bumi terletak) tidak ada apa-apanya dibanding satu permata penghias sepatu salah satu raja surgawi.
Pada saat ajal menjemput, kita harus melepas semua milik kita dan terlahir kembali. Kita telah melakukan jutaan kali reinkarnasi di masa lampau dan tidak satupun mengantarkan kita pada pencerahan. Tapi di masa ini, karena murah hatinya guru-guru kita, kita mempunyai kesempatan untuk mendengar dan mempraktikkan Dharma semaksimal mungkin. Kita tidak seharusnya menyia-nyiakan waktu yang diberikan pada kita. Karena itu kita harus berusaha sebaik mungkin untuk berbuat baik dan menjadi lebih baik. Dengan demikian kita akan pada akhirnya mencapai keadaan di mana damai dan kebahagiaan menjadi permanen, yaitu saat kita mencapai pencerahan sepenuhnya.
Telah dinyatakan berulang kali bahwa dari seribu Buddha di masa beruntung ini, hanya ajaran Buddha Shakyamuni yang mencakup Sutra dan Tantra. Secara umum, sangatlah langka bagi sosok Buddha untuk muncul di dunia ini. Alam semesta mempunyai siklus kalpa: pembentukan, eksistensi dan penghancuran. Budhadharma hanya ada di masa kalpa eksistensi. Dan dari 1.002 Buddha yang muncul hanya ajaran Buddha Shakyamuni yang mengandung Sutra dan Tantra sehingga menyediakan jalan bagi kita mencapai kebudhaan dalam satu masa hidup yang singkat. Di samping itu, berkat kebaikan hati Manjunatha Lama Tsongkhapa, selama kita berusaha semaksimal mungkin dalam praktik, kita bahkan bisa mencapai tingkatan Vajradhara dalam waktu tiga tahun tiga bulan.
Kita semua tahu pentingnya mengandalkan pembimbing spiritual. Persembahan yang terbaik bagi guru kita adalah dengan menyandarkan diri kepada beliau, mempraktikkan apapun sesuai petunjuknya dan mempersembahkan praktik kita. Inilah yang dilakukan Milarepa; meski beliau tidak memiliki harta apapun tetapi selalu berhasil menyenangkan gurunya melalui persembahan praktiknya, sehingga akhirnya berhasil menjadi Buddha.
“Ketiga alam sama tidak kekalnya seperti awan di musim gugur. Para mahluk mati dan lahir kembali: bak riwayat di sebuah pentas. Kehidupan mereka lewat dengan cepat bak petir di angkasa, atau terjun cepat bak air dari gunung yang tinggi.”
[Catatan Editor: Di sini, Dorje Shugden mengutip dari Lalitavistara Sutra atau Sutra Pentas Panjang]
Kita seharusnya mempelajari kitab-kitab suci secara seksama. Sejak dimulainya waktu, kita semua telah menumpuk berbagai nilai-nilai buruk yang telah menjulang lebih tinggi daripada Gunung Meru, dan jarang melakukan perbuatan bajik.
Kita tidak harus membunuh orang atau kuda dengan pisau atau bedil untuk melakukan hal yang buruk, cukup kita menggerakkan bibir kita untuk mengejek orang lain dengan hinaan seperti “mirip anjing” atau “mirip monyet”. Karma buruk yang dihasilkan karena telah membawa nama buruk bagi Dharma sangatlah besar. Coba anda pikirkan begitu mudahnya bagi kita untuk melakukan dosa, dan karma mana yang akan menghasilkan konsekuensi apa. Semua ini kita ketahui. Membunuh serangga kecilpun dapat membuahkan karma buruk yang kemudian menghasilkan banyak hal yang buruk pula bagi kita sehingga terlahir di alam yang lebih rendah. Ingatlah akan hal ini, jangan melakukan kesalahan sekecil apapun meski hal itu terlihat sepele dan jangan meninggalkan kebajikan meski terlihat tidak penting.
Ketika Raja Ashoka masih berupa bocah kecil di kehidupan sebelumnya, beliau mempersembahkan pasir ke dalam mangkuk Buddha Vipashyin, semerta bervisualisasi bahwa pasir itu adalah emas murni. Pahala yang dihasilkan dari tindakan ini berbuah tanpa henti sehingga di kehidupan selanjutnya sebagai Raja Ashoka, beliau mampu membangun sepuluh juta stupa dalam satu malam. Terlalu banyak catatan mengenai hal-hal seperti ini sehingga tidak bisa semuanya diceritakan kembali di sini.
‘Perlindungan’ dan ‘karma’ sangatlah penting. Kita harus mempunyai iman terhadap hukum karma. Karma bersifat dalam dan banyak nuansanya. Di masa lampau, Atisha Yang Agung hanya berbicara tentang perlindungan dan karma, dan karena itu beliau dikenal sebagai “Lama Perlindungan” dan “Lama Karma”. Setelah mempraktikkan Dharma, jika kita bisa mempunyai iman yang kuat pada karma dan perlindungan pada Tri Ratna, maka penyakit dalam kehidupan ini, termasuk penderitaan batin dan penyakit badani, bisa dihilangkan melalui visualisasi nektar pemurni. Praktikkan Empat Kuasa Lawan dan akuilah kesalahan secara tulus, dan yang penting tumbuhkan perasaan menyesal yang dalam akan semua kesalahan kita di masa lalu. Bersumpahlah untuk tidak mengulanginya lagi.
Singkatnya, kita harus berusaha sekeras mungkin untuk mengikuti nasehat dari Lamrim dan sutra, serta mempraktikkannya secara konsisten. Kita pasti merasakan hasilnya jika melakukan hal ini.
Klik di sini untuk mengunduh versi PDF.
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details