Tubuh Sang Buddha: Sebuah Peta Menuju Kebebasan (Bahasa Indonesia)
Ketika Buddha historis, Pangeran Siddharta Gautama, mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya, beliau dianggap sebagai makhluk sempurna. Konon, tubuh fisiknya mengandung tanda-tanda kesempurnaan ini. Fisiknya yang sempurna adalah hasil dari mengumpulkan kebajikan selama tiga kalpa pada banyak kelahirannya yang terdahulu. Dalam Lagu dari Pengalaman yang dikomposisikan oleh Lama Tsongkhapa, tubuh tercerahkan sang Buddha adalah “tubuh yang terlahir dari sepuluh juta kebajikan dan keunggulan.”
Ketika Pangeran Siddharta lahir, peramal Asita datang mengunjungi pangeran yang baru lahir. Banyak dari kalian yang mengenal kisah hidup sang Buddha mengetahui bahwa Asita memberikan ramalan kepada Raja Suddhodana. Setelah memeriksa bayi pangeran, Asita menemukan tanda-tanda yang menunjukan bahwa sang pangeran akan menjadi seorang raja besar atau pemimpin spiritual berpengaruh. Tanda-tanda yang dilihat Asita pada sang pangeran adalah pertanda makhluk yang telah mempraktikkan banyak kebajikan pada banyak kehidupan terdahulu.
Dalam tradisi Mahayana, makhluk tercerahkan dipercaya memiliki tiga jenis tubuh: Dharmakaya (tubuh kebenaran), Sambhogakaya (tubuh kenikmatan), dan Nirmanakaya (tubuh emanasi). Tubuh Dharmakaya tidak dapat dipersepsikan, sementara Sambhogakaya dan Nirmanakaya bisa dipersepsikan. Disebutkan bahwa kedua jenis tubuh ini memiliki 112 tanda fisik dan karakteristik sang Buddha. Tanda fisik ini kemudian dibagi lagi menjadi dua kategori: 32 tanda utama dan 80 tanda minor.
Konon, tanda-tanda fisik ini hanya tampak dalam tubuh seseorang yang menjadi teladan karena mereka menggambarkan kualitas dalam diri orang tersebut. Lebih jauh lagi, tanda-tanda ini juga menunjukan bahwa orang atau makhluk ini bisa meninggalkan bibit atau jejak di pikiran makhluk lain untuk mencapai kualitas yang sama. Ketika kita belajar dan mengerti makna dari tanda-tanda fisik ini, kita akan menyadari bahwa mereka mengingatkan kita akan kualitas yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari di jalan menuju kesempurnaan spiritual. Selain mengajarkan Dharma secara verbal, sang Buddha juga menggunakan tubuhnya sebagai peta menuju pencerahan itu sendiri.
Dalam sejarah Buddhisme, para cendekia memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai 32 tanda fisik utama dari makhluk tercerahkan. Mereka terbagi dalam dua kelompok: mereka yang percaya bahwa atribut fisik ini nyata, dan mereka yang berpendapat tanda fisik ini hanya bersifat simbolis saja.
Tanda-Tanda Fisik
Sekelompok cendekia menyatakan bahwa 32 tanda utama adalah atribut fisik nyata dari tubuh sang Buddha.
Akan tetapi, sang Buddha dapat bermanifestasi dalam bentuk apapun yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup. Karenanya, 32 tanda fisik ini tidak selalu dapat terlihat dengan mudah. Menurut catatan sejarah, Buddha Shakyamuni mengambil rupa seorang yang telah meninggalkan hal-hal duniawi, dengan kepala tanpa rambut, jubah yang terbuat dari kain kasar yang disambung jahitan, dan yang sudah meninggalkan kenikmatan duniawi.
Hal ini juga dideskripsikan dalam sumber-sumber seperti Sutra Samannaphala yang menceritakan kisah Raja Ajatashatru yang tidak bisa mengidentifikasi sang Buddha diantara kumpulan biksu. Seperti itu juga di Sutra Upakkilesa, Buddha Shakyamuni dicegah memasuki tempat kediamannya karena penjaga tempat tersebut tidak mengenali beliau.
Tetapi bukan berarti sang Buddha tidak memiliki 32 tanda utama, karena dalam penjelasan Sutra Dhatu Vibhanga, tertulis bahwa sang Buddha menyembunyikan tanda-tanda fisik utamanya dalam pertemuan dengan Pukkusati, yang baru mengenali sang Buddha ketika mendengar suaranya pada saat mengajar.
Fakta bahwa makhluk biasa tidak bisa mengenali sang Buddha tidaklah mengejutkan karena tanda fisik ini hanya bisa dilihat secara keseluruhan oleh makhluk tercerahkan lainnya.
Mitos Simbolisme
Sementara kelompok cendekia yang lain berpendapat bahwa tanda fisik ini hanyalah simbol yang terkait dengan pencapaian spiritual seorang Bodhisattva. Mereka adalah tanda khas karma seseorang yang telah mempraktikkan Dharma dan menumbuhkembangkan kebajikan sejak kehidupan yang tak terhingga banyaknya.
Dalam Abhisamayalamkara, seperti yang diajarkan oleh Bodhisattva Maitreya dan dicatat oleh muridnya Asanga, dikatakan bahwa pahala yang diperlukan untuk menghasilkan sehelai rambut di tubuh sang Buddha setara dengan sepuluh kali lipat karma yang dikumpulkan oleh sravaka atau arhat, pratyekabuddha atau ia yang mencapai kesadaran dalam isolasi, dan semua makhluk hidup. Kumpulan dari seratus kali pahala yang dihasilkan menyebabkan munculnya 80 tanda minor atau kecil. Melalui kumpulan karma dari 80 tanda minor inilah 32 tanda utama muncul. Karenanya, menurut penjelasan ini, 32 tanda utama pada tubuh tidak perlu terlihat secara fisik pada tubuh.
Sumber Kitab Suci
Sumber terawal yang menyebutkan mengenai 32 tanda utama sang Buddha berasal dari sutra tradisi Theravada Sutta Lakkhana Sutta, Sutta Mahapadana, Sutta Brahmayu dan Mahavastu. Semua sutra ini memuat deskripsi detil dari 32 tanda utama. Hal ini diikuti dengan ramalan bahwa seseorang yang lahir dengan tanda-tanda ini akan menjadi Penguasa Universal Pemutar-Roda atau orang yang meninggalkan keduniawian dan menjadi yang tersadarkan penuh, sang Buddha.
Seperti Asita yang meramalkan bahwa Pangeran Siddharta akan menjadi seorang Buddha dengan mengamati tanda-tanda pada tubuh sang bayi, para pertapa yang ahli dalam membaca tanda-tanda ini juga memeriksa Pangeran Vipassi (Skt. Vipaśyin), Buddha yang muncul 91 kalpa yang lalu. Kisah ini tercatat dalam Sutta Mahapadana dimana diceritakan bahwa Pangeran Vipassi kemudian mencapai pencerahan dan menjadi Buddha.
Dalam tradisi Mahayana, ada dua kelompok yang menjelaskan tanda-tanda fisik ini. Satu kelompok mengacu pada Sutra Prajñaparamita (Kebijaksanaan Sempurna). Seperti yang disebutkan sebelumnya Abhisamayalamkara mengikuti tradisi ini, begitu juga dengan teks yang berjudul Ratnavali yang ditulis oleh Arya Nagarjuna. Kelompok kedua mengacu pada Sutra Ratnadarika dan Uttaratantra.
Dalam karya Vasubandhu yang berjudul Abhidharmakosa, dikatakan bahwa ketika seorang praktisi dalam jalan Bodhisattva mulai mengumpulkan karma yang terkait dengan munculnya tanda-tanda ini, beliau ‘ditakdirkan’ untuk lahir di alam yang baik, dengan indera yang lengkap dan dapat mengingat kehidupannya yang terdahulu.
Tubuh Sang Buddha
Daripada memeriksa apakah 32 tanda fisik utama ini bersifat fisik atau simbolis, lebih baik menggunakan waktu kita untuk mempelajari makna dari setiap tanda ini dan kaitannya dengan pertumbuhan spiritual kita.
Bagi praktisi, penting untuk mengerti makna dari 32 tanda utama ini karena mereka mengajarkan bagaimana implikasi tindakan kita dengan pertumbuhan spiritual dan keadaan kita di masa depan terlepas dari apakah kita tetap menjadi makhluk biasa atau mencapai kondisi tercerahkan. Karenanya, kita harus mencoba mengerti kualitas dasar yang berhubungan dengan tanda-tanda ini dengan motivasi untuk menumbuhkan kualitas ini melalui praktik Dharma kita.
Catatan: Makna 32 tanda ini bervariasi tergantung tradisi penjelasan tersebut berasal. Daftar di bawah adalah perpaduan dari versi Theravada, Mahayana dan Vajrayana. Dua sumber utama yang digunakan adalah Sutra Lalitavistara dan karya tulis Lama Tsongkhapa yang berjudul Legshe Sertreng atau juga dikenal dengan Mala Emas dari Penjelasan Sempurna.
32 Tanda Utama
#1: Telapak Kaki yang Rata
Deskripsi: Konon, sang Buddha memiliki telapak kaki yang halus dan rata. Jadi, setiap beliau berjalan, jejak kakinya tertanam di lantai. Menurut deskripsi, kakinya lebar, bulat, halus dan kukuh seperti seekor kura-kura.
Sebab: Sang Buddha memegang sumpahnya selama banyak kehidupan dan teguh pada tekad untuk tidak membunuh.
Ajaran: Tidak diragukan lagi. Teguh dalam memegang sumpah dan komitmen adalah fondasi untuk membangun praktik kita. Lama Tsongkhapa mengajarkan bahwa sumpah ini sesuai dengan Tiga Latihan Tingkat Tinggi: disiplin, konsentrasi dan kebijaksanaan. Terkait dengan hal ini, Lama Tsongkhapa berkata bahwa kita harus mengambil sumpah berikut dan memegangnya dengan teguh:
- Sumpah Pratimoksha: Membawa diri kita pada kebebasan. Sumpah-sumpah ini termasuk dalam sumpah bagi orang awam dan anggota monastik.
- Sumpah Dhyana-samvara: Membawa pada kondisi mental dan meditasi yang stabil. Sumpah ini mencegah pikiran kita berkelana, tumpul atau kegirangan pada saat kita bermeditasi.
- Sumpah Anashrava-samvara: Membawa pada kondisi kebijaksanaan tak tercela, yaitu kesadaran akan sunyata. Sumpah-sumpah ini membuat kita dapat mengendalikan emosi dan sikap negatif.
#2: Ribuan Roda Bergerigi
Deskripsi: Telapang tangan dan kaki sang Buddha ditandai dengan ribuan roda Dharma bergerigi. Dalam beberapa tradisi, roda ini memiliki delapan gerigi yang melambangkan Delapan Jalan Mulia. Roda ini mungkin diiringi dengan tanda swastika juga.
Sebab: Sang Buddha memutar roda Dharma, mengeluarkan perkataan tercerahkan. Konon, dalam Abhisamayalamkara dikisahkan bahwa “tanda roda … memberikan keberanian pada manusia yang takut akan roda samsara.” Sang Buddha mampu dan bersedia memberikan perlindungannya kepada mereka yang kewalahan dengan karma negatif. Beliau tidak pernah menolak mereka yang membutuhkan bantuan, bahkan bila ada yang menganggap orang tersebut tidak patut dibantu. Beliau juga menyambut dan menemani guru spiritualnya kemanapun beliau pergi.
Ajaran: Kita harus selalu menganut sikap tidak mementingkan diri sendiri ketika melayani orang lain, khususnya mereka yang menderita dan kesakitan baik secara fisik dan mental. Cara terbaik untuk melayani orang lain adalah dengan mengajarkan Dharma. Sang Buddha berkata bahwa hadiah terbaik adalah Dharma. Kita harus selalu taat pada prinsip pengabdian pada guru, seperti yang dijelaskan pada berbagai teks seperti karya Ashvagosha, 50 Bait Pengabdian Pada Guru.
#3: Tumit yang Menonjol
Deskripsi: Tumit kaki sang Buddha berbentuk oval dan tidak bulat. Tumit ini menonjol sehingga dapat memberikan kekuatan tambahan dan menyebarkan berat pada kaki.
Sebab: Sang Buddha selalu berusaha untuk menolong makhluk lain, menyelamatkan hidup mereka dan membuat mereka merasa nyaman.
Ajaran: Kita harus menumbuhkembangkan kasih untuk semua makhluk termasuk melindungi mereka dari mara bahaya, mencegah mereka mengalami celaka dan membuat hidup mereka nyaman dan bebas dari halangan.
#4: Jemari Tangan dan Kaki yang Panjang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki jari tangan dan kaki yang panjang dan sama rata. Hal ini membuat tangan dan kaki Buddha lebih kuat dan melambangkan dorongan positif dalam praktik Dharma.
Sebab: Sang Buddha menyelamatkan nyawa banyak makhluk, khususnya hewan yang akan disembelih, dan beliau sendiri tidak membunuh makhluk hidup.
Ajaran: Kita tidak boleh membunuh makhluk hidup termasuk membunuh hewan untuk dikonsumsi. Kita harus mencoba menyelamatkan nyawa mereka semampu kita.
#5: Kulit yang Mulus
Deskripsi: Terlepas dari usianya, kulit sang Buddha mulus tanpa keriput. Dikisahkan kulitnya lembut dan mulus seperti bayi.
Sebab: Sang Buddha memberikan minuman dan makanan bernutrisi kepada orang lain, seperti seorang ibu yang menyusui anaknya.
Ajaran: Kita harus menerapkan kemurahan hati dan kepedulian, dan ingat untuk memberi minuman dan makanan bernutrisi kepada sesama.
#6: Jaringan Cahaya
Deskripsi: Sang Buddha memiliki jaringan cahaya yang menghubungkan jari tangan dan kakinya. Cahaya ini tampak seperti membran tipis antara jari kaki dan jari tangan. Dalam beberapa penjelasan, jaring ini berhubungan seperti sebuah net.
Sebab: Sang Buddha telah menyempurnakan praktik “Empat Cara Mengumpulkan Murid.” Dengan melakukan hal ini, beliau membawa pengaruh positif pada orang lain dan membantu mereka dalam jalan spiritual.
Ajaran: Kita harus mempraktikkan “empat sikap menarik” ini yang merupakan metode yang digunakan Bodhisattva untuk mengumpulkan murid. Ini adalah kualitas seorang Bodhisattva yang menarik makhuk pada Dharma. Dari empat sikap ini, dua sikap berhubungan dengan kemurahan hati dan dua sikap lainnya berhubungan dengan ajaran. Keempat kualitas ini adalah:
- Memberi apa yang dibutuhkan dengan murah hati,
- Berbicara dengan cara menyenangkan ketika melakukan hal ini,
- Mengajarkan Dharma dan jalan yang benar, dan
- Menjadi contoh baik dengan mempraktikkan apa yang diajarkan.
#7: Bagian Tubuh yang Tidak Mencolok
Deskripsi: Beberapa bagian dari tubuh sang Buddha tidak mencolok. Satu cara untuk membayangkan hal ini adalah dengan memikirkan seekor kuda dengan pergelangan kaki yang mencolok. Akan tetapi, siku, lutut dan pergelangan kaki sang Buddha tidak mencolok.
Sebab: Sang Buddha mempraktikkan kerendahan hati pandangan yang murni. Beliau juga mempraktikkan Enam Kesempurnaan (Paramita), yang juga dikenal sebagai Jalan Bodhisattva guna memenuhi janji mencapai pencerahan demi semua makhluk.
Ajaran: Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mempraktikkan rendah hati yang merupakan penawar kesombongan, salah satu dari lima racun. Dalam tradisi Vajrayana, dikatakan bahwa kerendahan hati adalah pintu gerbang untuk mendapatkan berbagai kekuatan luar biasa (siddhi). Kita juga harus menumbuhkembangkan Enam Kesempurnaan untuk mengembangkan Bodhicitta dan kebijaksanaan. Enam Kesempurnaan ini adalah: (i) kemurahan hati, (ii) disiplin moral, (iii) kesabaran, (iv) usaha dengan sukacita, (v) konsentrasi, dan (vi) kebijaksanaan.
#8: Betis yang Bulat
Deskripsi: Sang Buddha memiliki kaki seperti kijang atau rusa, dengan betis yang bulat. Ini adalah karakteristik fisik yang membuat seekor kijang kuat, cepat dan gesit.
Sebab: Sang Buddha berpegang teguh pada Dharma. Beliau menghormati Dharma dengan belajar, merenung dan menerapkannya selama banyak kehidupan. Sang Buddha tidak pernah menunjukan sikap tidak suka kepada gurunya dan tanpa mengenal lelah mengajarkan Dharma. Beliau juga menguasai bidang seni dan kerajinan, pengobatan dan astrologi. Beliau menggunakan keahlian ini untuk memberikan manfaat bagi makhluk lain.
Ajaran: Kita harus berusaha untuk mempelajari Dharma dengan baik dan menerapkannya. Jangan pernah menghina guru kita. Ketika kita mempelajari Dharma, kita harus menunjukan jalan yang benar kepada orang lain melalui tindakan kita.
#9: Lengan yang panjang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki lengan panjang yang dapat menyentuh lututnya tanpa membungkuk. Selain itu, ketika sang Buddha duduk bersila, dengan siku diselipkan, tangannya bisa menutupi lututnya dan jemarinya bisa menyentuh tempat duduknya.
Sebab: Sang Buddha selalu memberi kepada pengemis dengan murah hati, dan beliau memastikan para pengemis ini tidak pergi dengan tangan kosong.
Ajaran: Kita harus mempraktikkan kemurahan hati (dana), Sila pertama dari Enam Paramita. Kita harus selalu mempedulikan kesejahteraan makhluk lain dan memberi ketika kita mampu, bahkan bila orang yang meminta sangat rendah kedudukannya.
#10: Organ Privat yang Tersembunyi
Deskripsi: Organ privat sang Buddha tersembunyi, seperti seekor kuda dan tidak dapat terlihat. Makna dibaliknya adalah organ yang terselubung tidak bisa menyinggung orang lain walaupun tidak disengaja.
Sebab: Pada banyak kehidupan sebelumnya, sang Buddha bersumpah selibat. Sang Buddha memegang teguh sumpah ini dan melindungi ajaran Tantra rahasia.
Ajaran: Seseorang harus selalu rendah hati dan menjaga kesucian diri. Kita harus memegang teguh sumpah kita, khususnya sumpah yang terkait dengan ajaran yang tidak boleh disebarluaskan, seperti ajaran tantra.
#11: Warna Kulit Keemasan
Deskripsi: Sang Buddha memiliki kulit berwarna keemasan dan bercahaya. Kulitnya sangat halus, lembut dan sensitif terhadap sentuhan.
Sebab: Sang Buddha mempraktikkan kesabaran dan tidak pernah menunjukan amarah. Selama banyak kehidupan, beliau memberikan banyak persembahan yang indah kepada makhluk tercerahkan, menghiasi altar mereka dengan bunga-bunga emas, panji-panji dan penutup emas. Beliau juga memberikan tempat duduk yang lembut dan nyaman pada orang lain.
Ajaran: Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengendalikan amarah kita dan menyempurnakan kesabaran. Kita harus memberikan persembahan berlimpah kepada sang Buddha sesuai kemampuan kita dan melindungi orang lain dengan memberikan tanah dan tempat berlindung.
#12: Kulit yang Halus
Deskripsi: Sang Buddha memiliki kulit tanpa cela, lembut dan indah sehingga tidak ada debu atau kotoran yang bisa menempel. Dalam beberapa penjelasan, disebutkan bahwa kulit seperti ini melambangkan bahwa tidak ada karma yang menempel pada sang Buddha.
Sebab: Sang Buddha sangat giat dalam mempraktikkan Dharma. Beliau selalu memberikan persembahan kepada orang suci, guru, dan mereka yang patut mendapatkan persembahan di tempat-tempat suci. Kepada Tathagata beliau mempersembahkan air rendaman dan obat oles, mentega murni dan obat gosok, air hangat ketika cuaca dingin, air menyejukan ketika cuaca panas, pakaian berbahan halus dan bantal yang lembut. Beliau memenuhi kebutuhan mereka yang memerlukan tempat berlindung dan memberikan rumah sempurna kepada yang membutuhkan.
Ajaran: Kita harus mengikuti teladan yang Terberkati dan mempraktikkan Dharma dengan baik. Kita harus selalu memberikan persembahan kepada mereka yang patut mendapatkannya, seperti guru kita, cendekia Dharma dan mereka yang membantu orang lain. Kita harus selalu memberikan tempat berlindung dan benda-benda sesuai kebutuhan mereka.
#13: Rambut dari Setiap Pori
Deskripsi: Sang Buddha memiliki sebatang rambut yang tumbuh dari setiap pori-pori di tubuhnya yang mengikal ke kanan.
Sebab: Sang Buddha telah meninggalkan hal-hal duniawi. Beliau menahan diri untuk tidak berbohong, Beliau juga melayani para guru dan pandit, merenungkan ajaran mereka dan mengembangkan pikiran yang tenang melalui meditasi. Beliau juga menjaga kebersihan tempat-tempat suci dari kotoran, rumput liar dan sarang laba-laba. Sang Buddha bisa menghilangkan kebingungan dalam pikirannya.
Ajaran: Kita tidak boleh berbohong dan harus selalu mengatakan kebenaran. Ketika menerima ajaran, kita harus berlaku hormat dan merenungkan apa yang kita pelajari. Kita harus bermeditasi untuk mendapatkan pikiran yang tenang, dan membersihkan tempat-tempat suci, altar kita untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi para Buddha untuk tinggal.
#14: Rambut yang Tumbuh ke Atas
Deskripsi: Rambut sang Buddha tumbuh ke atas dan berwarna biru tua seperti seekor burung merak dan mengikal ke kanan.
Sebab: Rambut seperti ini adalah hasil dari menghindari kekerasan selama banyak kehidupan. Sang Buddha juga menghormati dan mengelilingi para guru suci, mereka yang patut mendapatkan persembahan dan tempat-tempat suci yang berhubungan dengan makhluk tercerahkan. Beliau mengumpulkan banyak pahala dengan melakukan banyak tindakan bermanfaat dan menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Ajaran: Kita harus selalu melakukan tindakan kebajikan untuk mengumpulkan pahala, dan melalui tindakan dan perubahan diri, menginspirasi orang lain melakukan hal yang sama.
#15: Tegap Seperti Dewa
Deskripsi: Sang Buddha sangatlah tinggi dan tegap seperti dewa Brahma. Sikapnya mengindikasikan keseimbangan dan keteguhan.
Sebab: Sang Buddha tidak melakukan pembunuhan dan mengajarkan orang lain manfaat menyelamatkan nyawa makhluk hidup, memberikan perlindungan dari penderitaan kepada semua makhluk.
Ajaran: Kita harus menghindari tindakan membunuh, makan daging atau menggunakan produk hewani. Kita harus menyebarkan manfaat dari menyelamatkan nyawa makhluk hidup kepada orang lain.
#16: Bagian Tubuh yang Jenjang dan Bulat
Deskripsi: Bagian atas tangan, kaki, pundak dan belakang leher sang Buddha jenjang dan bulat
Sebab: Sang Buddha memberikan nutrisi kepada orang lain seperti makanan dan minuman berkualitas baik. Beliau memberikan benda-benda yang mereka butuhkan, contohnya, sandang, papan dan obat-obatan.
Ajaran: Kita harus selalu mempraktikkan kemurahan hati, termasuk memberikan makanan dan minuman berkualitas baik kepada makhluk lain. Ketika memberi kepada orang lain, apa yang kita berikan harus berkualitas terbaik sesuai kemampuan kita.
#17: Batang Tubuh Seperti Singa
Deskripsi: Sang Buddha memiliki tubuh bagian atas yang mirip dengan seekor singa dengan batang tubuh yang mengesankan dan penuh keagungan bagi yang melihatnya. Hal ini membuat sistem respirasi dan metabolisme yang efisien, dan menunjukan tubuh yang sangat sehat.
Sebab: Sang Buddha mempraktikkan sepuluh tindakan baik dan memberi pada orang lain daripada hanya memastikan kebutuhan diri sendiri terpenuhi. Beliau tidak pernah mempermalukan atau memarahi siapapun.
Ajaran: Kita tidak boleh merendahkan orang lain karena status mereka yang rendah. Kita tidak boleh memarahi orang lain baik di tempat umum atau ruang tertutup. Daripada merendahkan keyakinan atau tradisi orang lain, kita harus mempraktikkan toleransi dan kebaikan, yang merupakan sebab kedamaian dan keharmonisan. Kita harus selalu memberikan bantuan kepada yang lemah dan memberikan tempat perlindungan kepada yang membutuhkan.
#18: Pundak yang Bulat
Deskripsi: Sang Buddha memiliki pundak yang bulat sempurna tanpa kernyitan atau lekukan di antara kedua pundaknya dan urat-uratnya tidak terlihat.
Sebab: Sang Buddha memegang teguh peraturan dan memberikan perlindungan dari rasa takut. Beliau memuji mereka yang patut dipuji dan memberikan dorongan kepada orang lain.
Ajaran: Kita harus selalu memegang peraturan yang diajarkan kepada kita oleh para guru kita dan menumbuhkembangkan kasih, sebuah pikiran yang ingin melindungi semua makhluk dari penderitaan. Selain itu, kita harus mempraktikkan transformasi pikiran (lojong) dan menganjurkan orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kita harus memuji mereka yang patut dipuji dan tidak menyimpan kedengkian akan pencapaian mereka.
#19: Tubuh Mirip Pohon Bodhi
Deskripsi: Sang Buddha memiliki proporsi tubuh seperti pohon Bodhi dewasa yang memiliki akar, batang dan cabang yang sama panjangnya. Karenanya tubuh sang Buddha memiliki proporsi sempurna baik dari segi panjang dan lebar.
Sebab: Sang Buddha tidak pernah mengusir siapapun. Beliau merawat mereka yang membutuhkan dan meyakinkan kenyamanan dan keselamatan mereka. Beliau membangun taman-taman umum untuk dinikmati warga dan juga menganjurkan orang lain melakukan hal yang sama.
Ajaran: Kita harus selalu peduli akan kesejahteraan sesama, memberikan tempat perlindungan, dan juga lingkungan dengan air minum bersih. Kita harus selalu menghormati dan menjaga lingkungan dan semua makhluk yang hidup di dalamnya, demi kesejahteraan semua makhluk di bumi.
#20: Leher yang Bulat dan Halus
Deskripsi: Sang Buddha memiliki leher yang halus, pundak bulat dan rata dan punggung lebar. Daerah di bawah ketiaknya penuh tidak seperti orang biasa.
Sebab: Sang Buddha memuji orang lain dengan murah hati dan tidak mengkritik kesalahan orang lain. Akan tetapi, beliau dengan hati-hati mempertimbangkan kesalahan dan kecurigaannya sendiri.
Ajaran: Kita tidak boleh menghakimi tindakan orang lain dan mencari kesalahan dalam tingkah laku mereka. Akan tetapi, kita harus menghakimi tindakan kita dan berpikir bagaimana tindakan-tindakan ini membawa celaka bagi mereka yang berada di sekitar kita. Kita harus memuji orang lain dan tindakan-tindakan mereka yang bermanfaat.
#21: Indera Perasa yang Sempurna
Deskripsi: Sang Buddha memiliki indera perasa yang sempurna dan indera pengecap yang sensitif. Bahkan makanan yang paling sederhana juga akan terasa lezat. Lidah sang Buddha juga bebas dari segala penyakit yang disebabkan angin, dahak dan air empedu.
Sebab: Sang Buddha telah berhenti mencelakakan makhluk hidup selama banyak kehidupannya terdahulu, dan merawat mereka yang sakit, berusia lanjut dan lemah. Beliau melakukan apapun sebisa beliau untuk kesejahteraan makhluk lain.
Ajaran: Kita harus mempedulikan semua makhluk, terutama mereka yang menderita. Bila mereka sakit, berusia lanjut atau lemah, kita harus menjaga mereka, khususnya mereka yang dianggap menjijikan oleh orang lain.
#22: Rahang Seperti Singa
Deskripsi: Sang Buddha memiliki rahang seperti rahang singa, penuh, kukuh dengan pipi yang bulat.
Sebab: Sang Buddha telah menghentikan omong kosong dan kegiatan bergosip. Beliau menyambut mereka yang mendekatinya dengan kata-kata yang baik dan menginspirasi, tidak menipu dan membenci siapapun.
Ajaran: Kita tidak boleh terlibat dalam omong kosong atau gosip. Ini adalah bagian dari sumpah perlindungan Buddhisme untuk mengendalikan perkataan agar kita tidak menciptakan karma negatif. Sangat mudah untuk menyakiti orang lain dengan perkataan kita, dan kata-kata kasar bisa sangat merusak bagi orang lain. Kita harus menggunakan perkataan kita untuk mendorong orang lain mempraktikkan Dharma dan menggunakan kata-kata yang menginspirasi untuk menyemangati mereka yang menelusuri jalan menuju pencerahan.
#23: 40 Gigi
Deskripsi: Sang Buddha memiliki 40 gigi berbentuk rata. Orang biasa hanya memiliki 32 gigi yang tidak permanen. Gigi ini berubah sejak lahir sampai lanjut usia.
Sebab: Sang Buddha menggunakan perkataannya untuk mempersatukan orang-orang yang bertikai. Beliau tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang memecah-belah. Sang Buddha hanya mengeluarkan kata-kata perdamaian dan rekonsiliasi.
Ajaran: Di jalan spiritual, kita harus selalu mempersatukan manusia melalui kata-kata kita; tidak menciptakan konflik dan perpecahan diantara mereka.
#24: Semua Giginya Sama Panjang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki gigi yang lurus dan panjang yang sama. Semua gigi ini tidak bernoda.
Sebab: Sang Buddha telah meninggalkan lima jenis mata pencaharian yang salah.
Ajaran: Kita harus memilih mata pencaharian yang jujur dan tidak termasuk dalam lima mata pencaharian yang salah. Lima mata pencaharian yang salah adalah:
- Perdagangan senjata,
- Perdagangan manusia,
- Perdagangan daging (berternak hewan untuk disembelih),
- Perdagangan alkohol, dan
- Perdagangan racun.
Cara yang salah bagi mereka yang telah ditahbiskan adalah:
- Menyanjung,
- Mengisyaratkan,
- Memberi dengan mengharapkan balasan,
- Mengerahkan tekanan pada orang lain, dan
- Menunjukan tingkah laku terbaik.
#25: Gigi Tanpa Celah
Deskripsi: Sang Buddha memiliki gigi dengan susunan sempurna tanpa celah.
Sebab: Ini adalah hasil dari berbicara mengenai kebenaran selama tiga kalpa. Sang Buddha menjaga perkataannya dan tidak mengeluarkan kata-kata yang mengandung kelicikan, memecah-belah atau fitnah.
Ajaran: Kita harus selalu berhati-hati ketika berbicara dan hindari mencelakakan orang lain dengan perkataan kita.
#26: Gigi Putih Cemerlang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki gigi putih cemerlang. Dalam beberapa kitab suci, dikisahkan Ananda mengetahui bahwa ketika sang Buddha tersenyum walaupun ia berjalan di belakang sang Buddha. Ketika sang Buddha membuka bibirnya dan menunjukkan senyuman, cahaya terang akan beremanasi dari gigi sang Buddha yang sempurna.
Sebab: Yang Terberkati menghormati dan memuji semua makhluk hidup, khususnya para Buddha dan Bodhisattva. Menurut tradisi Theravada, sang Buddha telah melukis banyak stupa, dan mempersembahkan susu, kain, dan bunga putih yang tak terhingga banyaknya.
Ajaran: Kita harus selalu menunjukkan hormat kepada orang lain dan memuji mereka ketika berbicara. Kita harus bersujud secara verbal kepada makhluk tercerahkan dan mereka yang berada di depan kita dalam jalan menuju pencerahan.
#27: Lidah Panjang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki lidah yang panjang dan berbentuk sempurna. Lidah ini cukup panjang untuk menyentuh garis rambut dan telinganya. Lidahnya berwarna merah seperti bunga utpala.
Sebab: Sang Buddha selalu menggunakan kata-kata yang baik selembut hewan yang menjilati anak-anaknya.
Ajaran: Kita tidak boleh menggunakan kata-kata kasar. Kita harus menggunakan kata-kata yang baik dan lembut kepada orang lain. Kita harus menggunakan kemampuan berbicara kita dengan cara positif seperti memuji para guru Dharma, memohon kepada sang Buddha untuk mengajar dan berbagi Dharma dengan orang lain.
#28: Suara Berkualitas Seperti Brahma
Deskripsi: Sang Buddha memiliki suara seperti dewa Brahma yaitu dalam, jernih dan merdu. Konon, setiap orang yang mendengar suara seperti Brahma akan terbebas dari semua masalah untuk sementara waktu. Akan tetapi, suara ini tidak dapat membawa anda pada pencerahan penuh. Suara sang Buddha juga diyakini memiliki lima ciri-ciri yang membedakan:
- Semua makhluk dapat mengerti yang dikatakannya, terlepas dari bahasa mereka,
- Kata-kata dari bibir sang Buddha memiliki artikulasi yang sama,
- Kata-kata sang Buddha bermakna dalam dan membawa manfaat bagi pendengarnya,
- Suara sang Buddha merdu dan menarik perhatian orang-orang, dan
- Kata-Kata sang Buddha berurutan baik dan sempurna.
Sebab: Sang Buddha mengatakan kebenaran dan mengajarkan Dharma kepada para makhluk dalam bahasa masing-masing individu.
Ajaran: Kita tidak boleh berbohong. Bila kita terus berbohong, kita akan menyakiti diri dan orang lain. Kita harus berfokus untuk mengatakan kebenaran dan menggunakan kata-kata lembut dan penuh kasih yang melunakkan hati orang lain dan membuka pikiran mereka pada Dharma.
#29: Mata Biru Safir
Deskripsi: Mata sang Buddha berwarna biru tua seperti batu safir. Selain itu, bagian berwarna dan bagian yang putih terlihat jelas tanpa ada warna merah atau kekuning-kuningan.
Sebab: Sang Buddha menatap semua makhluk dengan penuh kasih seperti seorang ibu menatap anak tunggalnya. Beliau tidak melihat makhluk lain dengan pandangan negatif. Sang Buddha juga menatap para makhluk tercerahkan dan berbagai rupa mereka dengan keyakinan penuh.
Ajaran: Kita harus membangun pengertian kepada semua makhluk yang menderita, baik besar maupun kecil. Jadi, ketika kita melihat mereka, kita hanya menatap dengan kasih yang mendorong kita untuk bekerja tanpa mengenal lelah demi kesejahteraan mereka. Kita harus menganggap semua rupa Buddha sebagai sang Buddha sendiri dan memperlakukan mereka dengan hormat.
#30: Bulu Mata Panjang
Deskripsi: Sang Buddha memiliki bulu mata yang indah dan panjang seperti seekor lembu muda.
Sebab: Sang Buddha telah meninggalkan semua delusi dan tingkah laku yang tidak seimbang.
Ajaran: Kita harus selalu berusaha mengatasi tiga racun (kebodohan, keterikatan dan kemarahan) dan mencoba mencapai kesadaran melalui belajar, meditasi dan praktik untuk dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Setelah kita menyadari hal ini, tindakan kita akan didasarkan motivasi dan tekad untuk menolong semua makhluk.
#31: Urna
Deskripsi: Sang Buddha memiliki urna, sebuah gumpalan rambut diantara alisnya yang ikal. Urna memiliki enam karakteristik: (i) halus, (ii) lembut, (iii) putih, (iv) memiliki panjang tiga cubit, (v) mengikal dari kanan ke kiri dan (vi) ujung rambutnya mengarah ke atas.
Sebab: Sang Buddha mempraktikkan Enam Kesempurnaan, melayani mereka yang lebih superior dengan hormat dan memuji orang lain. Tanda fisik ini yang kedua tersulit untuk dicapai. Tanda fisik ini juga dicapai dengan menolong makhluk lain dari kelahiran yang tidak menguntungkan.
Ajaran: Kita harus menghormati dan menyenangkan hati mereka yang lebih senior dari kita, seperti orang tua, tetua, guru, guru spiritual, kepala biara, para lama agung, dll., dan melayani mereka dengan baik.
#32: Ushnisha
Deskripsi: Sang Buddha memiliki sebuah ushnisha, atau tonjolan di atas kepalanya. seperti sebuah benjolan kecil berbentuk bundar di bagian tertinggi kepalanya. Ushnisha terdiri dari daging berwarna cerah dan bersinar. Dari jauh, ushnisha terlihat memiliki tinggi empat jari, tetapi ketika mencoba mengukurnya, anda tidak akan bisa. Tidak mungkin mengukur ushnisha yang merupakan tanda superior dari sang Buddha dan merupakan tanda yang paling sulit didapat.
Sebab: Sang Buddha selalu bersujud di hadapan para guru spiritualnya dan membayangkan mereka duduk di pucuk kepalanya. Selain itu, selama kehidupan yang tak terhingga banyaknya, sang Buddha mengunjungi banyak kuil dan tempat suci dan melakukan praktik spiritual di tempat-tempat ini.
Ajaran: Sang guru adalah makhluk tertinggi karena beliau menunjukkan jalan menuju pencerahan. Karenanya, kita harus selalu menganggap guru kita sebagai ladang pahala tertinggi, dan memperlakukan beliau dengan sangat hormat. Kita harus selalu bersujud kepada guru kita dan membayangkan beliau di pucuk kepala kita. Mengikuti instruksi sang guru adalah mempraktikkan Dharma.
Sebuah Kunci Menuju Pencerahan
Seringkali, kita membayangkan sang Buddha sebagai makhluk supernatural, manusia superior yang kita kagumi, tetapi kita tidak menganggap diri bisa menjadi seperti beliau. Dengan mempelajari 32 tanda fisik sang Buddha, kita memulai sebuah perjalanan Dharma dimana kita melihat sang Buddha dari sudut pandang yang berbeda, yaitu, sebagai makhluk biasa yang menerapkan Dharma yang diajarkannya sendiri selama kalpa yang tak terhingga banyaknya.
Kita mengetahui dari belajar Dharma bahwa setiap bentuk Buddha mengandung pelajaran Dharma, dan tanda-tanda fisik sang Buddha adalah ajaran tertinggi mengenai praktik Dharma dan hasil dari praktik ini. Dengan mengerti makna dari tanda-tanda fisik ini, kita dapat mengerti apa yang harus kita terapkan untuk mencapai tingkat tersebut, dan pada saat yang sama bagaimana kita harus mengaplikasikan ajaran ini. Daripada berdebat apakah tanda-tanda ini benar-benar nyata pada fisik sang Buddha atau hanya merupakan simbol saja, kita harus berfokus pada makna dari tanda-tanda ini bagi praktik Dharma kita. Apapun yang dilakukan sang Buddha setelah mencapai pencerahan dan semua Dharma yang diajarkan beliau adalah demi evolusi spiritual kita sampai pada kondisi yang sama. Karenanya, bisa dikatakan bahwa bentuk suci sang Buddha adalah salah satu ajarannya, atau esensinya, peta menuju kebebasan.
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Biografi Singkat Tsem Rinpoche Dalam Foto (Bahasa Indonesia)
- Pertanyaan Mengenai Rasa Cemburu (Bahasa Indonesia)
- 35 Buddha Pengakuan (Bahasa Indonesia)
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden – Pelindung Masa Kini (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Wangze untuk Anugrah Daya Kuasa dan Pengaruh (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)
- Kyabje Zong Rinpoche: Kelahiran, Kematian & Bardo (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details