Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)

By | Jan 1, 2019 | Views: 514
KingoftheDharma-1A

Raja Dharma – Lama Tsongkhapa, bersama dengan kedua putra hatinya Gyaltsab Je (kiri bawah) dan Khedrub Je (kanan bawah).

(Oleh Tsem Rinpoche dan Valencia)

Para pembaca yang budiman,

Saya merasa terhormat mendapat kesempatan untuk menulis tentang Lama Tsongkhapa, salah satu guru dan filsuf Buddha terbesar sepanjang masa. Saya mengagumi dedikasinya yang tanpa pamrih untuk melestarikan dan menegakkan kemurnian ajaran Buddha. Melalui dedikasi ini, beliau mampu melenyapkan kebingungan dan pandangan salah yang menyebar luas pada masanya, sembari menginspirasi banyak orang untuk mempraktikkan filosofi Jalan Tengah seperti yang diajarkan oleh Nagarjuna. Di luar semua kualitas luar biasa yang beliau miliki, saya sangat menghormati fakta bahwa beliau hidup sebagai praktisi murni yang biasa-biasa saja meskipun beliau telah mencapai realisasi dari dari Anuttara Yoga. Beliau telah terhubung dengan kita secara pribadi dengan menunjukkan kepada kita bagaimana cara memulai, bertumbuh dan menyelesaikan tahapan jalan menuju pencerahan. Jika beliau telah muncul sebagai sosok luhur sejak semula dan memanifestasikan banyak keajaiban, maka warisannya tidak akan bertahan, karena praktisi saat ini tidak mudah percaya pada keajaiban. Oleh karena itu, adalah penting bagi Lama Tsongkhapa untuk terlahir sebagai praktisi biasa, untuk menunjukkan dan menginspirasi kita dengan apa yang bisa kita capai. Terima kasih pada Rinpoche karena telah memberi saya kesempatan untuk belajar dan akrab dengan riwayat hidup dari sosok guru yang luar biasa ini.

Hormat saya,
Valencia

 


 

Raja Dharma – Lama Agung Tsongkhapa

“Jika seseorang menjaga setetes nektar dari nama sosok luhur ini – Lama Tsongkhapa – dalam hati dengan penuh bakti, maka ia telah menanam benih pembebasan dan ia menerima keberuntungan untuk berlatih dan menikmati kebahagiaan dari kehidupan kini hingga tercapainya pencerahan.” ~ Pabongka Rinpoche

 

Prediksi

KingoftheDharma-1

Buddha Shakyamuni yang mengajarkan jalan keluar dari penderitaan setelah mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi. Lukisan oleh Kritsana Suriyakarn.

Prediksi tentang kelahiran Lama Tsongkhapa telah diberitahukan oleh Buddha Shakyamuni yang Mahatahu, di Bodhgaya, India Utara. Suatu hari, seorang anak laki-laki, yang merupakan putra seorang brahmana, mendatangi Buddha Shakyamuni, bersujud dan mempersembahkan mala (tasbih) kristal yang jernih kepada-Nya. Setelah menerima mala tersebut, Buddha Shakyamuni meletakkan tangan sucinya yang berwarna keemasan di atas kepala anak laki-laki itu dan membuat prediksi kepada salah satu murid-Nya, Ananda. Beliau meramalkan bahwa anak laki-laki ini akan lahir di ‘Tanah Utara tempat Para Barbar Berwajah Merah’ (merujuk ke Tibet). Dalam kelahiran terkait, anak lelaki itu akan menghidupkan kembali ajaran Buddha Shakyamuni di era kemerosotan. Buddha Shakyamuni juga meramalkan bahwa anak laki-laki itu akan terlahir kembali sebagai emanasi Manjushri, Buddha Kebijaksanaan, dan bahwa ia akan dipanggil Sumatikirti atau Lobsang Drakpa dalam bahasa Tibet. Beliau akan mendirikan sebuah biara bernama ‘Ge’, yang berarti ‘kebajikan’, di antara Dri dan Den.

Anak laki-laki ini akan terlahir kembali sebagai Lama Tsongkhapa, seorang guru Buddhis terkemuka yang merevitalisasi ajaran Buddha dengan penekanan disiplin dan moralitas selain menyarikan ajaran paling murni dari para guru Buddhis termashyur pada masanya. Beliau juga akan mempersembahkan mahkota dan ornamen pada rupang Buddha Shakyamuni di Lhasa, sebuah aktivitas yang masih dikenang hingga hari ini.

Setelah membuat prediksi, Buddha Shakyamuni meminta salah satu muridnya, Mahamaudgalyayana, seorang Arhat dengan pencapaian tinggi yang memiliki kemampuan untuk berjalan sangat cepat dalam jarak yang sangat jauh, untuk mengubur cangkang keong di Tibet di mana nantinya Biara Gaden akan terbangun. Cangkang keong ini diberikan oleh Nagaraja kepada Buddha Shakyamuni saat ia mengajar di tepi Danau Anavatapta. Buddha Shakyamuni meniup cangkang keong ini di Gunung Kailash (Gunung Salju Ti- Se) untuk mengumumkan kehadiran-Nya dan mengumpulkan naga besar dan dewa duniawi. Suara yang mendalam ini melambangkan penyebaran ajaran Dharma sekaligus tercerhakannya para makhluk dari kebodohan batin. Cangkang keong juga melambangkan ucapan Buddha, yang mengemukakan bahwa kelahiran kembali anak laki-laki di masa depan akan menjadi wakil dari Buddha Shakyamuni sendiri. Beliau akan menyentuh hati mereka yang mendengar ajaran Buddha.

KingoftheDharma-2

Cangkang keong, representasi dari ucapan Buddha.

Pada tahun 1409 M, cangkang keong yang dikubur oleh Mahamaudgalyayana pada masa Buddha ditemukan dalam penggalian saat Lama Tsongkhapa memulai pembangunan Biara Gaden. Penemuan cangkang keong melambangkan terpenuhinya prediksi Sang Buddha. Cangkang keong kemudian dipindahkan ke Biara Drepung hingga pertengahan abad ke-20.

Nubuat tentang Lama Tsongkhapa juga disebutkan dalam Manjushri Mulatantra. Seperti yang dikatakan Buddha Shakyamuni kepada siswa hati-Nya, Manjushri:

“Setelah saya wafat dan ajaran murni saya tiada,
Anda akan tampil sebagai makhluk biasa,
Yang melakukan aktivitas seorang Buddha.
Dan mendirikan Tanah Sukacita, Sang Pelindung Agung,
Di Tanah Negeri Bersalju”

Di sini, “Tanah Negeri Bersalju” mengacu pada Tibet dan “Tanah Sukacita” mengacu pada Biara Gaden dan ajaran Gaden

Oleh karena itu, Buddha Shakyamuni memberikan prediksi dalam dua kesempatan tentang kedatangan Lama Tsongkhapa. Yang pertama untuk anak laki-laki yang mempersembahkan mala kristal bening dan yang kedua untuk Manjushri. Buddha Shakyamuni dengan jelas menyatakan bahwa kelahiran kembali anak muda tersebut di masa depan adalah emanasi Manjushri. Hal ini dimungkinkan karena batin yang cerah disebut memiliki tiga jenis tubuh – Tubuh Kebenaran Kebijaksanaan (Dharmakaya), Tubuh Kenikmatan (Sambhogakaya) dan Tubuh Emanasi (Nirmanakaya). Dalam Buddhisme, emanasi adalah makhluk hidup atau benda mati yang dimanifestasikan oleh para Buddha atau Bodhisattva dengan tujuan memberi manfaat kepada makhluk lain. Oleh karena itu, Lama Tsongkhapa adalah emanasi Manjushri, yang bermanifestasi untuk menyebarkan ajaran murni Buddha Shakyamuni.

Lama Tsongkhapa sebenarnya dianggap sebagai emanasi dari tiga bodhisattva agung – Avalokiteshvara, Manjushri dan Vajrapani – karena beliau memiliki kualitas mendalam dari welas asih, kebijaksanaan dan kekuatan spiritual cerah yang masing-masing dimiliki oleh ketiga bodhisattva.

 

Avalokiteshvara – Buddha Welas Asih

Thousand-Armed Avalokiteshvara - Buddha of Compassion

Avalokiteshvara Berlengan Seribu – Buddha Welas Asih

(Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut tentang Avalokiteshvara)

Avalokiteshvara atau Chenrezig adalah personifikasi tanpa cacat dari welas asih sempurna yang berikrar untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan. Nama Sansekerta ‘Avalokiteshsvara’ berarti ‘Yang Mulia yang memandang dunia dengan kasih sayang’. Dalam Sutra Teratai, Buddha Shakyamuni berkata bahwa jika makhluk yang menderita mendengar nama Avalokiteshvara dan dengan tulus memanggilnya, Avalokiteshvara akan mendengar panggilan tersebut dan membebaskan makhluk tersebut dari penderitaannya. Avalokiteshvara sering digambarkan memiliki 11 kepala, 1.000 tangan dan satu mata di setiap telapak tangannya, umumnya dikenal sebagai Avalokiteshvara Berlengan Seribu. Ribuan mata memungkinkan Bodhisattva untuk memahami penderitaan makhluk hidup dan seribu lengan melambangkan ketrampilannya untuk membantu mereka.

 

Manjushri – Buddha Kebijaksanaan

KingoftheDharma-4

Manjushri – Buddha Kebijaksanaan

(Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut tentang Manjushri)

Manjushri adalah salah satu tokoh terpenting dalam Buddhisme Mahayana. Nama Sansekertanya berarti ‘Ia yang mulia dan lembut’. Manjushri pertama kali muncul dalam literatur Buddhis di sutra Mahayana, khususnya Sutra Teratai. Berikut ini adalah penjelasan kualitas Manjushri oleh guru Zen Taigen Daniel Leighton:

“Manjushri adalah bodhisattva kebijaksanaan dan wawasan, yang menembus ke dalam kekosongan fundamental, kesamarataan universal, dan sifat sejati dari segala sesuatu. Manjushri, yang namanya berarti ‘Yang Luhur dan Lembut,’ melihat ke dalam intisari dari segala fenomena. Intisari hakekat ini adalah bahwa tidak ada sesuatu pun yang memiliki keberadaan tetap dan terpisah dengan sendirinya, terlepas dari seluruh dunia di sekitarnya. Kebijaksanaan bekerja lewat penglihatan yang menembus dikotomi ilusi diri-orang lain, yaitu keterasingan yang kita bayangkan dari dunia kita. Mempelajari diri dari sudut pandang ini, kesadaran cerah Manjushri menyadari kualitas dari diri yang lebih dalam dan luas, terbebaskan dari semua karakteristik yang kita buat-buat dan tidak pernah dipertanyakan.”

(Bodhisattva Archetypes, hlm. 93).

 

Vajrapani – Buddha Pelindung

KingoftheDharma-5

Vajrapani – Buddha Pelindung

(Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut tentang Vajrapani)

Menurut tradisi Mahayana, Vajrapani adalah salah satu dari delapan siswa dekat Buddha Shakyamuni dan digambarkan dengan wujud yang damai. Namun, dalam konteks Vajrayana, Vajrapani sering digambarkan dalam wujud murka sebagai pengemban utama, pemegang dan pelindung teks Tantra, Sastra dan ajaran Buddha Shakyamuni. Oleh karena itu, beliau memberkahi praktisi Tantrik agar mencapai realisasi di jalur Tantra. Beliau diprediksi menjadi Buddha ke 1.000 yang akan mewujudkan pencerahan sempurna dan memutar Roda Dharma dalam masa kalpa ini, dengan cara yang sama seperti Buddha Shakyamuni. Karena itu, beliau dikenal sebagai perwujudan dari kekuatan transenden dan upaya terampil dari makhluk yang cerah.

Guru Rinpoche yang lahir dari teratai

1.000 tahun setelah prediksi Buddha Shakyamuni, ada prediksi lain tentang Lama Tsongkhapa yang dibuat oleh Guru Rinpoche yang Lahir dari Teratai, atau Padmasambhava. Menurut sebuah catatan, Padmasambhava menjelma menjadi seorang anak berusia delapan tahun yang muncul dalam sekuntum bunga teratai yang mengapung di Danau Dhanakosha, di kerajaan Oddiyana. Ia tiba di Tibet pada abad ke-8 M untuk membantu menetapkan agama Buddha di sana dan memperkenalkan para insan pada praktik Tantra Buddhis. Ia juga dianggap sebagai pendiri tradisi Nyingma, salah satu tradisi utama Buddha Tibet. Padmasambhava terkenal karena kemampuan siddhi-Nya yang muncul dari latihan Tantra, menghasilkan keterampilan untuk menaklukkan banyak roh jahat dan setan. Beliau meramalkan bahwa akan ada seorang biksu Buddha yang ditahbiskan sepenuhnya bernama Lobsang Drakpa muncul di timur, dekat tanah Tiongkok. Bhiksu ini akan dianggap sebagai emanasi dari bodhisattva yang sangat termasyhur, Manjushri, dan akan mencapai pencerahan dalam kehidupannya.

KingoftheDharma-7

Dipamkara Atisha yang memiliki arus batin yang sama dengan Guru Rinpoche dan Lama Tsongkhapa

Menurut Yang Mulia Dalai Lama ke-2, Gedun Gyatso (1476 – 1542), Lama Tsongkhapa, Padmasambhava dan Dipamkara Atisha (980 – 1054) memiliki arus batin yang sama. Lama Tsongkhapa juga dikenali sebagai kelahiran kembali dari Nagarjuna, yang merupakan seorang filsuf Buddhis India abad ke-2 M yang mendirikan aliran filsafat Buddhis Madhyamaka. Keempatnya (yaitu Lama Tsongkhapa, Padmasambhava, Dipamkara Atisha, dan Nagarjuna) adalah tokoh penting dalam menyebarkan dan mengklarifikasi ajaran-ajaran Buddha.

 

Pergi ke Kelahiran

Kembali ke tab

Mimpi Pertanda Baik

Pada tahun sebelum kelahiran Lama Tsongkhapa, orang tuanya mulai mendapatkan mimpi pertanda baik. Ayahnya, Lubum Ge, memimpikan seorang biksu dari Gunung Lima Puncak (Wu Tai Shan) di Tiongkok. Dalam banyak kitab sutra, gunung ini disebut oleh Sang Buddha sebagai tempat tinggal suci Manjushri, Buddha Kebijaksanaan. Biksu itu, melakukan perjalanan dari jauh, meminta perlindungan di rumahnya selama sembilan bulan. Lubum Ge dengan senang hati menerima permintaan biksu itu dalam mimpinya.

KingoftheDharma-7A

Shingza Acho terpilih di antara 1.000 wanita lainnya untuk menjadi ibu dari Lama Tsongkhapa

Ibu Lama Tsongkhapa, Shingza Acho, juga mendapatkan mimpi pertanda baik bahwa ia sedang berada di taman yang indah bersama 1.000 wanita lainnya. Di taman itu, ada seorang anak laki-laki yang datang dari timur, berpakaian putih dan membawa bejana berisi air. Ada juga seorang gadis muda yang datang dari barat, berpakaian merah, memegang bulu merak di tangan kanannya dan cermin besar di tangan kirinya. Anak laki-laki itu mendekati setiap wanita dan bertanya kepada gadis itu wanita mana yang cocok untuk wadah tersebut. Gadis itu memilih Shingza Acho sebagai satu-satunya kandidat yang cocok dari semua wanita di taman. Setelah memilihnya, mereka membasuh Shingza Acho untuk mempurifikasinya.

Pada bulan pertama kehamilan, orang tua Lama Tsongkhapa mulai mendapatkan mimpi yang lebih baik lagi. Ayahnya memimpikan bodhisattva Vajrapani. Dalam mimpinya Vajrapani melemparkan vajra dari Tanah Sucinya, yang jatuh melebur ke dalam tubuh istrinya.

Pada tahun 1357 M, Shingza Acho memimpikan para biksu membawa banyak barang ritual sebagai persembahan untuk Avalokiteshvara, memohon pada beliau untuk muncul. Avalokiteshvara akhirnya muncul dalam wujud sosok yang luhur sebesar gunung di angkasa, bercahaya seterang matahari. Saat Avalokiteshvara mendekatinya, beliau mengecil dan melebur ke dalam tubuh Shingza Acho.

Malam sebelum melahirkan, Shingza Acho memimpikan pintu kristal di dalam hatinya yang terbuka dan para makhluk surgawi bermunculan memandikannya. Saat fajar menyingsing, lahirlah bayi yang kemudian dikenal sebagai Guru Agung Lama Tsongkhapa. Mimpi pertanda baik dari orang tuanya ini menegaskan Lama Tsongkhapa adalah emanasi Manjushri, Vajrapani dan Avalokiteshvara.

 

Kelahiran Lama Tsongkhapa

Lama Tsongkhapa (‘Pria dari Tsongkha’) Lobsang Drakpa lahir pada tahun 1357 M dari keluarga nomaden Tsongkha di Amdo, Tibet (sekarang Haidong dan Xining, Qinghai). Sebagaimana yang terlihat pada saat kelahiran suatu sosok luhur, yaitu kelahirannya tidak menimbulkan rasa sakit bagi ibunya. Kedatangan tiga bodhisattva agung dalam wujud seorang bayi laki-laki diiringi oleh nyanyian para daka dan dakini yang luar biasa serta pelangi indah yang muncul di angkasa.

KingoftheDharma-8A

Pohon Kumbum (Pohon 1.000 Rupa Buddha)

Sebuah pohon cendana yang besar dengan lebih dari 100.000 daun muncul di lokasi tepat di mana setetes darah dari tali pusar Lama Tsongkhapa jatuh. Daun-daun pohon itu membentuk garis rupa Buddha Simhanada, sehingga pohon itu dikenal sebagai Pohon Kumbum atau Pohon 1.000 Rupa Buddha. Dulu, saat musim gugur, peziarah akan mengumpulkan dan menyimpan daun-daun yang berguguran. Daunnya kemudian dihancurkan dan dibuat obat. Mereka yang meminum obat tersebut akan disembuhkan dan diberdayakan dengan kebijaksanaan yang lebih.

Pada tahun 1379, ibunda Lama Tsongkhapa, bersama dengan bantuan sesama umat Buddhis, membangun sebuah kuil kecil dengan stupa di sekeliling pohon ini. Kuil sederhana ini merupakan kuil pertama yang dibangun di Kumbum. Pada tahun 1481, kaum bangsawan dan pengembara di wilayah Kokonor membangun kuil yang lebih besar untuk membuat persembahan di pohon suci. Pada tahun 1560, meditator Rinchen Tsondru Gyeltsen membangun sebuah biara kecil bernama Gonpalung untuk latihan meditasi intensif di wilayah itu. Kemudian, Dalai Lama ke-3, Sonam Gyatso (1543 – 1588) berhenti di tempat retret yang terisolasi dan meminta Rinchen Tsondru Gyeltsen untuk membangun biara yang lebih besar di lokasi yang tepat dan mengangkatnya sebagai kepala biara. Biara baru itu bernama Biara Kumbum. Pohon suci di Biara Kumbum terletak di dekat stupa perak berhiaskan berlian dan masih bisa dilihat di wihara tersebut. Beberapa kelahiran Dalai Lama telah mengunjungi situs ini di sepanjang sejarah. Pohon itu tetap menjadi situs ziarah paling suci bagi yang berdoa di sana karena mereka disembuhkan dari penyakit, rintanganya dipurifikasi, pahala didapat, keberuntungan tertambahkan dan berkah diterima.

Berdasarkan ramalan Buddha Shakyamuni, banyak cendekiawan dan praktisi Tibet telah mengantisipasi kelahiran emanasi Manjushri sebagai seorang Lama Tibet, Je Tsongkhapa. Guru Kadampa bernama Choje Dondrub Rinchen (1309 – 1385) adalah salah satu guru Buddhis tersohor yang mengantisipasi kedatangan Lama Tsongkhapa dan tertarik akan pertanda keberuntungan yang ada di sekitar kelahirannya. Ia belajar dan tinggal di Tibet tengah sebelum kembali ke kampung halamannya untuk membangun dua biara di Amdo. Guru ini juga memimpikan Yamantaka, yang merupakan Manjushri dalam wujud murka, memberitahu bahwa dirinya akan berkunjung ke daerah Tsongkha dalam waktu satu tahun, sambil menunjuk ke area Sungai Tsongkha, “Sekitar masa-masa ini di tahun depan, Saya akan tiba di pedalaman lokasi tersebut. Sampai saat itu terjadi izinkan hatimu tenang.”

KingoftheDharma-9

Biara Kumbum

 

Pergi ke Awal Kehidupan

Kembali ke Tab

Masa Awal Kehidupan Lama Tsongkhapa

KingoftheDharma-9A

Karmapa Rolpai Dorje ke-4

Setelah Lama Tsongkhapa lahir, Choje Dondrub Rinchen mempersembahkan beberapa hadiah kepada orang tuanya bersama dengan sepucuk surat untuk menjelaskan bagaimana cara melindungi bayi mereka yang baru lahir. Ketika Lama Tsongkhapa berusia sekitar tiga tahun, Choje Dondrub Rinchen mempersembahkan hadiah ternak kepada ayahnya dan meminta hak tanggung jawab atas pendidikan Lama Tsongkhapa. Menyadari kualitas unggul putranya semasa dininya, ayahnya mengirimnya ketika ia baru berusia tiga tahun untuk menerima ikrar upasaka dari Karmapa Rolpai Dorje ke-4 (1340 – 1383). Ia diberi nama Kunga Nyingpo, dan Rolpai Dorje meramalkan bahwa anak laki-laki ini akan disebut sebagai ‘Buddha Kedua’.

Lama Tsongkhapa meninggalkan orang tuanya untuk tinggal bersama Choje Dondrub Rinchen pada usia tujuh tahun. Bahkan di usia yang sangat muda, ia menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia bisa membaca dan menulis teks-teks Buddhis hanya dengan mengamati gurunya. Choje Dondrub Rinchen memberinya inisiasi Heruka, Hevajra dan Yamantaka, tiga dari inisiasi Anuttarayoga Tantra yang paling terkemuka, dan transmisi lisan dari banyak sutra termasuk Manjushrinamasamgiti. Ia juga diberi ajaran mendalam tentang praktik Tantra ini. Selama periode inilah Lama Tsongkhapa mulai berlatih meditasi. Ia baru berusia delapan tahun ketika ia menerima ikrar sramanera dan mendapat nama Lobsang Drakpa (yang diterjemahkan menjadi Sumatikirti dalam bahasa Sanskerta), yang sekali lagi merupakan pemenuhan prediksi Buddha Shakyamuni.

Pada usia tujuh tahun, Lama Tsongkhapa muda mengalami penampakan murni dari Dipamkara Atisha (982 – 1054), seorang guru Buddhis yang mulia, yang aktivitas hidupnya adalah untuk memulihkan kemurnian Dharma di India dan Tibet. Penglihatannya akan Atisha menunjukkan bahwa ia akan mengikuti jejak Atisha dalam mengklarifikasi ajaran Buddha.

Pada usia 16 tahun, Lama Tsongkhapa meninggalkan Amdo menuju U-Tsang untuk melanjutkan studinya tentang risalah agung Buddha. Sebelum dirinya pergi, Choje Dondrub Rinchen menginstruksikan Lama Tsongkhapa untuk berfokus pada praktik Yamantaka, Vajrapani, Manjushri dan Amitayus, dan untuk menenangkan tiga Pelindung Dharma (yaitu Vaisravana, Mahakala dan Dharmaraja/Kalarupa) untuk menjaganya di jalan spiritualnya.

KingoftheDharma-9B

Pemandangan panorama Biara Kumbum di Amdo

Karena ia memiliki firasat kuat bahwa ia tidak akan pernah kembali ke kampung halamannya, Lama Tsongkhapa memberikan persembahan mandala yang indah, yang tampak seperti permata yang berkilauan, kepada Choje Dondrub Rinchen sebagai hadiah perpisahan. Ia juga melafalkan ‘Pujian Nama-nama Manjushri’ kepada gurunya saat ia berjalan menjauh dari gurunya. Saat ia mencapai bait, “Mereka yang tidak kembali ke siklus samsara, mereka tidak akan muncul lagi,” ia tahu bahwa ia tidak akan kembali lagi. Pada saat itu, ia merasakan kesedihan yang luar biasa sehingga air mata mengalir di pipinya. Choje Dondrub Rinchen tetap berdiam di Biara Jakyung, yang terletak di sebelah selatan Biara Kumbum.

 

Pergi ke Mencari Pengetahuan

Kembali ke Tab

Pencarian Lama Tsongkhapa akan Pengetahuan

Pada musim gugur 1373, Lama Tsongkhapa memulai perjalanannya ke Biara Drikung, Tibet Tengah. Butuh lima hari untuk sampai di tujuannya dari Lhasa. Di biara ini, beliau berlatih di bawah bimbingan kepala biara Chennga Chokyi Gyelpo dan belajari berbagai topik termasuk petunjuk rahasia yang disebut ‘Untaian Berlian’, Enam Yoga dari Naropa dan Mahamudra, yang juga dikenal sebagai ‘Segel Agung’.

KingoftheDharma-9C

Kompleks Biara Drikung

Lama Tsongkhapa muda melanjutkan perjalanannya ke Gungtang, di mana beliau mempelajari delapan ranting diagnosa medis di bawah bimbingan dokter hebat Lhadje Konchok Kyab. Beliau belajar kedokteran untuk menunjukkan dedikasinya yang murni dalam mengikuti kode etik Bodhisattva. Seorang Bodhisattva harus melatih setiap seni dan sains yang akan bermanfaat bagi orang lain. Meskipun beliau menguasai risalah medis, beliau tidak pernah benar-benar mempraktikkan kedokteran. Namun, karena keahlian medisnya, dokter lain sering berkonsultasi dengannya mengenai pengobatan terbaik untuk pasien mereka.

Lama Tsongkhapa melanjutkan pencarian pengetahuannya di salah satu biara terbesar pada saat itu, Chodra Chenpo Dewachen di Nyerthang, setelah menyelesaikan studinya di Biara Drikung. Beliau belajar di bawah bimbingan Tashi Senge dan Densa Gekong. Di Nyerthang, beliau mempelajari karya Buddha Maitreya dan mencapai pemahaman lengkap tentang Kesempurnaan Kebijaksanaan (Prajnaparamita). Karena itu, beliau sudah terkenal sebagai sarjana hebat di usia muda 19 tahun.

KingoftheDharma-9D

Biara Samye

Kemudian, beliau berdebat di Biara Samye, menerima inisiasi Heruka di Zhalu dan mengikuti ujian Prajnaparamita di Sakya. Menurut otobiografinya ‘Rampungnya Tujuan-tujuan’, beliau mempelajari teks dan topik seperti ‘Lima Kitab Maitreya’ secara panjang lebar. Beliau juga mempelajari karya-karya terkait dengan Asanga (abad ke-4), Abhidharma dari Vasubhandu (abad ke-4), sistem logika Dignaga dan Dharmakirti (abad ke-6) dan Madhyamaka sistem Nagarjuna (150-250 M). Kajian mendalamnya tentang filsafat dan logika kemudian menjadi intisari dari Tradisi Gelug.

Selama masa studinya, beliau juga mengikuti debat filosofis di berbagai biara, seperti Biara Sakya, Sangden, Garong, Ngam-ring dan Nenying. Ketenarannya terus meningkat setelah mengambil bagian dalam debat dialektis tentang empat Risalah Agung Maitreya di Tse-tang.

Beliau berkomitmen untuk mengembangkan pemahaman yang benar tentang Dharma dan bertekad untuk menggabungkan pendidikannya dengan praktik sutra dan tantra. Lama Tsongkhapa juga tertarik pada bidang studi lain seperti komposisi puisi, astrologi dan konstruksi mandala. Baik guru maupun siswa lainnya menghormatinya karena kecerdasannya yang tertinggi dan debatnya yang terampil. Pengejarannya akan pengetahuan berlanjut dari 1373 hingga 1393 saat ia melakukan perjalanan ke seluruh Tibet dan belajar di bawah 45 guru terhebat dari berbagai aliran Buddhis. Terlepas dari pamornya akan penguasaan Dharma, Lama Tsongkhapa tetap rendah hati sepanjang hidupnya.

KingoftheDharma-9E

Rendawa Zhonnu Lodro

Selama mencari ilmu, beliau memusatkan perhatian pada tradisi Sakya dan tradisi Sangpu yang berasal dari Biara Sangpu yang didirikan oleh Atisha. Salah satu guru utamanya adalah Rendawa Zhonnu Lodro (1349 – 1412). Rendawa adalah pendukung pandangan Prasangika dari filosofi Madhyamaka (Jalan Tengah) Nagarjuna. Selama waktu ini, Lama Tsongkhapa mengabdikan dirinya terutama pada pembelajaran dan pelatihan dalam Komentar Kognisi yang Valid. Beliau mengembangkan hubungan Guru-siswa yang kuat dengan Rendawa. Mereka saling menghormati dan mengagumi satu sama lain, dan Lama Tsongkhapa bahkan menyusun doa untuk Rendawa sebagai tanda kekagumannya:

Pemimpin Bijaksana Tanpa Cela, Manjushri,
Kasih Sayang yang Bebas dari Objek, Avalokiteshvara,
Mahkota permata para orang bijak dari Negeri Salju,
O Rendawa Zhonnu Lodro, di kedua kakimu aku membuat permohonan ini;
Berikan perlindungan kepadaku; seekor lalat yang sedang mencari pembebasan.

Doa murid kesayangannya ini menggerakkan Rendawa. Namun, beliau merasa doa yang dibuat oleh Lama Tsongkhapa lebih dapat diterapkan untuk menggambarkan kualitas siswanya. Oleh karena itu, beliau membalas dengan mengganti namanya dengan Lama Tsongkhapa bersama dengan sedikit perubahan lainnya:

Kasih sayang yang bebas dari objek, Avalokiteshvara,
Pemimpin Bijaksana tanpa cela, Manjushri,
Penakluk gerombolan mara, Vajrapani,
Mahkota permata para orang bijak dari Negeri Salju,
Lobsang Drakpa, di kedua kaki-Mu, saya berdoa.

Doa yang berisi berkah Lama Tsongkhapa dan Rendawa ini juga dikenal dengan mantra Migtsema. Mantra ini adalah salah satu doa terpenting bagi praktisi Gelugpa dan pemuja Lama Tsongkhapa.

MIG-MEY TZE-WEY TER-CHEN CHENREZIG
DRI-MEY KHYEN-PI WANG-PO JAMPAL YANG
DU-PUNG MA-LU JOM-DZEY SANG-WEY DAG
GANG-CHEN KE-PEY TSUG-GYEN TSONGKHAPA
LO-SANG TRAG-PEY SHAB-LA SOL-WA DEB

Diterjemahkan dalam bahasa Indonesia:

Je Tsongkhapa, Mahkota permata para orang bijak dari Negeri Salju,
Anda adalah Avalokiteshvara, tambang emas Welas Asih yang tidak ternoda oleh delusi ego.
Anda adalah Manjushri, Guru agung bijaksana tanpa cela.
Anda adalah Vajrapani, penakluk segerombolan iblis yang hebat.
Di kaki Anda, Lobsang Drakpa yang termashyur,
Saya dengan rendah hati membungkuk dan dengan sungguh-sungguh memohon agar semua makhluk mencapai Pencerahan.

Mantra Migtsema Lama Tsongkhapa adalah mantra yang luar biasa berkekuatan yang cocok untuk siapa saja pada semua tahap latihan. Selain itu, mantra Migtsema adalah titik utama Guru Yoga Lama Tsongkhapa, yang awalnya diajarkan oleh Manjushri kepada Lama Tsongkhapa. Lama Tsongkhapa mengajarkannya kepada Sherab Senge dan beliau secara bergiliran memberikannya kepada Palden Sangpo yang menuliskannya sampai ke anak cucu. Berikut adalah manfaat yang diketahui dari melafalkan mantra Migtsema, umumnya dikenal sebagai mantra Lama Tsongkhapa:

  • Menenangkan karma dan rintangan negatif.
  • Meningkatkan pahala kebajikan, rentang hidup dan realisasi Dharma.
  • Meningkatkan kasih sayang, kebijaksanaan dan kekuatan spiritual.
  • Melindungi dari setan dan kematian sebelum waktunya.
  • Menciptakan hujan untuk tanaman dan mengontrol cuaca.
  • Menyembuhkan penyakit ‘drib’ (sejenis gangguan mental yang membuat kita kusam dan mengantuk terutama selama belajar Dharma) dan disebabkan oleh golongan roh tertentu.
  • Melindungi dari bahaya senjata.
  • Menyembuhkan penyakit angin atau ‘paru-paru’ (penyakit jiwa lainnya yang membuat emosi kita naik turun karena tekanan mental yang timbul dari berbagai sebab).
  • Menyembuhkan cacat fisik dan mental.
  • Melindungi dari bahaya seperti perampok.
  • Menenangkan hambatan untuk bercocok tanam seperti serangan serangga.
  • Melindungi mereka yang bepergian.
  • Mereka yang mengucapkan doa tidak akan pernah lapar atau menginginkan makanan.
Mantra Migtsema adalah mantra dari Lama Tsongkhapa

Mantra Migtsema adalah mantra dari Lama Tsongkhapa

Banyak pertanyaan muncul karena fakta bahwa para praktisi Gelug berdoa kepada Lama Tsongkhapa, seorang guru yang tampaknya biasa saja, alih-alih kepada Bodhisattva Manjushri, Avalokiteshvara dan Vajrapani secara individu. Alasannya adalah karena Lama Tsongkhapa, guru Dharma yang rendah hati dan cemerlang, adalah perwujudan dari tiga Bodhisattva agung. Oleh karena itu, melafalkan mantra Lama Tsongkhapa sama saja dengan memohon dan menerima berkah dari tiga Bodhisattva agung.

Selain Migtsema, ada berbagai pujian bagi Lama Tsongkhapa yang bisa diucapkan sebagai doa untuk menerima berkah darinya. Ini termasuk:

Pada tahun 1370, Lama Tsongkhapa dan Rendawa pergi ke Ngam-rim, dimana Guru Rendawa menyusun komentar tentang ‘Ringkasan Abhidharma’ (Abhidharma Samuccaya). Lama Tsongkhapa muda juga mendengarkan ajarannya tentang komentar Pramana-vartika. Lama Tsongkhapa begitu terpesona dan tersentuh oleh makna dan realisasi dari Pramana-vartika sehingga getaran kebahagiaan menggulung-gulung di tulang punggungnya dan air matanya mengalir deras.

Beberapa tahun kemudian, beliau menghabiskan musim panas di Biara Narthang di mana beliau mendengarkan ajaran tentang komentar dari Pramana-vartika yang disusun oleh Lotsawa Donsang yang agung dan berpartisipasi dalam debat filosofis di sana.

Dengan bertambahnya jumlah muridnya, Lama Tsongkhapa memutuskan bahwa sudah waktunya beliau menjadi biksu yang sepenuhnya ditahbiskan. Lama Tsongkhapa menerima sumpah sebagai biksu yang ditahbiskan sepenuhnya di Yarlung, dikelilingi oleh 20 biksu. Tsultrim Rinchen, guru dari Empat Topik Agung menjadi guru pembimbing ikrar.

KingoftheDharma-10a

Biara Narthang

Selama tinggal di Biara Tsel, Lama Tsongkhapa memeriksa dan memahami seluruh luasnya Kangyur, kata-kata yang diucapkan Buddha, dan Tengyur, komentar-komentar ajaran Buddha, membukanya untuk wawasan baru ke dalam seluruh tubuh ajaran Buddha. Di Biara Tsel beliau mulai menulis komentarnya tentang Abhisamaya-alamkara dan terlibat dalam kompetisi menghafal secara informal bersama tiga biksu lainnya: Ling Tsungme, Jampel Trashi dari Domey dan Sakya Drup, yang merupakan ahli kitab yang terkenal. Namun Lama Tsongkhapa, dengan kecerdasan adibiasanya, muncul sebagai pemenang.

Sebelum menyelesaikan komposisi komentarnya tentang Abhisamaya-alamkara, dengan penuh semangat ia menyelesaikan praktik Nyungne di kaki rupang Avalokiteshvara yang muncul sendiri. Beliau juga pergi ke Cikyul dan Dewachen untuk memberikan banyak ceramah. Di Dewachen- lah beliau menyelesaikan komentarnya.

Dari Dewachen, beliau pergi ke Kyormo Lung, di mana beliau menerima ajaran tentang Tantra Kalacakra dari Tokden Yeshe Gyeltsen, guru dari Yang Suci Karmapa Rolpai Dorje ke-4. Tempat tersebut juga merupakan tempat di mana Lama Tsongkhapa memiliki kesempatan untuk belajar tentang Komentar Agung Roda Waktu (penjelasan Kalacakra) secara lebih rinci, serta mata pelajaran terkait seperti persiapan grafik astrologi.

Selama musim panas di Olkha Cholung di Yarlung, beliau mengadakan retret yang berfokus pada istadewata meditatif Heruka. Di sana, beliau melakukan Enam Latihan Niguma dan latihan pernapasan dalam 100 kali selama setiap sesi. Beliau mengembangkan kesadaran tinggi sebagai hasil dari praktiknya. Pada musim semi 1390, beliau pergi ke daerah Tsang dan tiba di Nubchu Lung di Rong mana ia mendengarkan ajaran Keranjang Tantra dari Drakpa Shenyen.

Lama Tsongkhapa belajar di bawah bimbingan banyak guru besar termasuk:

  • Chennga Sonam Gyeltsen (1378 – 1466), seorang Lama Drigung dari siapa beliau menerima Enam Yoga Naropa;
  • Lama Jonang Chokle Namgyel (1306 – 1386), dari siapa beliau menerima siklus Kalachakra;
  • Guru Sakya Rinchen Dorje, dari siapa beliau menerima Lamdre ajaran dan Hevajra Tantra;
  • Khyungpo Lepa Zhonnu Sonam, dari siapa beliau menerima siklus Guhyasamaja;
  • Đến Nga Drakpa Jam-chup di Biara Tel, dari siapa beliau menerima Enam Yoga Naropa, tulisan-tulisan yang dikumpulkan dari Pakmo Drukpa, tulisan-tulisan Jikten Gonpo dan ajaran Jalan dan Tujuan; dan
  • Lama Dampa Sonam Gyeltsen Pelzangpo, dari siapa beliau menerima siklus mandala tubuh Heruka Chakrasamvara.

Berbekal pemahaman konkrit tentang filosofi Madhyamaka, beliau mulai menggubah karya awal terpentingnya tentang Prajnaparamita berjudul ‘Untaian Emas’ (legs bshad gser phreng).

Beliau mempelajari logika dan penalaran secara intensif pada usia 22 tahun dengan berfokus pada karya-karya kognisi yang valid oleh Dignaga dan Dharmakirti. Beliau sangat terkesan dengan karya Dharmakirti dari Suwarnadwipa, ahli logika Buddha abad ke-10 dari Sriwijaya, Sumatra. Dharmakirti juga dikenal sebagai guru Dipamkara Atisha. Sebagian besar karya Dipamkara Atisha didasarkan atas karya Dharmakirti dari Suwarnadwipa. Selama 11 tahun berikutnya, beliau melakukan perjalanan dari satu perguruan tinggi monastik ke perguruan tinggi lainnya untuk mempelajari pengetahuan filosofis baru dan memberikan ajaran.

Ketika Lama Tsongkhapa berusia 33 tahun, beliau bertemu dengan Lama Umapa yang luar biasa dari Tsang, yang bepergian untuk belajar bersama Lama Tsongkhapa. Lama Umapa memiliki kemampuan khusus untuk berkomunikasi langsung dengan Manjushri setelah melakukan praktik ekstensif yang berkaitan dengan Manjushri. Lama Umapa kemudian menjadi media komunikasi Lama Tsongkhapa dengan Manjushri. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dalam retret di mana Lama Umapa menyampaikan nasihat Manjushri dan menjawab dengan jawaban dari Manjushri atas pertanyaan Lama Tsongkhapa.

 

Pergi ke Retret

Kembali ke Tab

Retret Purifikasi

KingoftheDharma-10B

35 Buddha Pertobatan

Suatu hari, selama retret meditasi mereka, Lama Umapa menyampaikan pesan penting dari Manjushri. Manjushri menasihati Lama Tsongkhapa untuk berhenti bermeditasi secara berlebihan karena beliau tidak akan mencapai realisasi hanya dengan meditasi. Meditasi penting untuk mengumpulkan pahala kebajikan positif dan memurnikan karma negatif, tetapi itu tidak akan cukup bagi Lama Tsongkhapa untuk memurnikan karma negatifnya pada tingkat yang diperlukan baginya untuk menjadi tercerahkan. Manjushri memerintahkannya untuk pergi ke retret purifikasi.

Seperti yang diinstruksikan oleh Manjushri, selama musim dingin tahun 1392, Lama Tsongkhapa berhenti dari kewajiban mengajarnya dan menarik diri dari publik selama empat tahun. Beliau hidup sederhana dengan sekelompok delapan siswa dekat. Retret purifikasi dimulai di Pertapaan Chadrel pada tahun 1392 dan dipindahkan ke Olkha Cholung beberapa tahun kemudian. Selama empat tahun retret purifikasi, beliau melakukan 100.000 namaskara kepada masing-masing dari 35 Buddha Pertobatan, menyelesaikan total 3,5 juta namaskara, sehubungan dengan praktik Triskandhadharmasutra (‘Sutra Tiga Tumpukan Unggul’). Jejak bekas tubuh-Nya bisa dilihat di tanah setelah mundur. Praktik purifikasi-Nya membuahkan hasil karena beliau memperoleh penglihatan langsung dari 35 Buddha Pertobatan. Beliau juga menyelesaikan 1,8 juta persembahan mandala hingga lengan bawahnya terluka dan berdarah akibat menggunakan lengan bawahnya selama proses persembahan.

KingoftheDharma-11

Pintu masuk ke salah satu gua meditasi Lama Tsongkhapa. Pintu masuk berada di bawah altar utama di tengah ruangan.

Menjelang akhir retret, Manjushri muncul dalam penglihatannya. Manjushri memberitahu bahwa karma negatif-Nya telah dimurnikan, dan sebagai hasilnya beliau sekarang dapat berkomunikasi langsung dengan Manjushri tanpa harus melalui Lama Umapa. Beliau juga mendapatkan penglihatan tentang Buddha Maitreya. Retret purifikasi Lama Tsongkhapa menginspirasi banyak guru dan guru untuk lebih berdedikasi dan berkomitmen dalam menginvestasikan lebih banyak upaya selama perjalanan spiritual mereka.

 

The Lamrim Chenmo: The Great Treatise on the Stages of the Path to Enlightenment

KingoftheDharma-13

Lamrim Chenmo (Risalah Besar tentang Tahapan Jalan Menuju Pencerahan) telah diterjemahkan ke banyak bahasa lain termasuk Inggris dan Tionghoa.

Pada tahun 1398, beliau menyusun ‘Pujian terhadap Ketersalingbergantungan’ usai mencapai realisasi dan pemahaman yang sempurna tentang Madhyamaka setelah memperoleh penglihatan kumpulan guru besar Prasangika India. Pada tahun 1402, pada usia 46 tahun, Lama Tsongkhapa mulai menulis sebuah buku tentang jalan bertahap menuju Pencerahan yang disebut Lamrim Chenmo atau ‘Risalah Besar tentang Tahapan Jalan Menuju Pencerahan’. Buku paling terkenal ini didasarkan pada teks Dipamkara Atisha yang berjudul ‘Bodhipathapradipa’ (‘Lampu Jalan Menuju Pencerahan’). Karya ini menjelaskan secara rinci jalan bertahap menuju pencerahan dari sudut pandang sutrik tetapi juga memasukkan aspek tantrik juga. Lamrim Chenmo ditulis selama beliau tinggal di Biara Reting dan dianggap sebagai salah satu aktivitas luar biasa Lama Tsongkhapa.

Setelah menyelesaikan Lamrim Chenmo, beliau mulai menulis beberapa karya lain sekitar tahun 1407 dan 1408, khususnya komentar tentang ‘Bait-bait Mendasar Jalan Tengah’ dari Nagarjuna yang disebut sebagai ‘Samudra Penalaran’ dan ‘Esensi Kefasihan’. Pada tahun 1415 beliau menyusun Lamrim Dring atau ‘Risalah Panjang Menengah tentang Tahapan Jalan Menuju Pencerahan’, yang merupakan versi ringkas dari Lamrim Chenmo.

Sebagai pendamping volume Lamrim Chenmo, beliau menulis Ngakrim Chenmo, atau ‘Risalah Besar tentang Tahapan Tantra dari Jalan Menuju Pencerahan’ pada tahun 1405. Volume tersebut mencakup semua empat kelas tantra sesuai dengan tradisi Sarma (seperti sebagai aliran Kagyu dan Sakya) dengan penjelasan rinci tentang dua tahap Anuttarayoga Tantra, yang juga dikenal sebagai Tantra Yoga Tertinggi. Karya tantrik penting lainnya termasuk karyanya tentang Guhyasamaja, terutama ‘Komentar tentang Vajrajnanasamuccayanama Tantra’ yang disusun pada tahun 1401 dan ‘Penjabaran Lima Tahap Guhyasamaja’ yang disusun pada tahun 1411.

 

Pergi ke Realisasi

Kembali ke Tab

Realisasi dari Prediksi Buddha Shakyamuni

Lama Tsongkhapa hidup pada masa ketika banyak biara telah meninggalkan aturan Winaya (kode etik biara) dan praktiknya telah merosot. Lama Tsongkhapa bertekad untuk menghidupkan kembali ajaran Buddha dengan mengikuti metode Atisha. Beliau sangat menekankan moralitas dan terutama disiplin ketat dengan monastisisme. Upaya besarnya untuk menghidupkan kembali disiplin monastik dianggap sebagai yang terpenting dari aktivitas luar biasa-Nya.

Sepanjang hidupnya, Lama Tsongkhapa menulis 210 risalah, yang disusun menjadi 20 jilid. Risalah menggabungkan jalur sutra dan tantra, yang secara khusus ditulis untuk menyatukan Pandangan Silsilah Jalan Tengah dengan praktik Anuttarayoga Tantra.

 

Monlam Chenmo: Festival Doa Agung

Ketika berusia 52 tahun, Lama Tsongkhapa memprakarsai Festival ‘Doa Agung’ saat Tahun Baru (Monlam Chenmo) di Lhasa. Monlam Chenmo dirayakan di Lhasa selama dua minggu setelah Tahun Baru Tibet. Semua biksu, biksuni, dan umat awam dari semua tradisi Buddha Tibet berkumpul untuk berdoa dan memberikan persembahan ribuan lampu mentega. Selama dua minggu periode Monlam Chenmo, yang berlanjut hingga hari ini, orang-orang melakukan aktivitas luhur untuk mengumpulkan kebajikan dengan membuat persembahan luar biasa, terlibat dalam namaskara, pergi untuk menjalani retret spiritual dan mencari Sangha untuk menjadi sponsor. Monlam Chenmo adalah salah satu dari empat aktivitas besar Lama Tsongkhapa.

Lama Tsongkhapa adalah orang yang rendah hati yang lebih suka tidak menunjukkan tanda-tanda mukjizat. Namun, ada beberapa contoh di mana beliau menunjukkan kekuatan supranaturalnya. Suatu hari selama Festival Monlam Chenmo pertama, nyala api dari ribuan lampu mentega di biara menjadi tidak terkendali. Orang-orang takut api besar akan membakar biara tersebut. Setelah mendengar tentang kejadian tersebut, Lama Tsongkhapa memasuki meditasi mendalam dan tiba-tiba semua apinya padam seolah-olah telah terhembus angin. Beliau menahan diri untuk menunjukkan kekuatan-Nya meskipun beliau adalah sosok yang memiliki kecerahan penuh dan memiliki penglihatan dari 84 Mahasiddha yang terlihat oleh mereka di angkasa di atas Lhasa. Beliau ingin orang-orang mempelajari Dharma, daripada berjuang untuk mencapai kekuatan supernatural.

Kehidupannya yang luar biasa menjadi contoh panutan bagi komunitas biara untuk menghidupkan kembali ajaran Buddha. Melalui ajarannya yang jelas dan bimbingan khusus, kode etik biara akhirnya dihidupkan kembali. Prestasi besarnya menarik lebih banyak siswa dan pengikut ke jalan Dharma. Beliau tidak ingin melihat ajaran Buddha merosot di Tibet.

 

Patung Maitreya di Dzingji

KingoftheDharma-14

Kuil Dzingji seperti saat ini

Atas saran Manjushri, Lama Tsongkhapa pergi ke Kuil Dzingji untuk melihat Patung Maitreya. Beliau sangat sedih dengan keadaan bangunan yang bobrok dan ikon di dalamnya. Rupang suci itu tertutup debu dan kotoran. Beliau merasa terdorong untuk memulihkannya tetapi tidak memiliki cukup dana untuk menyelesaikan tugas tersebut. Lama Tsongkhapa dan para siswanya kemudian memberikan persembahan dan meminta bantuan Vaishrawana, Pelindung Kekayaan, untuk memberkati mereka dengan sumber daya yang cukup untuk menyelesaikan tugas pemulihan. Apapun yang beliau minta akan terwujud karena niatnya yang murni. Akhirnya, Kuil Dzingji dan Patung Maitreya di dalamnya dipulihkan ke kejayaan mereka sebelumnya. Pemulihan Rupang Maitreya biasanya dianggap sebagai aktivitas agungnya yang pertama.

KingoftheDharma-14A

Buddha Maitreya

 

Biara Gaden (Gaden berarti “Sukacita”)

Seiring dengan bertumbuhnya popularitas Lama Tsongkhapa, para siswa dan pengikutnya meminta beliau untuk membangun sebuah biara. Beliau merenungkan ide tersebut dan pergi untuk meminta bimbingan dari rupang Jowo Rinpoche di Kuil Jokhang di Lhasa. Jowo Rinpoche menasihatinya dalam mimpinya untuk membangun Biara Gaden pada 1409 di Pegunungan Drok Riwo. Biara ini adalah institusi monastik pertama dan paling sentral dari aliran Gelugpa Buddha. Para pengikutnya pertama kali dikenal sebagai ‘Gadenpa’ sebelum nama mereka diubah menjadi ‘Gelugpa’ – ‘Para Pemenang’.

KingoftheDharma-15

Biara Gaden di Tibet

Lama Tsongkhapa mempercayakan pembangunan Biara Gaden kepada salah satu siswa utamanya, Duldzin Drakpa Gyeltsen (1350 – 1413). Beliau membangun biara sesuai dengan aturan Vinaya dan dengan ketekunan yang tinggi. Duldzin Drakpa Gyeltsen pertama-tama memeriksa lokasi tersebut, dan kemudian meminta izin dari Sangha untuk membangunnya. Begitu Sangha memberikan izin dan menunjuknya sebagai kepala pembangun, beliau mengambil tanggung jawab atas semua aspek bangunan, mulai dari menggali tanah untuk dapur hingga menyelesaikan sentuhan akhir pada biara dan representasi di atas altar. Bahkan detail terkecil seperti ukuran ruangan didasarkan pada teks Vinaya. Ketika proyek selesai, beliau mengundang Lama Tsongkhapa dan melakukan semua tiga rotasi pekerjaan dengan cara yang menyenangkan Gurunya.

 

Duldzin Drakpa Gyeltsen – Pemegang Vinaya (1374 – 1434)

KingoftheDharma-19

Duldzin Drakpa Gyeltsen

Duldzin Drakpa Gyeltsen lahir di daerah antara Tibet tengah dan barat. Seorang murid Lama Tsongkhapa yang rajin, ia menjadikan bodhicitta sebagai komitmen di hatinya yang terdalam dan menjadikan khazanah pengetahuan kitab suci dengan kualitas yang terwujud. Ia juga dikenal sebagai salah satu siswa hati terdekat dari Lama Tsongkhapa, dan menyadari bahwa mengandalkan Guru adalah akar dari semua kualitas dan realisasi yang baik. Setelah Lama Tsongkhapa meninggal, ia tidak akan menggantikan gurunya, melainkan menyarankan Gyaltsab Je untuk naik tahta Gaden Tripa, sebagai kepala silsilah. Karena cintanya yang mendalam pada Lama Tsongkhapa, beliau menyimpan jenazah Lama Tsongkhapa dalam wadah yang terbuat dari kayu cendana. Kemudian ia menempatkannya dalam wadah vas yang terbuat dari 18 ‘dre’ (30 lbs) perak tempaan.

Setelah Lama Tsongkhapa meninggal, ia melanjutkan warisan gurunya dengan mendirikan Biara Tsunmo Tsel (Taman Ratu) di lokasi Istana Gyamadar Jampa Migyur Ling di Uruto. Biara tersebut terletak di tempat kelahiran Raja Dharma Songtsen Gampo dan di mana pengiring ratu biasanya tinggal di taman kerajaan.

Semasa hidupnya, ia melaksanakan tugas besar menghidupkan kembali Vinaya dengan menulis kumpulan karya tentang subjek yang disebut ‘Sila Agung Vinaya’, ‘Nasihat untuk Para Sramanera’ dan ‘Ritual Tiga Landasan’. Ia juga menulis sadhana untuk pencapaian mandala dan komentar, ritual konsekrasi, persembahan luar untuk Chakrasamvara, panduan sesembahan untuk membuat persembahan kepada Akshobya Guyasamaja yang muncul di depan dengan mengandalkan mandala yang bertumpuk, Lima Istadewata Sadhana dari Ganthapa, Pencapaian Roda Agung Vajrapani, Ritual Mandala untuk Chakrasamvara dari Luipa, Sadhana Yamantaka Merah-Hitam, Ritual Mandala Vajradhatu Ishvari, Ritual Kunrig Vairochana, Komentar tentang Purifikasi Alam Rendah dan Praktik Ritual dalam Tiga Keluarga Kriya Tantra.

Beliau disebut ‘Pemegang Vinaya’ karena karyanya yang ekstensif dalam menjaga sistem Dharma dari kemerosotan. Hanya menyebut namanya ‘Dulwa Dzinpa’ adalah sesuatu yang bermanfaat bagi ajaran.

Pada usia 63 tahun, ia pergi ke Tsunmo Tsel dan meninggalkan tubuh fisiknya untuk pergi ke kaki Manjusrigarbha Tsongkhapa yang Tiada Banding di istana Dharma di Tanah Suci Tushita.

 

Biara Drepung

Biara Drepung di Tibet

Setelah pembangunan Biara Gaden selesai, Lama Tsongkhapa menginstruksikan muridnya yang lain bernama Jamyang Choje Tashi Palden (1379 – 1449) untuk membangun sebuah biara. Ia secara khusus menginstruksikan Jamyang Choje untuk membangun biara yang lebih besar dari Gaden.

Lama Tsongkhapa menawarinya cangkang keong yang digali selama pembangunan Biara Gaden. Setelah menerima instruksi tersebut, Jamyang Choje Tashi Palden melanjutkan membangun biara yang akan diberi nama Drepung, di mana cangkang keong tersebut tetap ada hingga pertengahan abad ke-20 M. Pembangunan dimulai pada 1416 dan selesai pada 1419.

 

Biara Sera

KingoftheDharma-16A

Biara Sera di Tibet

Pada 1408 Kaisar Yongle dari Dinasti Ming, Tiongkok (yang memerintah dari 1402 hingga 1424) mengirim undangan ke Tsongkhapa mengundangnya ke istana kerajaan di Nanjing. Mengetahui bahwa kedatangannya di hadapan Kaisar akan dirayakan dengan kemegahan dan kemewahan, beliau menolak undangan tersebut. Undangan kedua dikirim pada 1413. Kali ini, beliau mengirim murid-Nya Shakya Yeshe untuk mewakilinya. Shakya Yeshe memiliki kunjungan yang sukses ke Tiongkok dan menerima gelarnya Jamchen Choje dari Kaisar. Persembahan yang luar biasa diberikan kepada Shakya Yeshe setelah kunjungannya, yang digunakannya untuk mendirikan Biara Sera.

Biara Gaden, Drepung dan Sera menjadi tiga lembaga monastik Gelug yang paling terkemuka di Tibet dan di sana ditempatkan beberapa ribu biksu. Sayangnya, Biara Gaden yang asli, rumah spiritual Gelugpa, dirusak oleh pasukan Tiongkok selama pemberontakan tahun 1959 di Lhasa. Selama pemberontakan, tubuh sarira Lama Tsongkhapa diperintahkan oleh tentara untuk dibakar. Saat ini, pemerintah Tiongkok sedang membangun kembali biara. Setelah eksodus dari Tibet ke India pada tahun 1959, para Lama Tibet di pengasingan mendirikan kembali Biara Gaden, Sera dan Drepung di Karnataka, India, di mana mereka terus menghasilkan guru dan cendekiawan Dharma yang sangat terampil dan terpelajar.

 

Pergi ke Cahaya Jernih

Kembali ke Tab

Memasuki Cahaya Jernih

Saat beliau mengajar Tantra Guhyasamaja di Biara Drepung, Lama Tsongkhapa berhenti mengajar di tengah jalan dan lantas berlalu pergi tanpa penjelasan. Saat beliau pergi, tiba-tiba terjadi gempa bumi dan langit menjadi sangat gelap; banyak pelangi dan pancaran cahaya yang jernih bersinar ke arah Biara Gaden.

Dalam perjalanan kembali dari Drepung, beliau mengunjungi Kuil Jokhang untuk memberikan banyak persembahan dan namaskara kepada Jowo Rinpoche. Doanya sederhana, agar Dharma tetap bertahan selama-lamanya.

KingoftheDharma-16B

Patung Jowo Rinpoche di Kuil Jokhang di Lhasa

Ketika akhirnya beliau sampai di Biara Gaden, beliau memberikan banyak persembahan dan mendedikasikan jasa kebajikan untuk semua makhluk dan melafalkan doa-doa Tanah Suci. Menjelang petang, beliau mulai merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya dan para biksu berdoa untuknya. Ia ditemani oleh Duldzin Drakpa Gyeltsen, Gyaltsab Je dan murid dekat lainnya. Gyaltsab Je memohon Lama Tsongkhapa untuk memberikan nasehat. Sang Guru kemudian mengambil topi orang bijak dari kepalanya dan melemparkannya ke pangkuan Gyaltsab Je. Ia juga memberinya jubah biksu sebelum berkata kepada semua siswa dekatnya, “Pahami apa yang saya maksud ketika saya melakukan ini; sekarang pergilah dan sempurnakan tekad untuk menjadi tercerahkan demi para makhluk lainnya.” Beliau memberikan instruksi terakhir ini kepada murid-muridnya dan khususnya kepada Gyaltsab Je yang beliau tunjuk sebagai penggantinya.

Pada hari kedua, mengetahui bahwa beliau akan meninggalkan dunia ini, beliau mempercayakan posisinya kepada murid utamanya, Gyaltsab Je, yang akan menjadi Gaden Tripa ke-1, perwakilan Lama Tsongkhapa di dunia. Setelah masa jabatan Gyaltsab Je sebagai Gaden Tripa berakhir, Khedrup Gelek Pelzang menjadi Gaden Tripa ke-2.

Pada pagi hari, tanggal 25 Oktober 1419, Lama Tsongkhapa masuk dalam meditasi Samadhi, memberikan banyak persembahan mendalam dan menghembuskan nafas terakhirnya. Banyak yang melihat tubuhnya berubah kembali menjadi seorang anak laki-laki berusia 16 tahun (beberapa mengatakan ini mengingatkan akan Manjushri yang masih muda) dan pelangi muncul keluar dari sekujur tubuhnya. Pelangi juga terlihat saat beliau terakhir mengajar di Biara Drepung. Tanda-tanda keberuntungan ini menandakan harapan Lama Tsongkhapa agar ajaran-Nya bertahan. Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun, meninggalkan warisan agung Dharma yang telah dimurnikan. Sampai hari ini, peringatan meninggalnya Lama Tsongkhapa pada tahun 1419 pada tanggal 25 bulan ke-10 dirayakan di Tibet dan Mongolia sebagai ‘Gaden Ngamcho’ atau Hari Lama Tsongkhapa.

 

Gyaltsab Je (1364 – 1432)

KingoftheDharma-20

Gyaltsab Je

Gyaltsab Je atau umumnya dikenal sebagai Dharma Rinchen, adalah seorang biksu yang ditahbiskan dari aliran Sakya yang merupakan seorang sarjana ulung dan fasih. Kecerdasan membuatnya sombong dan awalnya ia ingin menantang Lama Tsongkhapa. Baru setelah ia mendengarkan ajaran mendalam dari Lama Tsongkhapa yang tak tertandingi, ia menyesali kesombongannya. Setelah mendengarkan ajaran Lama Tsongkhapa, ia menjadi sangat setia pada guru yang hebat ini. Ia juga seorang siswa langsung dari Rendawa. Selain sebagai Gaden Tripa ke-1, ia menulis komentar terkenal tentang Bodhicharyavatara yang dikenal sebagai Dar Tik.

Gyaltsab Je menjadi Gaden Tripa (Pemegang Tahta Gaden) pertama setelah Lama Tsongkhapa memasuki cahaya jernih untuk melanjutkan silsilahnya. Sampai hari ini, Gaden Tripa adalah kepala resmi Silsilah Gelug, bukan Dalai Lama seperti yang diyakini oleh beberapa orang. Gaden Tripa adalah posisi yang ditunjuk, dengan jangka waktu tujuh tahun menjabat. Posisi tersebut adalah simbol warisan berkelanjutan Lama Tsongkhapa.

 

Khedrup Gelek Pelzang (1385 – 1438)

KingoftheDharma-21

Khedrub Je

Khedrup Gelek Pelzang atau lebih dikenal dengan Khedrup Je adalah salah satu siswa utama Lama Tsongkhapa. Ia dianggap sebagai emanasi Manjushri sekaligus kelahiran lampau dari Lobsang Chokyi Gyaltsen, Panchen Lama ke-4.

Ketika Gelek Pelzang berusia 21 tahun, ia belajar di bawah bimbingan Rendawa Zhonnu Lodro, dengan siapa ia ditahbiskan sepenuhnya. Ia belajar Pramanawartika karya Dharmakirti, Abhidharma dan Lima Kitab Maitreya, Nagarjuna bekerja pada Madhyamaka dan Vinaya. Ia sebelumnya sudah menjadi cendekiawan silsilah Sakya yang terpelajar sebelum menjadi salah satu murid terkemuka Lama Tsongkhapa, dan ia juga menerima instruksi Sutra dan Tantra dari Lama Tsongkhapa. Ia dikenang sebagai seorang guru karismatik yang menulis banyak komentar yang sangat baik tentang praktik Tantra, yang disusun dan diklarifikasi oleh Lama Tsongkhapa sendiri.

Karya-karyanya yang terkumpul berjumlah 9 jilid, terdiri dari total 58 risalah dan banyak buku doa. Selain itu, ia menulis teks penting tentang Kalachakra yang masih digunakan oleh Dalai Lama ke-14 saat ini.

Ia terpilih dengan suara bulat sebagai Gaden Tripa ke-2, menggantikan Gyaltsab Je. Ia juga terpilih dengan suara bulat sebagai kepala biara ketiga Gaden (setelah Lama Tsongkhapa dan Gyaltsab Je).

 

Kualitas Biksu Gelug

Jika kita meringkas kualitas baik dari para biksu Gelug dari aliran Gaden, maka akan ada 10 karakteristik inspiratif yang juga dimiliki oleh Lama Tsongkhapa sendiri:

  1. Mereka diuji lewat debat, karena penekanan ditempatkan pada logika dan pemahaman dalam membumikan praktik seseorang.
  2. Mereka mempraktikkan kerendahan hati dan tidak menunjukkan bahwa mereka memiliki pencapaian khusus. Ini karena pencapaian sejati adalah transformasi pikiran dan Enam Paramita, dan bukan kemampuan supernatural seperti terbang, berjalan cepat, kewaskitaan, dll. Ini dipandang sebagai pencapaian biasa.
  3. Mereka fokus pada etika dan disiplin monastik (Vinaya) sebagai intisari dari latihan spiritual mereka. Karena itu, para biksu Gelug mempraktikkan selibat. Mereka tidak terlibat dalam praktik yang membutuhkan pasangan.
  4. Mereka mengandalkan kombinasi jalur Sutrik dan Tantrik dari metode dan kebijaksanaan untuk memperoleh realisasi.
  5. Mereka memfokuskan ajaran mereka seturut garis silsilah Dipamkara Atisha dan mengikuti jalan dari Lamrim.
  6. Mereka berkomitmen untuk menghilangkan gangguan karena pikiran yang mengembara (misalnya gangguan, kecemburuan, kesombongan, keraguan dan kebosanan).
  7. Rasa hormat mereka tidak hanya berdasarkan jabatan, tetapi juga pencapaian. Sistem yang digunakan adalah meritokratis, contohnya seorang anak petani sederhana yang belajar cukup giat, dapat naik ke jajaran Gaden Tripa (perwakilan dari Lama Tsongkhapa di bumi, pemegang tahta dan kepala silsilah Gelug).
  8. Untuk para biksu cendekiawan, yang memiliki welas asih dan komitmen untuk belajar, mereka mungkin dapat memutar roda Dharma dan melestarikan ajaran dan tradisi Lama Tsongkhapa sebagai pemegang silsilah itu sendiri.
  9. Untuk para biksu pekerja dan administrasi, mereka melayani Sangha dengan welas asih untuk membebaskan para biksu dan biksu cendekiawan dari pekerjaan sekuler sehingga mereka dapat fokus dalam mempelajari dan mengajarkan Dharma.
  10. Mereka mengabdi pada gurunya. Menjunjung tinggi guru dengan rasa hormat yang tertinggi karena tanpa guru, kita tidak akan memiliki akses ke Dharma dan mendapatkan kesadaran dan pemahaman apa pun tentang ajaran yang lebih tinggi. Kita bisa belajar dari buku tetapi hal tersebut tidak sama dengan memiliki seorang guru yang dapat menjelaskan Dharma dengan jelas dan terampil, sehingga menciptakan kondisi yang kondusif bagi kita untuk berlatih. Karena kita tidak memiliki pahala kebajikan untuk belajar langsung dari Buddha Shakyamuni, maka guru kita menjaga komitmen mereka sehingga kita dapat terhubung dengan Dharma.

Saat ini, doktrin Gelug telah diterima dengan baik di seluruh dunia dengan adanya banyak Biara Gelug yang besar. Dengan cara ini, warisan Lama Tsongkhapa terus hidup. Beberapa dari biara ini meliputi:

  • Biara Gaden
  • Biara Drepung
  • Biara Sera
  • Biara Labrang Tashikyil
  • Biara Namgyal
  • Biara Tashilhunpo
  • Biara Kumbum
  • Biara Dhetsang
  • Biara Reting
  • Biara Denma Gonsa
  • Biara Riwo Choling dan banyak lainnya

 

Pergi ke ikonografi

Kembali ke Tab

Ikonografi Lama Tsongkhapa

KingoftheDharma-23

Bentuk Umur Panjang Lama Tsongkhapa

Setiap elemen dari ikonografi Lama Tsongkhapa memiliki arti yang penting dan bermakna. Meluangkan waktu untuk memahami arti dari setiap simbol dalam ikonografi nya akan membantu kita untuk memvisualisasikan representasi Lama Tsongkhapa secara tepat selama doa dan meditasi. Hal ini sangatlah penting dilaksanakan ketika mengundang rupang atau gambar Lama Tsongkhapa sebagai berkah rumah anda karena rupa Buddha harus memiliki ikonografi yang benar.

Berikut adalah arti ikonografi Lama Tsongkhapa:

  1. Wajah seorang anak laki-laki berusia 16 tahun melambangkan kesegaran usia muda.
  2. Wajah yang tersenyum dan bahagia mewakili kondisi batin yang menyenangkan.
  3. Tahta teratai melambangkan bodhicitta.
  4. Piringan bulan melambangkan realisasi dari kekosongan.
  5. Singa mewakili perlindungan terhadap empat ketakutan (Mara): iblis delusi, iblis agregat yang terkontaminasi, iblis kematian yang tidak terkendali dan iblis Dewaputra.
  6. Kulit putihnya melambangkan pencapaian bodhicitta.
  7. Semburat merah di kulitnya melambangkan pencapaian shunyata atau kekosongan.
  8. Tiga jubahnya adalah lambang memegang ikrar (yaitu Pratimoksha, Bodhisattva dan Tantra).
  9. Beliau duduk dalam posisi vajra yang mewakili stabilitas permanen dan abadi dalam realisasinya.
  10. wajahnya merepresentasikan non-dualitas (melihat melampaui ilusi ‘aku’ dan ‘kamu’).
  11. Kedua tangannya mewakili dua kebenaran: kebenaran relatif dan kebenaran tertinggi.
  12. Mudra Dharmacakra mewakili pemutaran roda Dharma.
  13. Dalam wujud ‘umur panjang’ beliau nampak memegang vas, yang melambangkan penyebarluasan nektar keabadian.
  14. Pedang kebijaksanaan yang menyala-nyala melambangkan kesatuan dengan Manjushri, memotong kebodohan dan delusi.
  15. Prajnaparamita-sutra/ Sutra Kesempurnaan Kebijaksanaan bersandar di tangkai teratai mewakili kebijaksanaan yang menyadari kekosongan.
  16. Topi pandit kuning melambangkan silsilah Buddhis Gelugpa (Topi Kuning).
  17. Dua kepakan topi pandit melambangkan garis silsilah (metode) dan (kebijaksanaan) yang luas.
  18. Ujung topi yang lancip melambangkan tahap asaiksa (pencerahan).

Dalam ikonografinya, Lama Tsongkhapa memegang pedang di atas teratai di sisi kanannya. Hal ini melambangkan fakta bahwa saat kita mendengarkan dan mempelajari Dharma, maka seperti pedang, Dharma akan memotong ketidaktahuan kita. Namun, dalam ikonografinya, pedang ditempatkan di atas teratai. Teratai melambangkan kasih sayang dan cinta. Oleh karena itu, pedang bertindak dari belas kasih dan cinta, dan bukan dari niat untuk menyakiti.

Terdapat teratai (welas asih dan cinta) dengan buku Dharma di atasnya di sisi kiri-Nya. Di atas Buku Dharma ada ‘permata pengabul harapan’. Permata melambangkan manfaat dari pengetahuan yang diperoleh saat mendengarkan dan memahami Dharma. Ketika kita memberikan persembahan dan berdoa kepada Lama Tsongkhapa, pengetahuan, kecerdasan dan kemampuan kita untuk berkomunikasi, terutama melalui ucapan akan meningkat.

Lama Tsongkhapa selalu digambarkan dalam posisi meditasi. Postur meditasi menunjukkan bahwa beliau telah merealisasi pencerahan dengan cara belajar, memahami, melakukan retret dan meditasi.

KingoftheDharma-24

Raja Dharma Yang Mulia – Lama Tsongkhapa

 

Kembali ke Tab

Kembali ke Atas

 

This is the foot print of Lord Tsongkapa. He imprinted his foot in stone as a sign of his tantric achievements.

Ini adalah jejak kaki Lama Tsongkhapa. Beliau menjejakan kakinya di batu sebagai tanda pencapaian tantra.

A unique Byzantine style depiction of Lama Tsongkhapa with his two heart disciples, Khedrup Je and Gyaltsab Je. This depiction of the three great practitioners is known in Tibetan as Je Yab Se Sum.

Sebuah lukisan bergaya byzantin yang menggambarkan Lama Tsongkhapa dengan dua murid utamanya, Khedrup Je dan Gyaltsab Je. Rupa tiga praktisi agung ini dikenal dalam bahasa Tibet sebagai Je Yab Se Sum. Klik untuk memperbesar dan mengunduh versi beresolusi tinggi.

 

Sumber:

  • https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/exciting-information-on-tsongkapa.html
  • https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/tsongkhapa-prayers.html
  • https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/transcript-lama-tsongkhapa-24th-july-2008.html
  • http://tsongkhapa5.blogspot.co.id/2010/05/prophecies.html
  • http://tsemrinpoche.com/wp-content/uploads/2016/02/Music-Delighting-English.pdf
  • http://resources.tsemtulku.com/free-downloads/15-thangkas-of-lama-tsongkhapa.html
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Padmasambhava
  • http://www.buddhanet.net/e-learning/history/guanyin.htm
  • http://www.buddhanet.net/e-learning/history/kuanyin-txt.htm
  • http://buddhism.about.com/od/iconsofbuddhism/a/manjushri.htm
  • http://www.himalayanart.org/search/set.cfm?setID=169
  • http://www.tamqui.com/buddhaworld/Vajrapani
  • http://www.lamayeshe.com/teacher/lama-tsongkhapa
  • http://www.rigpawiki.org/index.php?title=Tsongkhapa_Lobzang_Drakpa
  • http://buddhism.about.com/od/Schools-of-Tibetan-Buddhism/a/Gelugpa.htm
  • http://www.lama-tsongkhapa.com/migtsema/
  • http://www.rigpawiki.org/index.php?title=Gyaltsab_Darma_Rinchen
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Khedrup_Gelek_Pelzang,_1st_Panchen_Lama
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Gyaltsab_Je
  • https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/benefits-and-miraculous-signs-of-lama-tsongkhapas-statues.html
  • http://treasuryoflives.org/biographies/view/Khedrubje-Gelek-Pelzang/8027
  • http://www.lama-tsongkhapa.com/iconography/
  • http://www.rigpawiki.org/index.php?title=Gelug

 

Untuk membaca informasi menarik lainnya:

 

Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:

If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team

Valencia Suhendra

About Valencia Suhendra

Valencia is a liberal person who highly values equality and freedom in all aspects of life. She believes that all confusion, conflicts and dilemma we experience on a day-to-day basis can be solved through inner reflection, a thought that has brought her to explore the philosophies of Buddhism. New to spirituality, Valencia finds herself deeply interested in the fields of inner development and meditation, which she reads extensively during her time away from family and work.
Valencia Suhendra

DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW

Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.

We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.

Leave a Reply

Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: jpg, jpeg, gif, png

 

Maximum file size: 50MB
Allowed file type: mp4
Maximum file size: 15MB each
Allowed file types: pdf, docx

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Blog Chat

BLOG CHAT

Dear blog friends,

I’ve created this section for all of you to share your opinions, thoughts and feelings about whatever interests you.

Everyone has a different perspective, so this section is for you.

Tsem Rinpoche


SCHEDULED CHAT SESSIONS / 聊天室时间表

(除了每个月的第一个星期五)
SUNDAY
8 - 9PM (GMT +8)
4 - 5AM (PST)

UPCOMING TOPICS FOR APRIL / 四月份讨论主题

Please come and join in the chat for a fun time and support. See you all there.


Blog Chat Etiquette

These are some simple guidelines to make the blog chat room a positive, enjoyable and enlightening experience for everyone. Please note that as this is a chat room, we chat! Do not flood the chat room, or post without interacting with others.

EXPAND
Be friendly

Remember that these are real people you are chatting with. They may have different opinions to you and come from different cultures. Treat them as you would face to face, and respect their opinions, and they will treat you the same.

Be Patient

Give the room a chance to answer you. Patience is a virtue. And if after awhile, people don't respond, perhaps they don't know the answer or they did not see your question. Do ask again or address someone directly. Do not be offended if people do not or are unable to respond to you.

Be Relevant

This is the blog of H.E. Tsem Rinpoche. Please respect this space. We request that all participants here are respectful of H.E. Tsem Rinpoche and his organisation, Kechara.

Be polite

Avoid the use of language or attitudes which may be offensive to others. If someone is disrespectful to you, ignore them instead of arguing with them.

Please be advised that anyone who contravenes these guidelines may be banned from the chatroom. Banning is at the complete discretion of the administrator of this blog. Should anyone wish to make an appeal or complaint about the behaviour of someone in the chatroom, please copy paste the relevant chat in an email to us at care@kechara.com and state the date and time of the respective conversation.

Please let this be a conducive space for discussions, both light and profound.

KECHARA FOREST RETREAT PROGRESS UPDATES

Here is the latest news and pictorial updates, as it happens, of our upcoming forest retreat project.

The Kechara Forest Retreat is a unique holistic retreat centre focused on the total wellness of body, mind and spirit. This is a place where families and individuals will find peace, nourishment and inspiration in a natural forest environment. At Kechara Forest Retreat, we are committed to give back to society through instilling the next generation with universal positive values such as kindness and compassion.

For more information, please read here (english), here (chinese), or the official site: retreat.kechara.com.

Noticeboard

Name: Email:
For:  
Mail will not be published
  • SamFoonHeei
    Sunday, Apr 6. 2025 07:23 PM
    Wat Rong Khun better known as the White Temple, is a Buddhist temple in Chiang Rai province, Thailand. The gold symbolizes how people focus on worldly desires and money. The white building represents the idea to make merit and to focus on the mind. It is owned by a succesful Thai businessman who opened it to visitors in 1997. Awesome….This temple stands out through the white colour and use of pieces of glass that sparkle in the sun. The white colour signifies the purity of Buddha while the glass symbolizes Buddha’s wisdom. Located 3 hour drive from Chiang Mai built to honour and pay tribute to sacred Buddhist figures. Over time, temples grew in prominence and is one of the famous temples to visit in Thailand. I have visited years back its simple stunning temple which truly love the design and architecture .
    Thank you Rinpoche for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/the-white-temple-in-thailand.html
  • SamFoonHeei
    Sunday, Apr 6. 2025 07:22 PM
    Sak Yant, a traditional Thai tattooing practice, involves sacred geometrical and animal designs. Its often accompanied by Pali phrases, and is believed to offer power, protection, charisma, and other benefits to the wearer. Sak Yant tattoos are deeply rooted in Buddhist and spiritual beliefs, with each design and symbol carrying specific meanings and purported powers. Many designs are believed to provide protection against evil spirits, misfortune, and danger. Sak Yant tattoos are traditionally applied by monks or masters using a needle and ink, and the process is often accompanied by chants and blessings. I personally have not seen one yet . Sound interesting.
    Thank you Rinpoche and L Kim for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/science-mysteries/the-power-of-sak-yant.html
  • SamFoonHeei
    Sunday, Apr 6. 2025 07:18 PM
    Jojo Struys is a travel and wellness personality, accredited yoga instructor, speaker and author. She visited Bangsar of Kechara outlet for a feature with Star Property. With her visit hopefully more people will get to know more of our Kechara . She had made a video with and Pastor David Lai all about Buddhist Arts. She openly admitted interested in Buddhist art . Buddhist art pieces have given her home a contemporary edge. Art was important to Buddhist religious life. It was not only part of ritual and worship but also served to transmit religious ideas, and artistic styles between cultures. Do agree with her statement ,…..if you want to change your life, change the way you think, because everything begins with you.”
    Thank you Rinpoche for sharing this article.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/kechara-13-depts/jojo-struys-goes-shopping-at-kechara-paradise.html
  • SamFoonHeei
    Tuesday, Mar 25. 2025 03:18 PM
    n their theoretical model, rudeness has this impact on our ability to think because it engenders negative sadness, anger. Researchers have found that common negative behaviours can spread easily and have significant consequences. The best way to avoid rude people is to meet their acts of rudeness with kindness. Exposure to neurotoxins in society is not new. Children today are raised in an environment that is much different from those days. Nowadays they are exposed to behaviours, profane language, hostilities and stress from which we adults, raised a generation ago. Studies have shown that children exposed to serious psychological trauma during childhood are at risk of suffering increased psychiatric disorders. Interesting read.
    Thank you Rinpoche.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/rudeness-is-a-neurotoxin.html
  • SamFoonHeei
    Tuesday, Mar 25. 2025 03:15 PM
    Revisit this blog again . Reading comments in this blog Rich people have substantial assets and income, providing a sense of security and freedom from financial worries. Owning high-end cars, designer clothing and everything they want with their money. Rich people often have more time for leisure, hobbies, and travel, allowing them to pursue interests and experiences. They may live in large, luxurious homes and have or apartments, often in desirable locations and having personalized services. The fundamental difference in mindset between the rich and the poor is, the rich have understood a very simple principle money makes money. Rich people see money as an opportunity, while poor people see it as something to be earned. Poor people work hard for their money. It is the heart that makes a man rich. He is rich according to what he is, not according to what he has. Not he who has much is rich, but he who gives much. The primary difference between rich people and poor people is how they handle their wealth. My thought been rich in this world it is not what we take up, but what we give up, that makes us rich.
    Thank you for sharing Rinpoche.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/rich-people.html
  • SamFoonHeei
    Tuesday, Mar 25. 2025 03:13 PM
    Found this old post …disturbing. Having a name especially a Bar linked to Buddha to be disrespectful towards Buddhism. After much controversy the owner had it removed. The Buddha Bar located in Sabah by a young owner which opened without much thought had many people complaining. Later was forced to have its controversial name changed to ‘Peacock Garden’ and had apologised for the controversial name. As a devout Buddhist, the name ‘Buddha Bar’ which serves alcohol, is disrespectful to the revered Buddha.
    Thank you Rinpoche for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/buddha-bar.html
  • SamFoonHeei
    Tuesday, Mar 25. 2025 03:12 PM
    Siberia, considered the heartland of shamanism inhabited by many different ethnic groups, and many of its peoples observe shamanistic. Many of the indigenous communities reclaiming their traditional spiritual and healing practices . Interesting. Siberian shamanism is often called Tengerism, involves various rituals, including drumming, chanting, trance states, and offerings to nature spirits and ancestors. This religious practice has deep roots in Siberia and Central Asia in recent years with roots in the Turkic and Mongolic cultures. Many who have been live in a remote part of Russia, have preserved their shamanic traditions due to their isolation. Many customs of Tengrism are still been practiced where they emphasizes a deep respect for nature and its various spirits, including those of the earth, water, and mountains. They do believe in the continued existence of souls and the importance of honouring their ancestors.
    Thank you Rinpoche sharing this ancient religion.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/interesting-siberia.html
  • SamFoonHeei
    Tuesday, Mar 25. 2025 03:10 PM
    Everyone of us has an unforgettable different experience, a different destination and itineraries. The journey to Shar Gaden Monastery back in 2019, making offerings to the sangha , by the Kecharians hold special moments and memories. They were on behalf of His Eminence the 25th Tsem Rinpoche and Kechara in making an offering to all 650 monks of the monastery. On this fruitful trip the Kecharians had the honour to catch a glimpse of the normally-covered holy statue of Dorje Shugden . Awesome this holy statue of Dorje Shugden was handmade by HH Kyabje Trijang Rinpoche and HH Kyabje Zong Rinpoche.The team was also granted an audience with H E Domo Geshe Chocktrul Rinpoche. Having the opportunity to make offerings to the monks was indeed meritorious. Rejoice to them. Looking at those beautiful pictures paints a thousands words. Thank you Rinpoche and team for this sharing. Merely looking at it is a blessing especially the Holy Statue of Dorje Shugden.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/journey-to-shar-gaden-monastery-2019-making-offerings-to-the-sangha.html
  • SamFoonHeei
    Friday, Mar 21. 2025 05:41 PM
    Only those who dare to fail greatly can ever achieve greatly. We can’t let our failures define us. Defeat is not the worst of failures. Not to have tried is the true failure. Success is never permanent, and failure is never final. Failure is another stepping stone to greatness .Sometimes just reminding ourselves of the temporality of failure enables us to forge ahead and stay focus looking forward . Failure isn’t something many of us can handle gracefully. And even though we know it’s a common human condition, figuring out how to stay motivated in the face of failure .
    Thank you Rinpoche for this profound teachings.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/inspiration-worthy-words/dont-let-obstacles-win.html
  • SamFoonHeei
    Friday, Mar 21. 2025 05:38 PM
    Finally HH Dalai Lama said we can practice Dorje Shugden. After all these years of deep frustration felt by the Tibetan people. They who lack religious freedom been denied and been exploited in all sectors of society. More than 60 years the Tibetan leadership has cause the sufferings of those in exile who had propitiate Dorje Shugden. Dalai Lama did reiterated although he recommended not worshipping Dorje Shugden as it is a personal choice and freedom. Interesting read.
    Thank you Rinpoche .

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/current-affairs/dalai-lama-says-we-can-practise-dorje-shugden-finally-chinese.html
  • SamFoonHeei
    Friday, Mar 21. 2025 05:37 PM
    Working in a private hospital before ,having witnessed many personal tragedies faced by the living and dying patients. Many of these poor people faced their death with fear, with misery and pain before departing this world. With the images of all these in my mind, on occasion feeling sad and grieve at times when those we have cared .But nonetheless we should recognise certain truths. All of us are going to leave this world at one time and leaving those we love. In the teaching of the Buddha, all of us will pass away eventually as a part in the natural process of birth, old-age and death and that we should always keep in mind the impermanence of life. Along the journey of life, we are reminded of our own inevitable ends in waiting and everything is a blip of transience and impermanent. Be responsible, good and positive for ourselves and towards others. This leads to calmness, happiness and an outlook which contributes to a calm and controlled mind at the time of death. We have to remind ourselves the importance of rebirth and taking time to prepare for their own demise before its too late.To cultivate the good karma, our good actions are an excellent way prepare for our death. Having lead a responsible and compassionate life and have no regrets when death approaches enables us to surrender without a struggle. The life that we all cherish and wish to hold on. We are doomed to the endless cycles of life and death, we should learn and practices Dharma teachings .We are given a chance in life and choice to determine our future, to determine where we will go for rebirth. Spend our time on earth wisely before its too late.
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/the-importance-of-rebirth.html
  • SamFoonHeei
    Friday, Mar 21. 2025 05:34 PM
    The Flatwoods monster in West Virginia folklore, is a creature reported to have been sighted in the town of Flatwoods in Braxton County, West Virginia Flatwoods monsters are aliens described as hovering creatures with glowing purple eye. Since tales about this creature, it has become one of the most famous legends in modern memory. Although the Monster has not been seen since its impact on the rural community has been huge. Many of the eye witnesses came up stories concluded that the shape, movement, and sounds due to the nature of the sighting. Description by eye witness varied, some said is unidentified flying object (UFO) . There’s no hard evidence to support the true nature . Interesting article.
    Thank you Rinpoche for sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/science-mysteries/flatwoods-monster-close-encounter-of-the-third-kind.html
  • SamFoonHeei
    Sunday, Mar 16. 2025 01:40 PM
    The Eerie Enigma of the Mothman are refer to the legendary, humanoid, winged creature as said by the locals as where is was been sighted. Since then it had sparking a blend of fear and fascination among the locals in the Point Pleasant, West Virginia area. This creature became an eerie symbol of fear, tragedy, and fascination for decades to come since the stories are so enduring and pervasive . The first reported encounter in 1966 in West Virginia and to the most recent one in 2024 in Kane, Illinois. In the quiet town of Point Pleasant, West Virginia, the mysterious creature had igniting one of the most puzzling legends in American folklore. Witnesses described this creature standing over seven feet tall, with a wingspan that could rival a small aircraft, glowing red eyes, and a human-like figure. This interesting, could it be real no one knows, there’s something out there for sure.
    Thank you Rinpoche for this sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/science-mysteries/the-eerie-enigma-of-the-mothman.html
  • SamFoonHeei
    Sunday, Mar 16. 2025 01:38 PM
    His Holiness the Dalai Lama is considered the incarnation of the Bodhisattva Avalokitesvara and therefore he is an enlightened being. H H Dalai Lama has strongly discouraged the practice of Dorje Shugden worship within Tibetan Buddhism. Dorje Shugden is a prominent deity in the Gelugpa school of Tibetan Buddhism. Many highly attained Lamas have been relying on this Powerful Protector for centuries and even Dalai lama previously do propitiate Dorje Shugden . It cannot be wrong and its wrong to view it as a form of “spirit worship”. All his previous 9 reincarnations practiced with devotion, all of the Dalai Lamas teachers practiced Dorje Shugdan as well . The Tibetan community is torn over this issue and this has been the cause of much suffering and unnecessary prejudice. Dalai Lama is without doubt an enlightened being that surely cannot be tricked by a spirit. Dalai Lama did composed a praise to Dorje Shugden while at Dungkar Monastery . Interesting article , may more people read this and to understand better regarding this controversy. In 2020, the Dalai Lama made a Uturn by saying we can practice Dorje Shugden . Thats’ wonderful and relief for many practitioners.
    Thank you Rinpoche for this great sharing.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/buddhas-dharma/the-fourteenth-dalai-lama-dorje-shugden.html
  • SamFoonHeei
    Sunday, Mar 16. 2025 01:37 PM
    Butön Rinchen Drup, 11th Abbot of Shalu Monastery, was a 14th-century Sakya master and Tibetan Buddhist leader. Butön Rinchen Drup a Tibetan great scholar and translator, known for systematizing the Tibetan Buddhist canon containing the Indian scriptures based on the spoken words of the Buddha. He also compiled the Tangyur collection that contains the Indian and Tibetan commentaries of these teachings. He wrote a famous text, the History of Buddhism in India and Tibet, which many Tibetan scholars utilize in their study till today. He remains to this day as one of the most important Tibetan historians and Buddhist writers in the history of Buddhism and Tibet. He was not merely a capable administrator but he is remembered to this very day as a prodigious scholar and writer and is Tibet’s most celebrated historian. After his death he strongly influenced the development of esoteric studies and psychic training in Tibet for centuries. Interesting biography of a great scholar.
    Thank you Rinpoche and Pastor David with folded hands.

    https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/great-lamas-masters/tibets-great-scholar-buton-rinchen-drub.html

1 · 2 · 3 · 4 · 5 · »

Messages from Rinpoche

Scroll down within the box to view more messages from Rinpoche. Click on the images to enlarge. Click on 'older messages' to view archived messages. Use 'prev' and 'next' links to navigate between pages

Use this URL to link to this section directly: https://www.tsemrinpoche.com/#messages-from-rinpoche

Previous Live Videos

MORE VIDEOS

Shugdenpas Speaking Up Across The Globe

From Europe Shugden Association:


MORE VIDEOS

From Tibetan Public Talk:


MORE VIDEOS

CREDITS

Concept: Tsem Rinpoche
Technical: Lew Kwan Leng, Justin Ripley, Yong Swee Keong
Design: Justin Ripley, Cynthia Lee
Content: Tsem Rinpoche, Justin Ripley, Pastor Shin Tan, Sarah Yap
Admin: Pastor Loh Seng Piow, Beng Kooi

I must thank my dharma blog team who are great assets to me, Kechara and growth of dharma in this wonderful region. I am honoured and thrilled to work with them. I really am. Maybe I don't say it enough to them, but I am saying it now. I APPRECIATE THESE GUYS VERY MUCH!

Tsem Rinpoche

Total views today
0
Total views up to date
27589059
Facebook Fans Youtube Views Blog Views
Animal Care Fund
  Bigfoot, Yeti, Sasquatch

The Unknown

The Known and unknown are both feared,
Known is being comfortable and stagnant,
The unknown may be growth and opportunities,
One shall never know if one fears the unknown more than the known.
Who says the unknown would be worse than the known?
But then again, the unknown is sometimes worse than the known. In the end nothing is known unless we endeavour,
So go pursue all the way with the unknown,
because all unknown with familiarity becomes the known.
~Tsem Rinpoche

Photos On The Go

Click on the images to view the bigger version. And scroll down and click on "View All Photos" to view more images.
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn\'t this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
5 years ago
According to legend, Shambhala is a place where wisdom and love reign, and there is no crime. Doesn't this sound like the kind of place all of us would love to live in? https://www.tsemrinpoche.com/?p=204874
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden\'s blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
5 years ago
108 candles and sang (incense) offered at our Wish-Fulfilling Grotto, invoking Dorje Shugden's blessings for friends, sponsors and supporters, wonderful!
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
5 years ago
Dharmapalas are not exclusive to Tibetan culture and their practice is widespread throughout the Buddhist world - https://www.tsemrinpoche.com/?p=193645
One of our adorable Kechara Forest Retreat\'s doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
5 years ago
One of our adorable Kechara Forest Retreat's doggies, Tara, happy and safe, and enjoying herself in front of Wisdom Hall which has been decorated for Chinese New Year
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
5 years ago
Fragrant organic Thai basil harvested from our very own Kechara Forest Retreat farm!
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
5 years ago
On behalf of our Puja House team, Pastor Tat Ming receives food and drinks from Rinpoche. Rinpoche wanted to make sure the hardworking Puja House team are always taken care of.
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
5 years ago
By the time I heard about Luang Phor Thong, he was already very old, in his late 80s. When I heard about him, I immediately wanted to go and pay my respects to him. - http://bit.ly/LuangPhorThong
It\'s very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it\'s very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
5 years ago
It's very nice to see volunteers helping maintain holy sites in Kechara Forest Retreat, it's very good for them. Cleaning Buddha statues is a very powerful and effective way of purifying body karma.
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
5 years ago
Kechara Forest Retreat is preparing for the upcoming Chinese New Year celebrations. This is our holy Vajra Yogini stupa which is now surrounded by beautiful lanterns organised by our students.
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
5 years ago
One of the most recent harvests from our Kechara Forest Retreat land. It was grown free of chemicals and pesticides, wonderful!
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
6 years ago
Third picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
6 years ago
Second picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal.
Height: 33ft (10m)
6 years ago
First picture-Standing Manjushri Statue at Chowar, Kirtipur, Nepal. Height: 33ft (10m)
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
6 years ago
The first title published by Kechara Comics is Karuna Finds A Way. It tells the tale of high-school sweethearts Karuna and Adam who had what some would call the dream life. Everything was going great for them until one day when reality came knocking on their door. Caught in a surprise swindle, this loving family who never harmed anyone found themselves out of luck and down on their fortune. Determined to save her family, Karuna goes all out to find a solution. See what she does- https://bit.ly/2LSKuWo
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
6 years ago
Very powerful story! Tibetan Resistance group Chushi Gangdruk reveals how Dalai Lama escaped in 1959- https://bit.ly/2S9VMGX
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
6 years ago
At Kechara Forest Retreat land we have nice fresh spinach growing free of chemicals and pesticides. Yes!
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
6 years ago
See beautiful pictures of Manjushri Guest House here- https://bit.ly/2WGo0ti
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
6 years ago
Beginner’s Introduction to Dorje Shugden~Very good overview https://bit.ly/2QQNfYv
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat\'s land here in Malaysia
6 years ago
Fresh eggplants grown on Kechara Forest Retreat's land here in Malaysia
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
6 years ago
Most Venerable Uppalavanna – The Chief Female Disciple of Buddha Shakyamuni - She exhibited many supernatural abilities gained from meditation and proved to the world females and males are equal in spirituality- https://bit.ly/31d9Rat
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
6 years ago
Thailand’s ‘Renegade’ Yet Powerful Buddhist Nuns~ https://bit.ly/2Z1C02m
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
6 years ago
Mahapajapati Gotami – the first Buddhist nun ordained by Lord Buddha- https://bit.ly/2IjD8ru
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
6 years ago
The Largest Buddha Shakyamuni in Russia | 俄罗斯最大的释迦牟尼佛画像- https://bit.ly/2Wpclni
Sacred Vajra Yogini
6 years ago
Sacred Vajra Yogini
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
6 years ago
Dorje Shugden works & archives - a labour of commitment - https://bit.ly/30Tp2p8
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
6 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha.
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha\'s mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
6 years ago
Mahapajapati Gotami, who was the first nun ordained by Lord Buddha. She was his step-mother and aunt. Buddha's mother had passed away at his birth so he was raised by Gotami.
Another nun disciple of Lord Buddha\'s. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
6 years ago
Another nun disciple of Lord Buddha's. She had achieved great spiritual abilities and high attainments. She would be a proper object of refuge. This image of the eminent bhikkhuni (nun) disciple of the Buddha, Uppalavanna Theri.
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
6 years ago
Wandering Ascetic Painting by Nirdesha Munasinghe
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
6 years ago
High Sri Lankan monks visit Kechara to bless our land, temple, Buddha and Dorje Shugden images. They were very kind-see pictures- https://bit.ly/2HQie2M
This is pretty amazing!

First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
6 years ago
This is pretty amazing! First Sri Lankan Buddhist temple opened in Dubai!!!
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche

Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
6 years ago
My Dharma boy (left) and Oser girl loves to laze around on the veranda in the mornings. They enjoy all the trees, grass and relaxing under the hot sun. Sunbathing is a favorite daily activity. I care about these two doggies of mine very much and I enjoy seeing them happy. They are with me always. Tsem Rinpoche Always be kind to animals and eat vegetarian- https://bit.ly/2Psp8h2
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can\'t stop thinking of you and I can\'t forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
6 years ago
After you left me Mumu, I was alone. I have no family or kin. You were my family. I can't stop thinking of you and I can't forget you. My bond and connection with you is so strong. I wish you were by my side. Tsem Rinpoche
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
6 years ago
This story is a life-changer. Learn about the incredible Forest Man of India | 印度“森林之子”- https://bit.ly/2Eh4vRS
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
6 years ago
Part 2-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
6 years ago
Part 1-Beautiful billboard in Malaysia of a powerful Tibetan hero whose life serves as a great inspiration- https://bit.ly/2UltNE4
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
6 years ago
The great Protector Manjushri Dorje Shugden depicted in the beautiful Mongolian style. To download a high resolution file: https://bit.ly/2Nt3FHz
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
6 years ago
The Mystical land of Shambhala is finally ready for everyone to feast their eyes and be blessed. A beautiful post with information, art work, history, spirituality and a beautiful book composed by His Holiness the 6th Panchen Rinpoche. ~ https://bit.ly/309MHBi
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
6 years ago
Beautiful pictures of the huge Buddha in Longkou Nanshan- https://bit.ly/2LsBxVb
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
6 years ago
The reason-Very interesting thought- https://bit.ly/2V7VT5r
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
6 years ago
NEW Bigfoot cafe in Malaysia! Food is delicious!- https://bit.ly/2VxdGau
DON\'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
6 years ago
DON'T MISS THIS!~How brave Bonnie survived by living with a herd of deer~ https://bit.ly/2Lre2eY
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
6 years ago
Global Superpower China Will Cut Meat Consumption by 50%! Very interesting, find out more- https://bit.ly/2V1sJFh
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
6 years ago
You can download this beautiful Egyptian style Dorje Shugden Free- https://bit.ly/2Nt3FHz
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
6 years ago
Beautiful high file for print of Lord Manjushri. May you be blessed- https://bit.ly/2V8mwZe
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
6 years ago
Mongolian (Oymiakon) Shaman in Siberia, Russia. That is his real outfit he wears. Very unique. TR
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
6 years ago
Find one of the most beautiful temples in the world in Nara, Japan. It is the 1,267 year old Todai-ji temple that houses a 15 meter Buddha Vairocana statue who is a cosmic and timeless Buddha. Emperor Shomu who sponsored this beautiful temple eventually abdicated and ordained as a Buddhist monk. Very interesting history and story. One of the places everyone should visit- https://bit.ly/2VgsHhK
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
6 years ago
Manjusri Kumara (bodhisattva of wisdom), India, Pala dynesty, 9th century, stone, Honolulu Academy of Arts
Click on "View All Photos" above to view more images

Videos On The Go

Please click on the images to watch video
  • Pig puts his toys away
    5 years ago
    Pig puts his toys away
    Animals are so intelligent. They can feel happiness, joy, pain, sorrow, just like humans. Always show kindness to them. Always show kindness to everyone.
  • Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    6 years ago
    Always be kind to animals-They deserve to live just like us.
    Whales and dolphins playing with each other in the Pacific sea. Nature is truly incredible!
  • Bodha stupa July 2019-
    6 years ago
    Bodha stupa July 2019-
    Rainy period
  • Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
    6 years ago
    Cute Tara girl having a snack. She is one of Kechara Forest Retreat’s resident doggies.
  • Your Next Meal!
    6 years ago
    Your Next Meal!
    Yummy? Tasty? Behind the scenes of the meat on your plates. Meat is a killing industry.
  • This is Daw
    6 years ago
    This is Daw
    This is what they do to get meat on tables, and to produce belts and jackets. Think twice before your next purchase.
  • Don’t Take My Mummy Away!
    6 years ago
    Don’t Take My Mummy Away!
    Look at the poor baby chasing after the mother. Why do we do that to them? It's time to seriously think about our choices in life and how they affect others. Be kind. Don't break up families.
  • They do this every day!
    6 years ago
    They do this every day!
    This is how they are being treated every day of their lives. Please do something to stop the brutality. Listen to their cries for help!
  • What happened at Fair Oaks Farm?
    6 years ago
    What happened at Fair Oaks Farm?
    The largest undercover dairy investigation of all time. See what they found out at Fair Oaks Farm.
  • She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
    6 years ago
    She’s going to spend her whole life here without being able to move correctly. Like a machine. They are the slaves of the people and are viewed as a product. It’s immoral. Billions of terrestrial animals die annually. Billions. You can’t even imagine it. And all that because people don’t want to give up meat, even though there are so many alternatives. ~ Gabriel Azimov
  • Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Our Malaysian Prime Minister Dr. Mahathir speaks so well, logically and regarding our country’s collaboration with China for growth. It is refreshing to listen to Dr. Mahathir’s thoughts. He said our country can look to China for many more things such as technology and so on. Tsem Rinpoche
  • This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
    6 years ago
    This is the first time His Holiness Dalai Lama mentions he had some very serious illness. Very worrying. This video is captured April 2019.
  • Beautiful Monastery in Hong Kong
    6 years ago
    Beautiful Monastery in Hong Kong
  • This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    This dog thanks his hero in such a touching way. Tsem Rinpoche
  • Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
    6 years ago
    Join Tsem Rinpoche in prayer for H.H. Dalai Lama’s long life~ https://www.youtube.com/watch?v=gYy7JcveikU&feature=youtu.be
  • These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    These people going on pilgrimage to a holy mountain and prostrating out of devotion and for pilgrimage in Tibet. Such determination for spiritual practice. Tsem Rinpoche
  • Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Beautiful new casing in Kechara for Vajra Yogini. Tsem Rinpoche
  • Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
    6 years ago
    Get ready to laugh real hard. This is Kechara’s version of “Whatever Happened to Baby Jane!” We have some real talents in this video clip.
  • Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
    6 years ago
    Recitation of Dorje Dermo‘s mantra or the Dharani of Glorious Vajra Claws. This powerful mantra is meant to destroy all obstacles that come in our way. Beneficial to play this mantra in our environments.
  • Beautiful
    6 years ago
    Beautiful
    Beautiful sacred Severed Head Vajra Yogini from Tsem Rinpoche's personal shrine.
  • My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
    6 years ago
    My little monster cute babies Dharma and Oser. Take a look and get a cute attack for the day! Tsem Rinpoche
  • Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Plse watch this short video and see how all sentient beings are capable of tenderness and love. We should never hurt animals nor should we eat them. Tsem Rinpoche
  • Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
    6 years ago
    Cruelty of some people have no limits and it’s heartbreaking. Being kind cost nothing. Tsem Rinpoche
  • SUPER ADORABLE and must see
    6 years ago
    SUPER ADORABLE and must see
    Tsem Rinpoche's dog Oser girl enjoying her snack in her play pen.
  • Cute!
    6 years ago
    Cute!
    Oser girl loves the balcony so much. - https://www.youtube.com/watch?v=RTcoWpKJm2c
  • Uncle Wong
    6 years ago
    Uncle Wong
    We were told by Uncle Wong he is very faithful toward Dorje Shugden. Dorje Shugden has extended help to him on several occasions and now Uncle Wong comes daily to make incense offerings to Dorje Shugden. He is grateful towards the help he was given.
  • Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
    6 years ago
    Tsem Rinpoche’s Schnauzer Dharma boy fights Robot sphere from Arkonide!
  • Cute baby owl found and rescued
    6 years ago
    Cute baby owl found and rescued
    We rescued a lost baby owl in Kechara Forest Retreat.
  • Nice cups from Kechara!!
    6 years ago
    Nice cups from Kechara!!
    Dorje Shugden people's lives matter!
  • Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    6 years ago
    Enjoy a peaceful morning at Kechara Forest Retreat
    Chirping birds and other forest animals create a joyful melody at the Vajrayogini stupa in Kechara Forest Retreat (Bentong, Malaysia).
  • This topic is so hot in many circles right now.
    7 years ago
    This topic is so hot in many circles right now.
    This video is thought-provoking and very interesting. Watch! Thanks so much to our friends at LIVEKINDLY.
  • Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
    7 years ago
    Chiropractic CHANGES LIFE for teenager with acute PAIN & DEAD LEG.
  • BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
    7 years ago
    BEAUTIFUL PLACE IN NEW YORK STATE-AMAZING.
  • Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
    7 years ago
    Leonardo DiCaprio takes on the meat Industry with real action.
  • Do psychic mediums have messages from beyond?
    7 years ago
    Do psychic mediums have messages from beyond?
  • Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
    7 years ago
    Lovely gift for my 52nd Birthday. Tsem Rinpoche
  • This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    7 years ago
    This 59-year-old chimpanzee was refusing food and ready to die until...
    she received “one last visit from an old friend” 💔💔
  • Bigfoot sighted again and made it to the news.
    7 years ago
    Bigfoot sighted again and made it to the news.
  • Casper is such a cute and adorable. I like him.
    7 years ago
    Casper is such a cute and adorable. I like him.
  • Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant  Mongolia's Ancient Hidden Gem
    7 years ago
    Dorje Shugden Monastery Amarbayasgalant Mongolia's Ancient Hidden Gem
  • Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
    7 years ago
    Don't you love Hamburgers? See how 'delicious' it is here!
  • Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
    7 years ago
    Such a beautiful and powerful message from a person who knows the meaning of life. Tsem Rinpoche
  • What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    7 years ago
    What the meat industry figured out is that you don't need healthy animals to make a profit.
    Sick animals are more profitable... farms calculate how close to death they can keep animals without killing them. That's the business model. How quickly they can be made to grow, how tightly they can be packed, how much or how little can they eat, how sick they can get without dying... We live in a world in which it's conventional to treat an animal like a block of wood. ~ Jonathan Safran Foer
  • This video went viral and it's a must watch!!
    7 years ago
    This video went viral and it's a must watch!!
  • SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    8 years ago
    SEE HOW THIS ANIMAL SERIAL KILLER HAS NO ISSUE BLUDGEONING THIS DEFENSELESS BEING.
    This happens daily in slaughterhouse so you can get your pork and Bak ku teh. Stop eating meat.

ASK A PASTOR


Ask the Pastors

A section for you to clarify your Dharma questions with Kechara’s esteemed pastors.

Just post your name and your question below and one of our pastors will provide you with an answer.

Scroll down and click on "View All Questions" to view archived questions.

View All Questions

CHAT PICTURES

yesterday
Come on, Smile! A quick and easy way to make others happy instantly before we start our puja today. 5th April, 2025 Dorje Shugden puja at Penang chapel. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 days ago
Come on, Smile! A quick and easy way to make others happy instantly before we start our puja today. 5th April, 2025 Dorje Shugden puja at Penang chapel. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Today's flower offerings @5th April, 2025. Dorje Shugden weekly puja at Kechara Penang Chapel at No 49, Jalan Seang Tek. Uploaded by Jacinta.
2 days ago
Today's flower offerings @5th April, 2025. Dorje Shugden weekly puja at Kechara Penang Chapel at No 49, Jalan Seang Tek. Uploaded by Jacinta.
Here are some of the offerings to the Buddha @ 5th April, 2025. Uploaded by Jacinta
2 days ago
Here are some of the offerings to the Buddha @ 5th April, 2025. Uploaded by Jacinta
Mdm.Betty & Mr. Teo came very early for setting up & cleaning. Dorje Shugden puja @every Saturday 3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
2 days ago
Mdm.Betty & Mr. Teo came very early for setting up & cleaning. Dorje Shugden puja @every Saturday 3pm. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
We gathered for a group photo after the Dorje Shugden puja ~29th March 2025. Kechara Pennag Study Group by Jacinta
1 week ago
We gathered for a group photo after the Dorje Shugden puja ~29th March 2025. Kechara Pennag Study Group by Jacinta
Deepest and most sincere gratitude for Irene's invaluable and precious Dharma sharing. Kechara Penang Study Group by Jacinta
1 week ago
Deepest and most sincere gratitude for Irene's invaluable and precious Dharma sharing. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Welcome Irene Lim, most senior student of H. E. the 25th Tsem Tulku Rinpoche to our Penang chapel. Kechara Penang Study Group by Jacinta
1 week ago
Welcome Irene Lim, most senior student of H. E. the 25th Tsem Tulku Rinpoche to our Penang chapel. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Offerings to Buddhas - 29th March. Kechara Penang Study Group by Jacinta
1 week ago
Offerings to Buddhas - 29th March. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Pastor Seng Piow came again to lead our puja & Dharma sharing. It's so precious to share Dharma, even it's a short one, uploaded by Jacinga. 22nd March 2025
3 weeks ago
Pastor Seng Piow came again to lead our puja & Dharma sharing. It's so precious to share Dharma, even it's a short one, uploaded by Jacinga. 22nd March 2025
20250322 - Penang members chilling out after puja. It's good to touch base with everyone. After all, we only get to see each other during weekend puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
3 weeks ago
20250322 - Penang members chilling out after puja. It's good to touch base with everyone. After all, we only get to see each other during weekend puja. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Puja packages taken up by 4 sponsors today - 22nd March 2025. Kechara Penang Study Group by Jacinta
3 weeks ago
Puja packages taken up by 4 sponsors today - 22nd March 2025. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Focus and concentrate on chanting 'A Concert of Names of Manjushri'. Kechara Penang Study Group by Jacinta
3 weeks ago
Focus and concentrate on chanting 'A Concert of Names of Manjushri'. Kechara Penang Study Group by Jacinta
15th March 2025, weekly Dorje Shugden puja completed, led by William. Appreciate those regulars who consistently attend this puja without fail. Kechara Penang Study Group by Jaciga.
3 weeks ago
15th March 2025, weekly Dorje Shugden puja completed, led by William. Appreciate those regulars who consistently attend this puja without fail. Kechara Penang Study Group by Jaciga.
13th March 2025 Month of Miracles we had our weekly Swift Return Pujafor HE Tsem Rinpoche. Kechara Kuantan group Sam Foon heei
4 weeks ago
13th March 2025 Month of Miracles we had our weekly Swift Return Pujafor HE Tsem Rinpoche. Kechara Kuantan group Sam Foon heei
Sharyn, one of our longest and senior Penang members led the puja today. It's always good to have different members leading puja so that all of us can learn the proper skills in performing puja, with the intention of benefiting others always. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
1 month ago
Sharyn, one of our longest and senior Penang members led the puja today. It's always good to have different members leading puja so that all of us can learn the proper skills in performing puja, with the intention of benefiting others always. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
Dorje Shugden puja with recitation of Chanting the Names of Manjushri. This puja is performed every Saturday at Penang Chapel, Jalan Seang Tek (3pm). 8th March 2025 by Jacinta.
1 month ago
Dorje Shugden puja with recitation of Chanting the Names of Manjushri. This puja is performed every Saturday at Penang Chapel, Jalan Seang Tek (3pm). 8th March 2025 by Jacinta.
Three sponsored packages today, with merits accumulated from prayers being dedicated according to sponsors' wishes. 8th March 2025. Kechara Penang Study Group by Jacinta
1 month ago
Three sponsored packages today, with merits accumulated from prayers being dedicated according to sponsors' wishes. 8th March 2025. Kechara Penang Study Group by Jacinta
Yesterday 9 March 2025 in the month of miracles we had saved thousands of lives,...fishes .birds fishing baits, releasing them back to nature.Kechara Kuantan group Sam foon heei
1 month ago
Yesterday 9 March 2025 in the month of miracles we had saved thousands of lives,...fishes .birds fishing baits, releasing them back to nature.Kechara Kuantan group Sam foon heei
Our true nature!!! We're young, mature, fun and sometimes a bit silly bunch of Kecharians. Always giving, loving and bring benefits to others. Thanks for supporting us throughout the two-day retreat. Stay tune for more next time. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
1 month ago
Our true nature!!! We're young, mature, fun and sometimes a bit silly bunch of Kecharians. Always giving, loving and bring benefits to others. Thanks for supporting us throughout the two-day retreat. Stay tune for more next time. Kechara Penang Study Group by Jacinta.
The goody-goody side of us after the retreat. Perhaps we have reached ten Bodhisattva level! Kechara Penang Study Group DS Retreat 1st - 2nd March by Jacinta
1 month ago
The goody-goody side of us after the retreat. Perhaps we have reached ten Bodhisattva level! Kechara Penang Study Group DS Retreat 1st - 2nd March by Jacinta
Not forgetting nourishing our body with healthy food and on the first day, we got to taste delightful dessert prepared by Chien Seong, also one of our senior Penang members. Kechara Penang Study Group Retreat by Jacinta.
1 month ago
Not forgetting nourishing our body with healthy food and on the first day, we got to taste delightful dessert prepared by Chien Seong, also one of our senior Penang members. Kechara Penang Study Group Retreat by Jacinta.
Tried Group-fie... But not very successful. Lol! Kechara Penang Study Group bi-annual retreat, uploaded by Jacinta
1 month ago
Tried Group-fie... But not very successful. Lol! Kechara Penang Study Group bi-annual retreat, uploaded by Jacinta
Tormas offering made by Dock Wan, one of the senior Kecharians from KL and close students of Rinpoche. Very delicate, a masterpiece! Uploaded by Jacinta
1 month ago
Tormas offering made by Dock Wan, one of the senior Kecharians from KL and close students of Rinpoche. Very delicate, a masterpiece! Uploaded by Jacinta
All together 19 retreatants, led by Pastor Seng Piow. There were few from KL and one from Indonesia. This pic was taken before the start of our retreat. Kechara Penang Study Group Retreat from 1st - 2nd March, uploaded by Jacinta.
1 month ago
All together 19 retreatants, led by Pastor Seng Piow. There were few from KL and one from Indonesia. This pic was taken before the start of our retreat. Kechara Penang Study Group Retreat from 1st - 2nd March, uploaded by Jacinta.
Flower offerings from sponsors and retreatants. This flower arrangement was made by Sharyn, one of our Penang members. 1st - 2nd March, Kechara Penang Group Retreat. Uploaded y Jacinta
1 month ago
Flower offerings from sponsors and retreatants. This flower arrangement was made by Sharyn, one of our Penang members. 1st - 2nd March, Kechara Penang Group Retreat. Uploaded y Jacinta
1st - 2nd March Kechara Penang Study Group DS Retreat by Jacinta.
1 month ago
1st - 2nd March Kechara Penang Study Group DS Retreat by Jacinta.
6 March 2025 Had our weekly Swift Return Puja for HE Tsem Rinpoche this evening, at Kechara Kuantan center. Sam foon heei Kechara Kuantan group
1 month ago
6 March 2025 Had our weekly Swift Return Puja for HE Tsem Rinpoche this evening, at Kechara Kuantan center. Sam foon heei Kechara Kuantan group
4 March 2025 cleaning of Gyenze Chapel yesterday evening Kechara Kuantan group Sam Foon heei
1 month ago
4 March 2025 cleaning of Gyenze Chapel yesterday evening Kechara Kuantan group Sam Foon heei
test
1 month ago
test
1 month ago
If you need DS help to clear some obstacles or perhaps just wanna support our Kechara Penang Group, do order our puja packages. By Jacinta
1 month ago
If you need DS help to clear some obstacles or perhaps just wanna support our Kechara Penang Group, do order our puja packages. By Jacinta
22nd Feb 2025, Kechara Penang Study Group has completed DS puja. It is a Buddhist ritual that invokes the Dharma Protector Dorje Shugden to bring healing, harmony, and protection. By Jacinta
1 month ago
22nd Feb 2025, Kechara Penang Study Group has completed DS puja. It is a Buddhist ritual that invokes the Dharma Protector Dorje Shugden to bring healing, harmony, and protection. By Jacinta
15th Feb 2025 Dorje Shugden puja & recitation of Namasangiti. Kechara Penang Study Group by Jacinta
2 months ago
15th Feb 2025 Dorje Shugden puja & recitation of Namasangiti. Kechara Penang Study Group by Jacinta
This evening Kechara Kuantan sending groceries to two underprivileged families.Help others without any reason and give without the expectation of receiving anything in return.. Sam foon heei Kechara Kuantan group
2 months ago
This evening Kechara Kuantan sending groceries to two underprivileged families.Help others without any reason and give without the expectation of receiving anything in return.. Sam foon heei Kechara Kuantan group
20th February Kechara Kuantan Had our weekly Swift Return Pujafor HE Tsem Rinpoche May HE Tsem Rinpoche swiftly return to KFR at BENTONG... Kechara Kuantan.. Sam foon heei
2 months ago
20th February Kechara Kuantan Had our weekly Swift Return Pujafor HE Tsem Rinpoche May HE Tsem Rinpoche swiftly return to KFR at BENTONG... Kechara Kuantan.. Sam foon heei
Throwback 9th February 2025 Group photos at Kechara Kuantan,with Pastor Seng Piow
2 months ago
Throwback 9th February 2025 Group photos at Kechara Kuantan,with Pastor Seng Piow
Releasing fishes back to the water by Kechara Kuantan group yesterday. Saving thousands of lives.
2 months ago
Releasing fishes back to the water by Kechara Kuantan group yesterday. Saving thousands of lives.
16 February This morning we saved thousands of lives from pet shop. Released and giving them a chance back to nature.
2 months ago
16 February This morning we saved thousands of lives from pet shop. Released and giving them a chance back to nature.
2 months ago
The Promise
  These books will change your life
  Support Blog Team
Lamps For Life
  Robe Offerings
  Vajrayogini Stupa Fund
  Dana Offerings
  Soup Kitchen Project
 
Zong Rinpoche

Archives

YOUR FEEDBACK

Live Visitors Counter
Page Views By Country
United States 6,879,235
Malaysia 5,163,415
India 2,692,388
Singapore 989,163
Bhutan 984,332
United Kingdom 971,185
Nepal 966,610
Canada 844,748
Australia 671,907
Philippines 569,723
Indonesia 488,034
Germany 394,030
France 325,861
Brazil 273,372
Vietnam 250,059
Thailand 230,647
Taiwan 218,741
Italy 190,572
Spain 172,369
Netherlands 169,295
Mongolia 155,730
South Africa 145,254
Portugal 142,363
Türkiye 138,175
Sri Lanka 137,197
Hong Kong 134,316
Japan 131,608
United Arab Emirates 125,746
Russia 122,677
China 114,997
Romania 110,216
Mexico 104,532
New Zealand 98,516
Switzerland 97,205
Myanmar (Burma) 92,401
Sweden 84,855
Pakistan 84,616
South Korea 81,216
Cambodia 72,471
Poland 7,113
Total Pageviews: 27,589,059

Login

Dorje Shugden
Click to watch my talk about Dorje Shugden....