Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
(Oleh Tsem Rinpoche)
Sri Manjushri adalah salah satu siswa utama dari Buddha historis, Shakyamuni. Meskipun Manjushri sangat piawai dalam meditasi dan praktiknya, beliau masih menampakkan dirinya seolah-olah sedang belajar di hadirat Sang Buddha. Ada banyak sekali ajaran yang muncul sebagai akibat dari pertanyaan Manjushri kepada Sang Buddha. Ini disebabkan oleh karena ketika Manjushri menerima ajaran Buddha bersama seluruh persamuhan Sangha, beliau selalu berdiri dengan hormat sembari mengajukan pertanyaan. Karena Manjushri memohonnya, Sang Buddha kemudian menguraikan, menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya, dan dengan demikian seperangkat ajaran muncul untuk memberi manfaat bagi orang-orang. Tidak selalu Manjushri perlu mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawabannya, tetapi beliau bertanya karena welas asih bagi segenap makhluk hidup yang akan mendapat manfaat dari jawaban tersebut. Dalam tradisi Buddhis, makhluk yang telah cerah hanya akan mengajar jika seorang siswa telah memohon makhluk tersebut untuk memutar Roda Dharma.
Karena Manjushri adalah makhluk yang sepenuhnya purna dan cerah, beliau tidak memiliki batasan jasmaniah. Beliau bisa muncul sebagai laki-laki atau perempuan, murka atau damai, banyak lengan, satu lengan, dua lengan atau tanpa lengan. Beliau bisa muncul dalam dimensi apapun, ruang apapun, kapanpun, dimanapun. Beliau bisa muncul secara bersamaan; beliau dapat muncul dalam ribuan, dalam ratusan ribu, dalam jutaan wujud, secara bersamaan dan setiap manifestasinya mampu beraktivitas secara mandiri untuk memberi manfaat kepada orang lain. Ini semua disebabkan oleh hakekat cerah Manjushri. Ketika makhluk yang telah cerah beremanasi, mereka dapat mewujud dalam berbagai bentuk, dengan berbagai macam cara untuk membantu makhluk lain.
Maka dari itu, kita memiliki Pelindung Dorje Shugden yang merupakan emanasi langsung dari Manjushri, yang pada awalnya dikonfirmasi oleh para guru silsilah Sakya. Belakangan, para guru Gelug menyarikan ajaran, praktik, meditasi, tatacara dan ritus Dorje Shugden. Mereka melakukannya dengan menyadur dari tulisan para leluhur Sakya yang agung, yang pertama mengenali Dorje Shugden dan menobatkannya, dan mendorong latihan praktiknya, bahkan dengan doa-doa panjang untuk memohon pertolongannya. Guru-guru Gelugpa mengambil ajaran ini dari guru Sakya dan mengembangkannya lebih lanjut.
Dalam naskah-naskah tulisan dan ajaran para guru besar di masa lalu, telah ditunjukkan bahwa Dorje Shugden memiliki lima rupa utama. Saya telah membahas seputar lima rupa ini di masa lalu: wujud pokoknya sebagai Duldzin, wujud peningkatan sebagai Gyenze, wujud kendali sebagai Wangze dan wujud kemurkaan sebagai Trakze. Akhirnya, tiba saatnya kita membahas rupa pendamaiannya di sini, Shize.
‘Shize’ adalah kata dalam bahasa Tibet yang berati ‘muncul dalam rupa damai’. Dalam hal ini, rupa damai Dorje Shugden memiliki satu wajah dan dua tangan. Tangan kanannya memegang panah kekayaan yang dihiasi dengan sutra lima warna dan cermin ramalan. Cermin ramalan menunjukkan bahwa rupa Dorje Shugden ini dapat membantu anda melihat ke masa depan yang jauh; Latihan Shize sangat efektif dalam membantu kita menerima ramalan atau mengembangkan kewaskitaan.
Tangan kiri Shize dengan lembut menggenggam laso, menunjukkan kemampuannya untuk mengikat segenap belenggu dan kekotoran batin yang membatasi kita dalam melakukan laku Dharma. Oleh karena itu, ketika kita memuja rupa Dorje Shugden ini, kita memohon berkahnya untuk mengikat belenggu, hal-hal negatif dan rintangan yang menghalangi kita untuk berlatih Dharma. Shize mengenakan pakaian pangeran surgawi; jubahnya yang berlapis-lapis penuh dengan hiasan, terbuat dari brokat yang rumit dan berwarna cantik. Di kakinya ada sepatu bot yang sangat indah. Shize juga memakai ornamen anggota kerajaan yang penuh kemuliaan di kepala dan tubuhnya.
Gajah kerajaannya dihiasi dengan gaya serupa. Berhiaskan permata yang indah luar biasa, gajahnya tampak jinak, tenang, dan sangat menyenangkan. Shize duduk menunggangi gajah ini dengan kaki terentang, dalam postur yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk datang dan membantu Anda setiap kali Anda mengundang energinya. Menunggang gajah melambangkan ketenangan batin, dan batin yang teguh menghadapi rintangan atau ketika memberi manfaat bagi orang lain, sifatnya sangat kokoh dan juga sangat stabil.
Saat Anda melakukan latihan Shize, anda memohon energi kedamaian dan merampungkan banyak hal melalui cara-cara damai. Jadi jika anda berada di daerah yang sedang terjadi wabah, anda bisa melaksanakan latihan Shize. Jika anda berada di area yang terjadi banyak pertengkaran dan banyak ketidakharmonisan, atau dalam rumah tangga atau tempat organisasi yang memiliki banyak ketidakharmonisan, anda dapat melibatkan diri dalam praktik Shize untuk membantu menenangkan situasi dan menemukan penyelesaian secara damai.
Jika batin kita selalu gelisah, tidak bahagia, tertekan dan sedih, atau selalu tidak stabil, latihan Shize sangat bagus untuk menenangkan diri dan meningkatkan pahala kita. Hasil latihannya membuat batin kita menjadi lebih bahagia dan terbebas dari depresi.
Kita juga bisa mengandalkan latihan Shize untuk mengatasi penyakit serius. Ada banyak istadewata Buddhis yang dapat membantu kita mengatasi penyakit. Kita dapat mengandalkan salah satu dari mereka tetapi siapa yang ‘paling efektif’ tergantung pada kecocokan jodoh karma kita sendiri dengan istadewata mana yang dapat kita praktikkan. Dalam kasus ini, jika kita memiliki jodoh karma dengan Dorje Shugden dalam rupa Shize, maka kita dapat terlibat dalam praktiknya untuk membantu memperpanjang hidup kita, mengenyahkan penyakit, melepaskan kita dari halang rintangan bahkan menciptakan kedamaian dan harmoni di tempat yang dipenuhi oleh ketidakharmonisan, ketidakstabilan, rintangan dan masalah. Bahkan di area yang sering terjadi bencana alam, latihan Shize dapat dilakukan untuk menenangkan area tersebut hingga sentosa.
Praktek Shize yang saya hadirkan di sini dikompilasi dari sumber-sumber tradisional. Anda tidak memerlukan transmisi lisan, inisiasi atau izin – izin sebelumnya atau resmi – untuk melakukan praktik ini. Anda bisa langsung terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, saya telah menyediakan segalanya di sini bagi anda untuk melaksanakan praktik Shize, termasuk tiga mantra terpisah, yang semuanya valid. Anda dapat memilih salah satu dari tiga mantra untuk diucapkan. Saya juga menyediakan tautan di mana anda dapat mengunduh gambarnya, yang dapat anda simpan di altar anda.
Manfaat praktik Shize sangat beragam. Di tingkat luar, anda akan mengalami kesembuhan dan peningkatan hidup, serta berkah obat-obatan yang akan anda minum, berkah jamu dan berkah batin. Semua ini dapat dirampungkan dengan latihan Shize. Latihan Shize juga sangat luar biasa untuk menenangkan dan memberkati lingkungan, termasuk tanah, pepohonan, udara, air, rumput, hewan, dan pemandangan sehingga tempat tersebut menjadi tenang dan bahagia, serta membawa kedamaian bagi batin masyarakat. Jadi tujuan Shize, di tingkat luar, adalah untuk membawa kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, dan peningkatan hidup.
Secara batin, dengan melakukan latihan Shize dengan benar, beliau akan memberkati dan membimbing kita. Mengandalkan Shize akan melenyapkan rintangan bagi kita dalam melakukan laku Dharma dan, pada akhirnya, mencapai Bodhicitta dan realisasi Sunyata menurut pandangan Nagarjuna. Ini karena Shize adalah emanasi langsung dari Dorje Shugden yang tidak lain adalah Manjushri yang cerah itu sendiri.
Saya mengharapkan keberuntungan bagi semua orang dan semoga anda dapat terlibat dalam latihannya. Semoga anda segera merasakan manfaat mengandalkan Shize, rupa Dorje Shugden yang damai.
Berharap yang terbaik,
Tsem Rinpoche
Penjelasan Mengenai Praktik Shize:
Sebuah Praktik Untuk Meningkatkan Penyembuhan, Usia
dan Keampuhan Obat-Obatan
Penjelasan mengenai praktik Shize dikompilasi dari sumber-sumber tradisional oleh Yang Mulia Tsem Rinpoche.
Tanggal: 4 Juli 2016
CATATAN: Penjelasan mengenai praktik Shize ini bisa dilakukan setiap hari oleh siapa saja yang ingin mengembangkan energi penyembuhan dan umur panjang dalam hidup mereka. Praktik ini tidak membutuhkan inisiasi.
Pengantar
Pengamatan singkat akan judul berita yang muncul di berbagai media akan memberi anda gambaran tentang apa yang menjadi perhatian orang saat ini: karier, stabilitas keuangan, hubungan, anak-anak, pendidikan dan kesehatan yang baik. Herbal, tips diet, vitamin, ramuan kesehatan, dan peluncuran makanan super terbaru memenuhi gelombang udara, masing-masing menyatakan bahwa mereka dapat mendukung umur panjang. Karena setiap orang mendambakan kesehatan yang baik, maka pasar berkaitan dengan umur panjang melintasi batas-batas strata pendapatan, dari orang miskin yang mengkhawatirkan biaya penyakit sampai bahkan orang yang sangat kaya, semuanya tidak kebal terhadap keinginan akan panjang umur dan kesehatan yang baik, mungkin saja demi memiliki lebih banyak waktu menikmati kemewahan.
Oleh karena itu, penyakit dan kematian adalah kebenaran universal, sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh siapa pun, terlepas dari kekayaan mereka. Ini adalah sesuatu yang dikenali oleh Buddha Shakyamuni yang ada dalam sejarah sekitar 2.500 tahun yang lalu. Dibesarkan di sebuah istana dan terkurung dalam empat dinding kemewahan dengan setiap kesenangan dan keinginannya dipenuhi, Buddha hanya pernah mengalami masa muda dan kecantikan. Begitulah, sampai ketika perjalanan pertamanya keluar istana, Pangeran Siddhartha Gautama (sebagaimana ia dikenal saat itu) barulah menyaksikan apa yang kemudian dikenal sebagai Empat Penampakan Agung – seorang lelaki tua, seorang lelaki yang dilanda penyakit, mayat dan seorang pertapa. Ia menyadari bahwa kondisi keberadaan ini berlaku bagi semua orang dan ia tidak tahu cara menghentikannya. Pada saat itu, Ia tidak memiliki pengetahuan untuk membantu siapa pun, apalagi orang yang dicintainya, untuk menghindari penderitaan sebagaimana yang disaksikannya lewat Empat Penampakan itu. Istrinya yang cantik Yasodhara dan putra kesayangannya Rahula suatu hari akan menjadi tua dan meninggal, dan Ia tidak berdaya untuk menghentikan hal tersebut terjadi; Ia menyadari semua yang telah dialami sampai saat itu, semua masa muda dan kekayaan, hanyalah khayalan, gangguan dan kebohongan. Kebenaran dan kesadaran inilah yang membuatnya meninggalkan istana untuk mengakhiri penderitaan untuk selama-lamanya.
Maka Buddha akhirnya datang untuk bermeditasi di bawah pohon Bodhi di mana Ia memperoleh penerangan sempurna. Sejak saat itu dan seterusnya sampai parinirwana-nya, ada banyak cerita dan perumpamaan yang berhubungan dengan Buddha, yang mana menunjukkan universalitas dari kematian dan realisasi yang diperoleh seseorang dengan menyadari universalitas itu. Salah satu perumpamaan paling terkenal menyangkut seorang ibu yang putus asa, Kisa Gotami, yang kehilangan putranya. Dalam kesedihannya, ia membawa jenazah putranya ke rumah tetangganya, meminta mereka obat yang bisa menyembuhkan kematian. Setelah beberapa waktu, seorang pria dengan ramah menasihatinya untuk meminta campur tangan Buddha sehingga ia pergi mencari-Nya. Saat bertemu Buddha, Kisa Gotami mengulangi permintaannya, meminta Buddha menyembuhkan putranya. Sang Buddha dengan penuh kasih setuju dan berkata bahwa Ia membutuhkan segenggam biji sesawi dari sebuah rumah di mana tidak ada yang kehilangan anak, suami, orang tua atau teman. Gembira karena cahaya dari harapan ini, Kisa Gotami memfokuskan pencariannya untuk mengidentifikasi rumah semacam itu. Di setiap rumah yang ia temui, ia mengulangi permintaannya untuk segenggam biji sesawi, hanya untuk menemukan setiap rumah telah kehilangan seorang teman atau orang yang dicintainya.
Menjadi lelah dan kehilangan harapan, Kisa Gotami duduk sambil memandangi lampu kotanya saat dia merenungkan langkah selanjutnya. Lampu berkedip-kedip ke atas lalu ke bawah, berulang-ulang hingga malam akhirnya mengambil alih. Dia membandingkan ini dengan kehidupan makhluk hidup yang hidupnya berputar-putar naik turun, sampai akhirnya padam. Tanpa sepengetahuan Kisa Gotami, ia sebenarnya sedang melakukan meditasi kematian dan kemudian ia menyadari bahwa “kematian adalah hal yang wajar bagi semua makhluk; namun di lembah kehancuran ini ada jalan yang menuntun pada keabadian dengan cara menyerahkan semua keegoisan.” Setelah menyadari hal ini, Kisa Gotami meninggalkan pencariannya untuk menyembuhkan kematian putranya dan kemudian menguburkannya di hutan terdekat. Ia kemudian bergabung dengan Buddha sebagai salah satu siswinya, belajar dan berlatih di bawah bimbingannya sampai ia memperoleh realisasi.
Jalan menuju keabadian yang dirujuk Kisa Gotami dapat ditemukan dalam 84.000 ajaran Buddha. Sang Buddha menjelaskan secara panjang lebar penyebab penderitaan dan cara-cara melenyapkan penderitaan bagi diri kita sendiri dan orang lain. Dalam kumpulan ajaran Buddha, Sang Buddha juga menguraikan dasar-dasar untuk memperpanjang hidup seseorang, dan alasan mengapa kita harus melakukannya. Dalam konteks Buddhis, kesehatan yang buruk pada umumnya dianggap sebagai hambatan dalam latihan spiritual. Ketika kita sakit dan dalam keadaan lemah, kita mengalihkan perhatian dari meditasi dan latihan. Secara fisik, ketidaknyamanan kita adalah gangguan dan secara mental, ada keinginan untuk meredakan ketidaknyamanan ini mengganggu pikiran sedemikian rupa sehingga fokus meditasi tidak mungkin dilakukan.
Sang Buddha menyadari hal ini setelah enam tahun bermeditasi, ketika Ia mempraktikkan pertapaan sampai mendekati kelaparan. Setelah hampir tenggelam karena jatuh ke sungai dalam kondisi sangat terkuras, Sang Buddha menyadari bahwa tubuh-Nya terlalu lemah dan jika Ia masih melanjutkannya, Ia akan mati sebelum memperoleh pengetahuan tentang pembebasan tertinggi. Jadi ketika seorang gadis desa, Sujata, mempersembahkan payasam (puding susu dan gula-gula) kepada-Nya, Sang Buddha mengambil sedikit makanan tersebut, yang membuat para sahabat meditasinya merasa jijik karena merasa dirinya telah melepas praktik pertapaan. Mereka segera meninggalkannya. Merasa kembali penuh energi, Buddha menyadari bahwa pendekatan Jalan Tengah diperlukan untuk mencapai realisasi. Latihan yang terlalu keras menyebabkan seseorang akan terganggu oleh kelemahan, penyakit dan mungkin bahkan kematian, sementara latihan yang terlalu longgar dan santai dapat menyebabkan kemalasan mental yang tunduk pada gangguan kehidupan duniawi.
Namun bagi para praktisi di tingkat yang lebih luhur, kesehatan yang buruk dapat menjadi katalisator untuk latihan yang lebih dalam. Ketika kita menderita penyakit yang parah, hal ini memaksa kita untuk menghadapi kematian diri. Ketika kebanyakan orang takut akan hal ini, praktisi yang lebih tinggi dalam hal pengetahuan dan pencapaian akan melihat kesehatan yang buruk sebagai kesempatan untuk mengingatkan diri mereka sendiri tentang rapuhnya hidup manusia. Hal itu tidak hanya akan memaksa mereka untuk berlatih lebih giat lagi, karena mengetahui bahwa mereka dapat meninggal kapan saja, akan tetapi mereka bersukacita atas kesehatan mereka yang buruk karena itu adalah pertanda karma negatif mereka telah habis sehingga mereka tidak perlu mengalaminya lagi. Mereka bahkan mungkin menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengembangkan bodhicitta dengan berlatih tonglen – praktik menanggung penderitaan dengan diri sendiri – dan memvisualisasikan bahwa karma negatif makhluk hidup lain dimatangkan atas dirinya (sang praktisi). Dengan kesehatan yang buruk, mereka memiliki kesempatan untuk menyerap penderitaan makhluk hidup ini.
Praktik tonglen adalah sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh manusia. Makhluk hidup di alam lain, misalnya alam hewan, tidak memiliki kapasitas kognitif untuk praktik ini. Oleh karena itu, Buddha tidak hanya menasihati tentang pentingnya tubuh manusia untuk latihan spiritual, tetapi beliau juga memperluas nasihat ini untuk kehidupan manusia dan peran pentingnya dalam latihan spiritual. Pentingnya ajaran ini diulang-ulang di semua tradisi Buddhis. Misalnya, di bab pertama Lamrim (Pembebasan di Telapak Tangan Kita), Yang Mulia Kyabje Pabongka Rinpoche menjelaskan tentang betapa berharganya kehidupan manusia dan betapa langkanya kelahiran kembali seperti ini. Penekanan bagi pembaca ini dilakukan agar motivasi mereka diarahkan untuk menyikapi Lamrim dengan serius, dan untuk memberi titik berat kepada praktisi bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan hidup kita dalam aktivitas yang memperdalam samsara kita. Di Bab 1, Pabongka Rinpoche menggunakan perumpamaan tentang kura-kura buta untuk menunjukkan betapa berharganya kehidupan manusia. Beliau mengajarkan bahwa kura-kura tersebut berenang di lautan luas, dan hanya muncul ke permukaan setiap 100 tahun. Di permukaan samudra yang luas ini ada kuk yang berputar tak menentu. Betapa berharga dan langkanya kehidupan manusia itu sebanding dengan kemungkinan kura-kura buta ini untuk muncul setiap 100 tahun dan memasukkan kepalanya di kuk.
Mengingat betapa berharganya hidup manusia kita, umur panjang dalam konteks Buddhis adalah tentang memperpanjang kesempatan kita untuk memanfaatkan sepenuhnya kehidupan manusia kita yang berharga, untuk belajar, berlatih, memahami, merenungkan, dan memperoleh realisasi dari Dharma. Seperti yang dicatat oleh Kisa Gotami, terdapat praktik di dalam kumpulan ajaran Buddha yang berguna membantu memperpanjang hidup seseorang dan menumbuhkembangkan penyebab bagi kesehatan yang baik. Ini dilakukan melalui purifikasi karma negatif, yang dapat bermanifestasi sebagai rintangan kesehatan, dan akumulasi kebajikan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi latihan seseorang.
Dalam sistem Buddhis Tibet misalnya, guru meditasi dapat menginstruksikan siswanya untuk mengubah nama mereka dan membakar semua pakaian mereka selama situasi yang berpotensi mengancam nyawa. Disertai dengan ritual, secara simbolik hal ini memutuskan hubungan mereka dengan karma bencana yang akan menimpa mereka. Praktik lainnya adalah Shize, yang merupakan salah satu bentuk dari Pelindung Dharma Dorje Shugden yang tercerahkan. Aktivitas Shize adalah untuk menenangkan dan tujuan khususnya adalah untuk menghilangkan rintangan terhadap kesehatan dan kehidupan kita, dan untuk meningkatkan kemanjuran obat-obatan dan perawatan. Praktiknya dijelaskan secara lebih rinci di bawah ini.
Pentingnya Shize terletak pada kenyataan bahwa di beberapa momen, setiap orang akan jatuh sakit, membutuhkan perawatan dan akhirnya berhadapan langsung dengan kematian. Bahkan ritual tidak bisa mengatasi ini; tetapi latihan Shize, jika dilakukan dengan motivasi yang bajik, dapat memiliki efek memurnikan karma yang mengarah pada pemendekan umur. Selain itu, Shize memiliki kekuatan untuk menaklukkan elemen menggelora yang mengganggu kita, dan mengembalikan kita untuk eling akan nasihat dari para guru besar – yaitu tidak bergantung pada siapa pun dan tidak pada yang lain selain Tiga Permata (Triratna). Dengan mengandalkan Tiga Permata, kita akan memperoleh hasil berlipat ganda yang kita inginkan, yaitu kesehatan dan umur panjang, dan penyebab untuk memajukan latihan spiritual kita. Yang paling indah dari ini adalah ketika kita melanjutkan latihan spiritual kita dan mengambil satu langkah lebih dekat menuju pencerahan, kita akan mencapai keadaan yang dikenali oleh Kisa Gotami ribuan tahun yang lalu, keadaan keabadian sejati sebagai Buddha yang sepenuhnya cerah, di mana tidak ada penyakit, kesehatan yang buruk atau kematian yang akan menodai keberadaan kita lagi.
Aktivitas Penenangan atau Pendamaian
Dalam praktik Buddhis, kita berlindung kepada para Buddha dan Bodhisattva untuk meningkatkan pahala kebajikan kita, memurnikan karma kita dan untuk diberkati dengan empat jenis aktivitas, yaitu Penenangan, Peningkatan, Kendali dan Kemurkaan. Keempat jenis aktivitas cerah ini semuanya muncul dari kebijaksanaan dan sarana terampil para Buddha dan Bodhisattva untuk memberi manfaat bagi kita.
Aktivitas ‘Penenangan’ adalah untuk memurnikan, menenangkan dan menghilangkan rintangan dan penyakit. Di sisi lain, kegiatan yang diklasifikasikan dalam ‘Peningkatan’ adalah kegiatan yang menghasilkan peningkatan sebab dan kondisi yang bermanfaat untuk kesejahteraan materi dan spiritual kita agar membuahkan hasil. Kegiatan ‘kendali’ bertujuan untuk menangkap kondisi dan pikiran negatif. Terakhir, aktivitas ‘Murka’ adalah tindakan menghilangkan penyebab dan kondisi paling berbahaya dan negatif yang menyakiti bagi kita. Setiap aktivitas yang disebutkan di atas diwujudkan dalam masing-masing dari lima emanasi Dorje Shugden – Duldzin Dorje Shugden (rupa utama), Shize (Penenangan), Gyenze (Peningkatan), Wangze (Kendali) dan Trakze (Kemurkaan).
Saat kita memohon Shize, kita mendayagunakan aktivitas Penenangan Dorje Shugden. Karena Shize adalah emanasi Manjushri, maka dengan memohon dan memberikan persembahan kepadanya akan menghasilkan pahala kebajikan yang kita butuhkan untuk kondisi berlatih yang kondusif. Salah satu kondisi yang kondusif tersebut adalah kesehatan yang baik dan umur panjang. Ketika kesehatan yang buruk dapat menjadi gangguan dan menciptakan hambatan fisik, maka usia yang pendek mengurangi jumlah waktu yang kita miliki untuk belajar, berlatih dan meraih realisasi dengan tubuh manusia. Oleh karena itu, memohon Shize dapat meningkatkan rentang usia kita, yang mana merupakan sesuatu yang penting karena memberi kita waktu dan kesempatan untuk mengembangkan realisasi spiritual yang dapat kita bawa ke kehidupan berikutnya.
Karena hakekat Shize yang cerah, pahala kebajikan yang diperoleh dari berdoa kepada istadewata ini tidak dapat habis dengan cara yang sama seperti karma baik yang telah tergunakan buahnya. Pahala kebajikan yang didedikasikan untuk penerangan sempurna dari kita akan menjadi abadi tanpa batas. Karenanya, akumulasi pahala kebajikan melalui Latihan Shize beserta purifikasi karma buruk terkait, dapat mengubah nasib kelahiran kembali yang berikutnya dari diri kita. Hal ini membantu menciptakan penyebab bagi kita untuk mendapatkan kelahiran kembali yang lebih luhur, di mana kita dapat melanjutkan perjalanan spiritual.
Maka seperti yang dijelaskan oleh Kyabje Pabongka Rinpoche, Dorje Shugden dalam rupa Shize bertindak sebagai penghalau semua rintangan, menlenyapkan penyakit, setan jahat, kemalangan dan rintangan, dan karma yang menciptakannya.
Lima Agregat
Lima anggota keluarga Dorje Shugden merujuk pada emanasi utamanya, Duldzin Dorje Shugden; emanasi ‘damai’, Shize atau Vairochana Shugden; emanasi ‘peningkatan’, Gyenze atau Ratna Shugden, emanasi ‘kendali’, Wangze atau Pema Shugden dan emanasi ‘murka’, Trakze atau Karma Shugden. Masing-masing emanasi ini mewakili salah satu dari lima agregat Dorje Shugden, dan setiap emanasi memiliki penampilan berbeda yang menyimbolkan fungsi khusus masing-masing untuk memberikan manfaat pada praktisi dengan cara yang berbeda-beda. Walaupun emanasi-emanasi ini tampil sebagai istadewata yang terpisah, sebenarnya mereka memiliki pikiran yang sama sebagai Dorje Shugden. Masing-masing wujud ini adalah lengkap dengan sendirinya.
Lima agregat, yang juga dikenal sebagai skandha, adalah apa yang membuat kita sebagai makhluk sesuai penjelasan sang Buddha. Lima agregat adalah Bentuk, Perasaan, Diskriminasi, Faktor Mental dan Kesadaran. Makhluk tercerahkan seperti Dorje Shugden dapat mengemanasikan masing-masing agregat dalam wujud terpisah. Shize adalah emanasi agregat bentuk Dorje Shugden dan ia bertindak sebagai penyembuh, mempurifikasi karma negatif yang menyebabkan penyakit mental dan fisik dalam diri kita. Agregat bentuk berhubungan dengan tubuh fisik dan lima elemen – bumi, udara, air, api dan angin. Dengan kata lain, kita bisa mendengar, menyentuh, mencium dan mencicipi. Lima elemen ini juga mencakup kemampuan kita untuk mencerna fenomena di sekitar kita yang merupakan sumber informasi bagi pikiran kasar dan membuat kita bertindak dan menciptakan karma. Dengan bimbingan dan praktik Shize, kita dapat belajar mengendalikan karma ini dan mencegah proses kematangannya dalam bentuk penyakit mental dan fisik.
Praktik Shize
Karena Shize adalah emanasi dari skandha rupa Dorje Shugden yang telah dipurifikasi, setiap aspek tubuhnya mewakili berbagai kualitas yang cerah. Lebih jauh lagi, rupa fisik Shize mengungkapkan kemampuan dan kekuatannya yang luar biasa untuk meredakan karma negatif yang menciptakan rintangan bagi kita. Dengan cara ini, latihannya sangat baik untuk menyembuhkan penyakit kita, baik mental maupun fisik, serta mengatasi penyakit, bencana alam dan malapetaka, dan memurnikan karma dan rintangan negatif. Dalam mandala Dorje Shugden, Shize muncul di bawah istadewata utama (Duldzin Dorje Shugden) dalam wujud seorang pangeran dengan satu wajah dan dua tangan.
Berwarna putih, Shize tersenyum dengan agak murka. Di tangan kanannya, beliau mengangkat tinggi-tinggi tombak yang cerminnya diikat. Di tombak tersebut – terkadang panah – ada sutra lima warna yang diikatkan padanya. Di tangan kirinya, beliau memegang jerat. Beliau menunggangi raja para gajah yang berkulit putih. Mengenakan jubah sutra putih yang bergerak mengalir-ngalir dan sorban emas menghiasi kepalanya. Warna putih dikaitkan dengan Shize, karena hubungannya dengan pembelajaran dan pengetahuan dan jika dimeditasikan, warna putih dapat memotong khayalan berupa ketidaktahuan yang menjadi sumber utama dari semua penyakit kita. Warna putih juga dikaitkan dengan kemurnian; dalam hal ini, latihan Shize adalah untuk mempurifikasi dan menghilangkan penyebab bagi kita untuk terkena dan menderita penyakit serius.
“Wahai Engkau yang merupakan Skandha Rupa yang telah dipurifikasi! Tarian yang menenangkan ditunjukkan oleh segarnya tubuh muda yang terbentuk dari seratus ribu bulan musim gugur, memegang tali dan panah bersilang sutra, menunggangi raja dari para gajah, penghalau berbagai kondisi negatif dan rintangan, pujianku hanya kepada-Mu.”
Nyatanya, tidak ada Buddha atau Pelindung Dharma yang dapat mengubah karma kita. Oleh karena itu, bagaimana cara Shize dapat datang untuk membantu kita adalah karena beliau bekerja dengan pahala kebajikan dan purifikasi yang dikumpulkan melalui praktik kita dengan berdoa kepadanya. Dengan kata lain, latihan Shize menyediakan pahala kebajikan sehingga kita mengakses kewaskitaan Shize untuk membantu kita. Tanpa ini, kita tidak akan dapat menerima berkahnya, maka dari itu latihan merupakan hal yang penting. Secara alamiah, kita mendapatkan pahala dengan mengandalkan, membuat persembahan, memvisualisasikan dan melafalkan mantranya. Dengan pahala ini, Shize mampu mengaktifkan karma positif yang tidak aktif dan beliau juga mampu menahan karma negatif agar tidak matang. Ketika Shize menahan karma negatif yang berat, karma tersebut tidak dihapus melainkan untuk sementara waktu dicegah dari pematangan sampai kita telah rampung memurnikan karma tersebut hingga lenyap atau dimurnikan sepenuhnya sehingga tidak berbahaya lagi.
Engkau yang merupakan perwujudan dari tubuh bajra Manjushri,
Mohon bangkitlah dalam rupa penenangan ini,
Sebagai penghalau segala macam rintangan,
Menghilangkan segenap penyakit, setan jahat, kemalangan dan rintangan.
Sebuah ‘keuntungan’ penting dari Shize dan yang membuat praktik ini menjadi paling efektif dan cepat adalah kenyataan bahwa Shize adalah makhluk yang telah cerah dalam wujud duniawi. Ini berarti bahwa beliau jauh lebih cepat datang membantu kita daripada istadewata penyembuh lainnya karena memiliki hubungan karma yang lebih dekat dengan kita. Ini karena Shize mengambil wujud seorang dewa, sosok keberadaan yang berkuasa di enam alam samsara. Menurut Sang Buddha, alam lain di bawah ini adalah asura, manusia, hewan, setan kelaparan, dan makhluk neraka. Namun, meskipun kelahiran Shize adalah sesosok dewa, batinnya adalah Manjushri. Selain itu, karena menjadi pelindung yang relatif ‘baru’ yang baru muncul lebih dari 300 tahun yang lalu, kedekatan Shize dengan kita membuat beliau memiliki kekuatan seribu Pelindung Dharma dan praktiknya jauh lebih cepat daripada praktik istadewata penyembuhan lainnya.
Manfaat Relatif dari Praktik Shize
- Memperpanjang usia
- Membantu menyembuhkan penyakit
- Kemanjuran dalam memberkati obat
- Kemanjuran dalam membantu mengatasi depresi dan gangguan jiwa lainnya
- Menenangkan argumen-argumen
- Membantu melepaskan amarah dan masalah terkait amarah
- Menenangkan lingkungan yang dipenuhi energi amarah dan pergolakan
- Menenangkan bencana alam dan permasalahan di suatu daerah
- Sangat baik dalam memberkati tempat yang energinya kacau dan yang berhubungan dengan kriminalitas. Di tempat-tempat seperti itu, energi negatif yang tersisa dapat bertahan lama meski kejadiannya telah usai
- Sangat baik dalam memberkahi air, sungai, danau, air terjun dan lingkungan, contohnya pohon, tanah dan tanaman
- Sangat bagus dalam memberkati kita untuk mengembangkan dan meningkatkan kewaskitaan yang mungkin dimiliki seseorang saat ini. Seni meramal masa depan dapat ditingkatkan dengan praktik Shize
Manfaat Utama dari Praktik Shize
- Melenyapkan rintangan untuk mendapatkan wawasan yang lebih luhur tentang ajaran Buddha.
- Menghilangkan rintangan untuk memperoleh pandangan terang dan kebijaksanaan yang lebih luhur secara umum, meskipun tidak berhubungan dengan ajaran Buddha. Buah hasil yang diperoleh dari keterlibatan dalam praktik Shize tidak didasarkan pada spiritualitas atau agama kita sendiri.
- Membantu kita semua untuk melihat kesalahan dari batin egoistis, yang merupakan penyebab kemarahan. Shize memberikan penawar dengan memberi kita ketenangan batin.
- Pada akhirnya, melenyapkan rintangan untuk terlibat dalam praktik merealisasi Bodhicitta dan pandangan akhir dari Sunyata menurut Nagarjuna.
Menyusun Altar
Untuk memuja Shize, sebaiknya kita memiliki altar Shize lengkap dengan representasi Tubuh, Perkataan dan Pikiran sang Buddha, beserta persembahan. Tubuh di sini bisa berupa sebuah patung, thangka atau lukisan Shize di samping Guru utama atau Guru aliran kita. ‘Perkataan’ digambarkan sebagai teks Dharma dan ‘Pikiran’ digambarkan sebagai sebuah stupa.
Di altar Shize, kita dapat mempersembahkan dupa, air, bunga dan berbagai jenis makanan, cahaya listrik atau lilin, persembahan sensorik, mandala, Delapan Tanda Keberuntungan, Tujuh Lambang Kerajaan, dan seterusnya. Sebagai bagian praktik kita, kita harus memastikan bahwa altar kita rapi dan bersih, dan persembahan diganti secara berkala. Praktik membersihkan dan memberikan persembahan sebelum melakukan praktik Shize adalah bagian dari ritual persiapan yang akan memastikan suksesnya praktik kita.
Susunan altar:
- Sebuah rupa atau patung Buddha
- Sebuah rupa atau patung Shize
- Sebuah teks Dharma
- Sebuah Stupa
- Satu set Persembahan Sensorik (opsional) (Dari kiri ke kanan – air, air, bunga, dupa, cahaya, parfum, makanan, dan sebuah kulit kerang)
- Satu set persembahan air (opsional)
Sebuah altar adalah komponen penting bagi praktik Budhisme, karena hal ini mengingatkan pada tujuan praktik kita – yaitu mengembangkan kualitas dalam diri kita sehingga kita bisa membantu semua makhluk. Ini adalah manfaat spiritual dari memiliki sebuah altar. Manfaat lain adalah altar memberikan kesempatan bagi kita untuk mengumpulkan pahala spiritual karena persembahan bisa diberikan langsung kepada Buddha setiap hari. Hal ini akan semakin memajukan praktik spiritual kita.
Sebuah altar bisa disusun di mana saja kecuali di kamar mandi. Untuk mengembangkan pandangan makhluk tercerahkan hadir di altar di hadapan kita, sangat baik bila kita selalu menunjukan rasa hormat di hadapan altar. Karena itu, bila sebuah altar disusun di kamar tidur, disarankan untuk menutupnya bila melakukan aktivitas yang sifatnya pribadi.
Sebuah altar yang ideal akan selalu terdiri dari semua enam komponen di atas. Akan tetapi, setidaknya, sebuah altar harus memiliki rupa Shize dan, dengan berjalannya waktu, kalian bisa menambah barang lainnya bila tersedia. Bagaimana kita melengkapi altar menunjukkan seberapa serius kita melakukan praktik Shize guna mendapatkan manfaat dari praktik ini. Karenanya, seperti hal lain dalam hidup, seberapa besar usaha yang kita fokuskan terhadap altar kita merefleksikan hasil dari praktik kita.
“Sentuhan ekstra” dapat ditambahkan ke altar. Satu set persembahan air dengan tujuh atau delapan mangkuk dapat disusun di depan altar dan diisi dengan air yang murni dan bersih sampai tepi. Satu set persembahan murka yang menggambarkan persembahan karma negatif kita, dapat disusun di belakang persembahan air.
Panduan Praktik
Klik di sini untuk mengunduh teks doa.
Berlindung
Video mengenai bagaimana melakukan sembah sujud:
- Tsem Tulku Rinpoche Mengajar Mengenai Sembah Sujud – Bagian 1
- Tsem Tulku Rinpoche Mengajar Mengenai Sembah Sujud – Bagian 2
Praktik ini dimulai dengan melakukan resitasi formula perlindungan sebanyak tiga kali. Dalam hal ini, seseorang berlindung kepada Lama Tsongkhapa – Guru dan Buddha, Dharma dan Sangha.
Ketika melafalkan formula perlindungan, bayangkan Lama Tsongkhapa dikelilingi oleh delapan murid utamanya di depan mata. Bila visualisasi ini terlalu sulit pada awalnya, kalian bisa mulai dengan membayangkan Lama Tsongkhapa dengan dua murid utamanya, Khedrup Je dan Gyaltsab Je Rinpoche. Bayangkan mereka duduk di singgasana masing-masing berhiaskan permata berkilau dalam Surga Gaden. Ketiganya tersenyum, bahagia dan dengan hangat mengirimkan berkat mereka.
Dari singgasana (tempat duduk) Lama Tsongkhapa, bayangkan cahaya putih mengalir keluar. Cahaya ini adalah pikiran Manjushri, turun dari Surga Gaden ke hadapan kalian.
Bayangkan gumpalan awan cemerlang dan di tengah awan tersebut adalah Shize, dalam bentuk yang digambarkan di atas. Di hatinya, ada bundaran matahari dengan huruf “Hung”, berwarna putih. Dari huruf “Hung”, cahaya keluar ke sepuluh penjuru untuk mengundang semua Buddha, Bodhisattva dan dewa, dan larut kembali ke huruf “Hung”. Para Buddha, Bodhisattva dan dewa menjadi satu dengan sifat Shize di hadapan kalian. Sekarang Shize merupakan perwujudan Tiga Permata. Jadi apapun yang kita lakukan pada Shize adalah sama dengan perlakuan kita kepada Tiga Permata. Bayangkan Shize sebagai makhluk samaya dan Shize sebagai makhluk kebijaksanaan diundang dari dalam singgasana Lama Tsongkhapa. Ketika mereka digabungkan, mereka menjadi satu dan tidak terpisahkan. Jadi kalian harus percaya bahwa makhluk kebijaksanaan Shize ada di hadapan kalian sekarang. Sangat penting untuk meyakini hal ini. Kemudian, bayangkan Shize, beremanasi dari bawah singgasana Lama Tsongkhapa, dan terus berhubungan dengan Shize. Hal ini menandakan sumber berkat dari Lama Tsongkhapa dan kita berhubungan dengan Surga Gaden.
Empat Hal Tak Terhingga
Empat Hal Tak Terhingga dibaca untuk membangun motivasi yang baik bahwa semua praktik dilakukan untuk memberikan manfaat bagi kita juga tidak mencelakakan makhluk lain.
Dasar dari praktik Empat Hal Tak Terhingga adalah ‘semua orang ingin bahagia, tetapi kebahagiaan tidak bisa didapat secara terpisah dari mahluk lain‘. Bahkan kebahagiaan seseorang tergantung pada kebahagiaan semua makhluk, dan hal ini mengungkapkan bahwa semua hidup saling berhubungan. Agar bahagia, seseorang harus mengembangkan tingkah laku yang baik kepada orang lain di masyarakat dan kepada semua makhluk.
Karena itu, cara terbaik untuk mengembangkan tingkah laku yang baik terhadap semua makhluk adalah melalui meditasi merenungkan tentang Empat Hal Tak Terhingga, yang mengembangkan kualitas cinta-kasih, kasih, kegembiraan yang menghargai dan sama-rata terhadap makhluk yang tak terhingga jumlahnya.
Praktik Empat Hal Tak Terhingga adalah penawar yang baik bagi kondisi mental seperti kemarahan dan kesombongan.
Guru Yoga Lama Tsongkhapa
Setelah menyelesaikan Empat Hal Tak Terhingga, lanjutkan dengan melafalkan Guru Yoga Lama Tsongkhapa. Ketika melafalkan mantra Migtsema (setidaknya 21 kali) menurut visualisasi yang disarankan di atas (digambarkan dalam bagian “Berlindung”), sangat penting bagi praktisi untuk mengembangkan keyakinan bahwa Shize (dalam 3-Dimensi/ 3D) muncul di hadapan kalian sebagai mahluk yang sangat berkuasa dan manjur bantuannya. Setelah menyelesaikan Guru Yoga Lama Tsongkhapa, lanjutkan dengan resitasi doa Dorje Shugden.
Doa Dorje Shugden – Kangshag
Pengenalan
Kangshag kepada Dorje Shugden adalah praktik yang sangat efektif untuk menghilangkan semua kesulitan dan memurnikan karma negatif yang menyebabkan kita dikelilingi orang-orang yang menyusahkan dan mengalami situasi yang tidak mengenakan.
Doa Kangshag mungkin terdengar seperti penuh kekerasan dan kasar. Akan tetapi hal ini bukan hanya ada dalam praktik Dorje Shugden, tetapi juga umum dalam doa Pelindung Dharma lainnya seperti Kalarupa, Palden Lhamo, Mahakala dan lainnya. Karena itu, bagi mereka yang tidak tahu atau tidak memiliki guru berkualifikasi untuk menjelaskan pentingnya manifestasi murka dalam doa, orang tersebut bisa merasa jijik atau membacanya hanya berdasarkan keyakinan. Walaupun membaca kangshag berdasarkan keyakinan dapat diterima, akan lebih efektif bila kita melakukan praktik kita dengan tingkat kesadaran dan pengertian tertentu. Setelah kita menyadari bahwa manifestasi menyeramkan kangshag ada karena kasih murni Dorje Shugden untuk semua makhluk, kita akan belajar untuk menghargai praktik ini dengan pengabdian besar.
Ketika membayangkan karma seseorang dibersihkan melalui Kangshag, pertama-tama kita harus mengerti bahwa rupa manusia yang digambarkan dalam visualisasi di atas bukanlah manusia yang kita kenal. Rupa seperti manusia ini adalah tanpa perasaan dan merupakan kualitas negatif yang menyebabkan kita untuk terus menciptakan karma negatif, seperti cemburu, marah, kebodohan, keterikatan, dan lainnya. Karena kualitas negatif tidak nyata, kita membayangkan mereka sebagai makhluk dengan wujud manusia agar Shize dan rombongannya dapat membunuh kualitas negatif dalam diri kita.
Visualisasi Kangshag
Bayangkan sebuah lingkungan menyeramkan yang merupakan manifestasi dari karma negatif kita. Dalam lingkup ini, sebuah figur mirip manusia yang besar, sebesar gunung, bermanifestasi di hadapan kalian. Figur mirip manusia ini adalah semua karma negatif kita dan kualitas negatif yang menghalangi pertumbuhan spiritual kita.
Bayangkan Shize dan rombongannya turun menuju figur mirip manusia ini dan memotong-motongnya, membentuk persembahan murka yang tak terhingga banyaknya.
Persembahan murka terdiri dari:
- ‘Argham’ (teh) – bayangkan semua darah dari makhluk tersebut ditumpahkan ke mangkuk pertama dan dipersembahkan.
- ‘Phupe’ (bunga menyeramkan) – bayangkan tengkorak ditempatkan di jantung. Di atas jantung ada mata, telinga, lidah dan hidung; semuanya diatur secara simetrik di atas jantung.
- ‘Duphe’ (dupa) – bayangkan semua tulang yang ada di tubuh kecuali tulang paha) diambil dan dibakar. Asap yang terbentuk dipersembahkan kepada Shize.
- ‘Aloke’ (cahaya) – bayangkan semua lemak tubuh dikeluarkan dan dibuat menjadi lampu mentega dan dipersembahkan kepada Shize.
- ‘Gyende’ (parfum) – bayangkan semua cairan dalam tubuh seperti urine, empedu, kotoran dan lainnya, dikosongkan ke sebuah mangkuk dan dipersembahkan.
- ‘Newide’ (makanan) – bayangkan semua daging tubuh dipotong dan dipersembahkan.
- ‘Shapta’ (suara) – bayangkan tulang paha diukir menjadi sebuah instrumen musik angin sebagai persembahan kepada Shize.
Setelah menyelesaikan doa Kangshag, bayangkan semua manifestasi negatif ini dihancurkan oleh Shize dan rombongannya. Visualisasi purifikasi adalah dalam bentuk murka dan berdarah sebagai latihan bagi kita untuk tidak terikat atau jijik dengan hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Ini adalah metode lain di mana pelepasan direnungkan dengan melihat tubuh kita bangkit dari karma negatif dilumatkan, ditumbuk dan dihancurkan seperti dalam ajaran Chod. Praktik ini mungkin sifatnya grafis dan menyeramkan tetapi semuanya dalam konteks semangat pelepasan dalam ajaran Buddha, seperti ketika para biksu Thailand bermeditasi di kuburan atau di hadapan tulang-belulang dan tengkorak untuk mengaktualisasikan rasa tidak terikat dari tubuh kita dimana kita memiliki pandangan yang salah mengenai kekekalannya dan karena itu menginvestasikan waktu, energi dan sumber daya yang tak terhingga banyaknya – walaupun pada akhirnya tubuh ini akan mengecewakan kita dengan kematian. Pelepasan adalah komponen yang kuat dalam meditasi kita untuk mengaktualisasikan agar praktik Dharma kita menjadi tulus. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan pelepasan adalah mendasar dalam semua tiga Yana Budhisme. (Akhir dari visualisasi)
Karena itu, ketika mempersembahkan hal ini sembari meresitasi Kangshag, kita membersihkan karma yang kita akumulasikan selama banyak kehidupan. Kangshag harus diresitasikan sebanyak mungkin, tetapi sebagai pedoman, kangshag bisa diresitasi sebanyak tiga, tujuh atau 21 kali pada setiap sesi doa, tergantung seberapa mendesak situasinya. Resitasi Kangshag digabungkan dengan visualisasi adalah metode yang sangat efektif untuk mempurifikasi karma negatif yang mendesak. Semakin banyak Kangshag yang kalian resitasikan dengan visualisasi Shize semakin cepat hasilnya. 100,000 resitasi Kangshag kadang dilakukan oleh sekelompok biksu secara bersamaan selama beberapa hari karena doa ini sangat efektif. Tidak ada hal negatif yang bisa muncul dari meresitasi Kangshag Shize atau Pelindung Dharma lainnya.
Torma
Setelah membaca Kangshag, sangat bermanfaat untuk mempersembahkan torma kepada Pelindung Dharma.
Torma adalah kue ritual yang terbuat dari tepung dan mentega, digunakan untuk persembahan dalam ritual Budhisme Tibet. Torma dapat dibuat dalam berbagai bentuk, sesuai intensi dalam mempersembahkannya tetapi biasanya dibuat dalam bentuk kerucut. Mereka bisa diwarnai macam-macam tergantung dari mana asal praktik torma tersebut. Pada umumnya torma berwarna putih dan merah. Y.M. Kyabje Zong Rinpoche pernah berkata bahwa tidak praktis bagi mereka yang tidak hidup di biara untuk mempersembahkan torma tradisional. Jadi dia berkata bahwa boleh saja mempersembahkan sesuatu yang kita sukai seperti kue dan biskuit. Bila kita melakukan perjalanan atau berada di hotel, pesawat atau kereta, kita masih bisa melakukan praktik Shize tanpa persembahan, hanya dengan resitasi dan visualisasi. Kita harus menyesuaikan dengan waktu, tempat dan keadaan dan kemampuan kita. Ketulusan, kepercayaan dan keyakinan dalam praktik Shize kita pasti akan membuahkan hasil.
Untuk praktisi awam yang tidak terlatih dalam membuat bentuk torma tradisional, torma dapat diganti dengan sebuah botol kaca yang diisi dengan kue kering. Bila orang tersebut ingin mempersembahkan torma selama praktik, torma berikut dapat disiapkan:
- Satu toples besar yang diisi dengan biskuit (persembahan torma kepada Lama Tsongkhapa)
- Satu toples besar yang diisi dengan biskuit (persembahan torma kepada Shize)
- Satu toples lebih kecil diisi dengan biskuit (persembahan torma kepada rombongan Shize)
Akan tetapi, bila waktunya terbatas, persembahan torma dapat dihilangkan. Torma (biskuit) ditaruh dalam toples untuk mencegah datangnya serangga. Kalian bisa mempersembahkan torma di piring, mangkuk atau cangkir dan kemudian membuangnya di tempat yang bersih pada akhir puja/doa. Kalian juga bisa memakan torma untuk mendapatkan berkat. Bila kalian tidak ingin memakannya, biskuit ini bisa dibungkus dengan kertas dan kemudian dibuang dalam tempat sampah.
Persembahan Teh Hitam (Serkym)
Praktik ini juga dikenal dengan Persembahan Minuman Emas atau Serkym, yang merupakan ritual utama dari Kangsol Dorje Shugden. Praktik ini bisa dikembangkan sebagai persembahan yang lebih kepada Pelindung Dharma untuk memohon bantuan cepat. Karena itu, persembahan Serkym dianggap populer dan umum dipraktikkan diantara praktisi modern untuk memohon bantuan segera, terutama pada saat sangat dibutuhkan. Secara tradisi, teh digunakan sebagai persembahan. Akan tetapi, minuman lain seperti susu atau bahkan minuman bersoda dapat digunakan sebagai pengganti.
Persembahan serkym secara tradisional dipersembahkan dengan menuangkan minuman dalam wadah bertingkat dua yang terdiri dari wadah yang lebih tinggi yang diletakan dalam mangkuk yang lebih rendah. Bila benda ritual bergaya Tibet (yang biasanya terbuat dari kuningan) tidak bisa didapat, kalian dapat menggantikannya dengan sebuah gelas yang tinggi (seperti gelas anggur) yang diletakan dalam sebuah mangkuk kaca.
Pada saat mempersembahkan serkym, minuman dituangkan dalam pot atau kendi ke dalam wadah yang lebih tinggi sampai cairan tumpah ke mangkuk kedua. Dalam Budhisme, cairan yang tumpah melimpah menandakan tanda keberuntungan sebagai simbol pahala, kebaikan, sumber daya materi dan kondisi kondusif yang berlimpah untuk praktik Dharma.
Minuman dapat dituangkan ke wadah sebelum membaca bait doa Serkym, atau minuman dapat dituang sedikit-sedikit pada saat meresitasi baris yang relevan selama liturgi. Bila cara kedua yang dipilih, tuangkan sedikit teh ke wadah yang lebih tinggi sehingga kalian tidak mempersembahkan wadah kosong kepada Buddha. Sebelum dimulai, konsekrasikan Serkym dengan memutarkan dupa batangan yang menyala searah jarum jam ke sekeliling Serkym sembari melantunkan ‘OM AH HUM‘.
Ketika mempersembahkan Serkym, bayangkan minuman tersebut sebagai nektar ilahi yang memperbanyak diri untuk memenuhi seluruh samudera yang menggambarkan hal-hal yang diinginkan di dunia dan menyenangkan kelima indera.
Pelafalan Mantra
Setelah anda menyelesaikan persembahan teh hitam (Serkym), lafalkan mantra pendamaian Dorje Shugden untuk memohon aktivitas penyembuhan dan penenangan. Mantra Shize adalah “OM BENZA WIKI BITANA SHANTI SIDDHI HUNG”. Anda bisa melafalkan mantra ini satu, tiga, tujuh mala atau sebanyak mungkin. Sangat disarankan untuk melakukan praktik ini setiap hari secara konsisten. Setelah menyelesaikan pelafalan mantra, lafalkan mantra purifikasi Vajrasattva 21 kali (anda dapat memilih mantra 100-suku kata Vajrasattva atau mantra pendeknya – OM VAJRASATTVA HUNG).
Setelah melafalkan mantra Shize, sangat penting untuk melakukan visualisasi yang diajarkan oleh Yang Mulia Tsem Rinpoche ke-25.
(CATATAN: Ada banyak mantra Shize, tetapi disarankan untuk menggunakan mantra yang diakhiri dengan “SHANTI SIDDHI HUNG“. Mantra lain yang bisa juga baik untuk dilafalkan adalah “OM BENZA WIKI BITANA CHINTAU KURU YE SOHA” dan “OM BENZA WIKI BITANA AYU SIDDHI HUNG“. Anda bisa melafalkan salah satu dari mantra ini.)
Penjelasan Lengkap dari Visualisasi Pelafalan Mantra
Pertama, kita memvisualisasikan diri kita sebagai istadewata. Istadewata adalah dewata atau Buddha meditasi dari salah satu dari empat kelas Tantra yang kita ikuti. Jika kita tidak memiliki sesosok istadewata yang pernah kita terima inisiasinya, kita dapat membayangkan Lama Tsongkhapa duduk dengan lembut di puncak kepala kita. Lalu, cahaya yang berwarna putih keluar ke hati Shize. Shize duduk di atas lingkaran lapik matahari dengan aksara putih ‘HUNG’ dan untaian mantra di hatinya. Untaian mantra pada dasarnya adalah mantra Shize yang melingkari suku kata ‘HUNG’ searah jarum jam. Ini mewakili ‘Batin’ Shize. Cahaya putih mewakili permohonan kita kepada Shize untuk melakukan aktivitas penyembuhan dan penenangan rintangan.
Dari Shize, cahaya penyembuhan berwarna putih kembali ke diri anda. Visualisasikan cahaya penyembuhan turun ke atas diri anda, menyelimuti anda dan melebur ke diri anda.
Cahayanya menyelimuti tubuh anda selagi ia bersinar dan menyembuhkan tubuh anda. Batin anda menjadi ringan dan tubuh anda menjadi bugar. Penyakit tersebut kemudian dikeluarkan melalui anus anda. Percayalah, percaya, percaya ini dan jaga visualisasi selagi melafalkan mantra Shize.
Setelah menyelesaikan visualisasi, kita melakukan fase meditasi Peleburan. Pada titik ini, para makhluk samaya (divisualisasikan sebagai Shize dan rombongannya) larut ke dalam Shize dan kemudian, Shize yang sebenarnya yang merupakan kebijaksanaan, melebur ke dalam diri kita. Batin kita membayangkan bahwa kita telah menjadi satu dengan Manjushri. Penyelesaian visualisasi ini sangat penting untuk memperoleh kekayaan batin dan realisasi spiritual.
Dothey dan Dedikasi
Sebelum mengakhiri sesi, baik untuk meresitasi doa Dothey, permohonan kepada Dorje Shugden untuk melakukan aktivitas tercerahkan ditulis oleh Y.M. Kyabje Trijang Rinpoche. Dothey uga mengandung bait yang bersifat mengerikan dan saran untuk ‘membunuh musuh‘, tetapi kata-kata mengerikan ini hanyalah simbolisme, bukannya ditujukan kepada makhluk tertentu. Dalam praktik Buddha manapun, tidak ada celaka yang dikenakan kepada makhluk lain dengan ritual, pikiran, meditasi atau tindakan. Kata ‘membunuh‘ dalam Dothey merujuk pada penghancuran musuh dalam diri yaitu ego, egoisme, kekikiran, kemarahan dan kebencian. Jadi ‘membunuh musuh‘ dalam Dothey mungkin terdengar penuh kekerasan tetapi hal ini merujuk pada kekerasan yang kita ciptakan secara emosional terhadap orang disekitar kita karena emosi yang menindas. Praktik ini ditujukan pada ‘membunuh‘ emosi negatif dalam diri kita atau setidaknya menyadari bahwa musuh ada dalam diri.
Setelah kalian menyelesaikan Dothey, visualisasikan Shize dan Lama Tsongkhapa larut dalam diri kalian dan resitasikan bait-bait pelarutan. Akhiri sesi dengan dedikasi singkat. Hal ini penting untuk membuat dedikasi tulus.
Kesimpulan
Shize tidak lain adalah Manjushri, yang secara khusus beremanasi untuk memberikan kesembuhan bagi berbagai penyakit, meningkatkan usia hidup dan meningkatkan kemanjuran perawatan dan obat-obatan kita. Dengan melaksanakan praktik Shize, kita akan terberkati untuk mengatasi rintangan yang berkaitan dengan kesehatan sehingga kita dapat memperbanyak keterlibatan kita dalam aktivitas Dharma, meningkatkan energi, dan memfasilitasi realisasi. Jadi, meskipun hasil umum dari latihan Shize adalah kesehatan, umur panjang, dan peningkatan pahala, tujuan sebenarnya dari latihan Shize adalah diberkahi dengan lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam latihan spiritual. Dengan ini, kita akhirnya mendapatkan pemahaman tentang ajaran Dharma yang lebih dalam dan dapat memfasilitasi praktik olah pikiran seperti Lojong.
Oleh karena itu, praktik Shize membersihkan karma yang menimbulkan penyakit fisik dan mental yang kita alami, baik sebagai penyakit yang kita kenali maupun yang lebih halus. Penyakit yang sebenar-benarnya adalah penyakit batin – yaitu kesedihan, keserakahan, kecemburuan – yang menciptakan penyebab bagi kita sehingga mengalami penderitaan fisik dan jasmani. Oleh karena itu, ketika praktik Shize menciptakan penyebab bagi kita untuk memperdalam pemahaman tentang Dharma, sebenarnya juga menyembuhkan penyakit mental dan halus kita yang pada gilirannya memotong akar penyebab dari penderitaan fisik kita.
Pada akhirnya, Bhagavān Manjushri dapat bermanifestasi dalam beragam bentuk, rupa, dan wujud, baik makhluk hidup maupun benda mati karena batin yang cerah tidak memiliki batasan. Makhluk yang telah cerah akan bermanifestasi, beremansi kembali, dan muncul kembali sesuai dengan waktu, tempat, keadaan, dan jodoh karma dari makhluk hidup yang menerima manfaat dari mereka.
Jadi, praktik Dorje Shugden ini telah berusia 400 tahun dan dianggap relatif baru, karena sekarang banyak yang membutuhkan jenis emanasi ini. Kedekatan Dorje Shugden dan kemampuan khususnya untuk membantu para makhluk hidup, akan dikenali lebih luas pada waktunya. Kita mungkin menganggap Dorje Shugden dalam salah satu bentuknya seperti Shize sebagai praktik Pelindung Dharma utama kita. Sekali lagi, Pelindung Dharma bukanlah laku utama kita tetapi terkadang diperlukan untuk mengatasi banyak masalah sehari-hari yang kita hadapi. Begitu kita meyakini dan mengandalkan makhluk luhur seperti Dorje Shugden, seiring berlalunya waktu, kita akan melihat hubungan yang spesial berkembang dan beliau akan menjaga kita bak ayah terhadap anak semata wayangnya.
Welas kasih, kebijaksanaan, dan upaya terampil dari Dorje Shugden itu tiada batas karena beliau adalah Buddha yang sepenuhnya cerah, yang bermanifestasi sebagai Pelindung Dharma. Betapa beruntungnya kita telah mendengar namanya dan juga terlibat dalam latihannya. Apakah anda seorang Buddhis atau non-Buddhis, Gelug atau aliran Buddhis lainnya, miskin atau kaya, pria atau wanita, tidak masalah. Orang suka memberi label Dorje Shugden sebagai Pelindung Gelugpa tetapi itu salah karena beliau tidak lain adalah Manjushri, dan Manjushri tidak bisa terkungkung bersembunyi hanya dalam kerangka Gelug.
Benar bahwa Dorje Shugden memiliki kedekatan khusus dengan Lama Tsongkhapa beserta ajarannya karena dalam salah satu kehidupan lampaunya, beliau adalah salah satu dari delapan murid utama Lama Tsongkhapa. Tetapi bahkan sebelum Lama Tsongkhapa, beliau telah mewujud sebagai guru besar di Tibet, Nepal, India, dan Tiongkok. Beliau sebenarnya adalah salah satu Kaisar Qing di Tiongkok bernama Kangxi. Kangxi telah menghantarakan era Buddhisme dan memperkenalkan ajaran Tsongkhapa ke kalangan istana kerajaan Tiongkok dan ke negara Tiongkok itu sendiri. Kaisar Dinasti Qing di Cina dan keturunannya disebut orangorang Manchuria. Menurut catatan sejarah resmi Dinasti Qing, Penelitian tentang Asal Usul Manchu; nama etnis ‘Manchu’ berasal dari Manjushri. Kaisar Qianlong juga mendukung klaim tentang asal-usul nama etnik mereka ini dan menulis beberapa puisi tentang hal ini.
Garis kelahiran kembali Dorje Shugden berasal dari salah satu dari 84 Mahasiddha. Berkah dan perlindungannya akan diwariskan kepada siapapun yang dengan tulus memohon energi cerahnya. Sekali lagi saya ingin menekankan bahwa beliau tidak hanya membantu para Gelugpa dan Buddhis, tetapi semua orang dari semua lapisan masyarakat yang sedang membutuhkan bantuan. Misalnya, praktiknya juga lazim di kalangan Sakya, di mana beliau bermanifestasi sebagai penunggang kuda hitam. Jika Anda percaya sebaliknya, anda membatasi kekuatan makhluk yang cerah. Dorje Shugden dalam rupa apapun akan membantu siapa saja yang dengan tulus meminta bantuannya. Anda tidak perlu menjadi seorang Buddhis atau melakukan ritual khusus untuk menerima bantuannya. Dari kenyamanan rumah masing-masing, anda dapat mengunduh latihan hariannya. Saya telah memasukkannya di sini dan bisa segera dimulai. Bacalah komentar dengan cermat dan menyeluruh bagi pengetahuan dan pemahaman anda. Jangan takut jika anda tidak dapat melakukan visualisasi atau persembahan dengan ‘sempurna’ karena Dorje Shugden adalah seorang Buddha yang tidak akan ‘kecewa’ dengan segala kekurangan. Ketulusan dan konsistensi adalah kuncinya. Jika anda mengandalkan Dorje Shugden secara konsisten dan seiring waktu, anda akan memiliki sekutu yang kuat sebagai teman, asisten, pelindung, dan orang kepercayaan anda. Percaya pada Dorje Shugden sepenuhnya. Tidak ada bagian dari latihannya yang dapat berbahaya dengan cara apapun. Ratusan lama berprestasi tinggi dari aliran Gelug dan Sakya telah mengandalkan Dorje Shugden selama lebih dari 300 tahun. Banyak institusi biara besar serta praktisi awam yang berkuasa berada di bawah perlindungan penuh dari pelindung Dharma ini. Jika Anda pernah menemukan ini, itu bisa menjadi indikasi bahwa anda memiliki kedekatan yang kuat. Unduh gambar, cetak, letakkan di altar anda dan mulailah berlatih. Bagi mereka yang terlalu muda, sakit atau tua dan yang merasa melakukan latihan harian mungkin terlalu melelahkan, mereka dapat menyimpan ganbar Dorje Shugden atau Shize di dekat mereka dan sekedar melafalkan mantranya. Sekali lagi, ketulusan dan keyakinan adalah kuncinya. Saya dengan tulus mendoakan yang terbaik untuk anda semua.
Tim saya telah bekerja sangat keras dengan saya untuk menghadirkan kompilasi ini kepada anda semua. Dari hati saya, saya berterima kasih kepada tim saya yang penuh welas asih dan tim pekerja keras yang terdiri dari orang-orang hebat yang satu-satunya tujuan dari membantu saya adalah memberi anda semua manfaat. Mereka benar-benar orang yang hebat dan baik hati. Kami memiliki banyak orang seperti mereka di Kechara, saya merasa terhormat untuk mengatakannya. Terima kasih banyak tim!
Saya mendedikasikan semua pahala kebajikan ini bagi kebahagiaan, kedamaian, pertumbuhan, dan pembebasan tim saya. Saya juga mendedikasikan pahala kebajikan ini untuk pemegang garis silsilah yang mulia dari semua tradisi dan semua guru yang mengajarkan tentang perdamaian, cinta dan pengembangan kasih sayang, agar memiliki umur panjang dan kesuksesan lebih lanjut. Merupakan sebuah kehormatan, hak istimewa, dan kenikmatan yang luar biasa bagi saya dan tim saya untuk menghadirkan latihan Shize yang sangat bermanfaat ini untuk pertama kalinya di sini. Saya berharap semua orang menjadi berhasil, kesehatannya prima, bertumbuh dengan hebat, dan meraih pembebasan tertinggi. Semoga anda hadir di bawah perlindungan rupa damai, murka, mistis, yang tak terhitung banyaknya dari Manjushri yang luhur selama kehidupan ini dan semua kehidupan yang akan datang.
Sarva mangalam,
Tsem Rinpoche
Dedikasi oleh Tsem Rinpoche
Aspirasi dari mempersembahkan praktik ini bertujuan memberi manfaat bagi banyak orang. Semoga mereka yang mempraktikkan Dorje Shugden sebagai Shize atau emanasi rupa Dorje Shugden lainnya menerima berkah yang luar biasa berupa umur panjang dan kesehatan. Semoga mereka memiliki pahala kebajikan untuk selalu terlahir kembali dengan delapan kebebasan dan sepuluh berkah, di tempat dan lokasi yang mana ada Dharma yang otentik sehingga mereka dapat mendengarkan, belajar, memahami, berlatih dan mendapatkan kesadaran. Semoga mereka memiliki ketenangan pikiran, tidur yang pulas, keluarga yang damai, kehidupan yang tentram dan bebas dari kecelakaan. Harap diingat bahwa Dorje Shugden adalah Buddha Perdamaian Dunia yang beremanasi menjadi pelindung Dharma dan hakekat sejatinya adalah Manjushri yang telah cerah seutuhnya. Doa ini disediakan agar praktik yang begitu berharga ini dapat diakses dengan mudah dan gratis, terutama bagi mereka yang benar-benar membutuhkannya.
Saya telah bekerjasama dengan tim saya untuk mengumpulkan semua ini dengan harapan akan memberikan manfaat yang luar biasa.
Catatan dari Tim Blog ini:
- Mengundang tsa tsa Shize untuk membantu praktik anda: http://www.vajrasecrets.com/shize-tsa-tsa-with-bronze-finish
- Mengunduh rupa Shize beresolusi tinggi: https://www.tsemrinpoche.com/tsem-tulku-rinpoche/downloads/buddha-images.html
- Bila anda membutuhkan benda-benda Dharma untuk melakukan praktik anda, kunjungi http://www.vajrasecrets.com/
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details