Yang Mulia Kensur Rinpoche Lobsang Phende Mengunjungi Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)

Yang Mulia Kensur Rinpoche Jetsun Lobsang Phende (Kepala Biara Emeritus Biara Shar Gaden) dan Yang Mulia Tsem Rinpoche ke-25
Mewawancarai Y.M. Kensur Rinpoche Jetsun
Lobsang Phende dari Shar Gaden Monastery Mengenai
Yang Mulia Tsem Rinpoche ke-25
Or view the video on the server at:
https://video.tsemtulku.com/videos/Kensur-Rinpoche-Interview.mp4
Kechara merasa sangat terhormat dan beruntung bisa menjadi tuan rumah dalam kunjungan Yang Mulia Kensur Rinpoche Jetsun Lobsang Phende, yang didampingi oleh asisten setianya, Gen Wangyal. Kensur Rinpoche, yang sekarang menjadi Kepala Biara emeritus, merupakan kepala biara pertama dari Biara Shar Gaden. Beliau adalah pemimpin yang membimbing biara tersebut melewati masa-masa sulit saat mereka pertama kali dipaksa untuk berpisah dari Biara Gaden Shartse. Bersama dengan para biksu lain dari Dokhang Khangtsen, Kensur Rinpoche mendirikan Biara Shar Gaden sebagai benteng pertahanan Dorje Shugden di mana praktik dan silsilah dilindungi dan dilestarikan.
Di zaman ini, tidak banyak lama yang mendapat begitu banyak penghormatan seperti Kensur Rinpoche yang dikagumi karena keberaniannya. Senyum yang selalu terukir di wajahnya tidak menunjukkan betapa banyak perjuangan yang telah beliau jalani sepanjang hidupnya. Setelah meninggalkan Tibet pada tahun 1959, Kensur Rinpoche tinggal selama beberapa tahun di Buxa bersama dengan lebih dari 1.000 biksu lainnya. Di sana, mereka berjuang untuk melestarikan praktik-praktik dan garis keturunan yang berisiko hilang atau ditinggalkan di Tibet. Kensur Rinpoche menceritakan kepada kami bahwa selama masa itu, semua biksu akan melakukan puja Kalarupa (Drugchuma) secara rutin. Puja-puja tersebut diminta oleh kepemimpinan Tibet di pengasingan agar ritus-ritus tersebut didedikasikan untuk menghilangkan hambatan-hambatan bagi pemukiman-pemukiman Tibet di pengasingan.

Pada awal tahun 1990-an, ketika semua orang masih menjadi bagian dari Biara Gaden Shartse. Kensur Rinpoche Lobsang Phende, yang saat itu dikenal sebagai Geshe Lobsang Phende, berada di ujung kiri gambar. Beliau adalah umze (pemimpin lantunan) puja dan mengenakan topi tsoksha. Ia duduk di belakang Yang Suci Gaden Trisur Jetsun Lungrik Namgyal ke-101, Yang Mulia Kyabje Zong Chocktrul Rinpoche, dan Tsem Rinpoche.
Demikianlah, bersama dengan biksu lain seperti Gen Wangyal dan Geshe Sopa, Kensur Rinpoche turut membantu membangun kembali Biara Gaden di pengasingan, baik melalui upaya spiritual maupun fisik. Kensur Rinpoche menceritakan pengalaman ketika para biksu harus pergi ke hutan dan menebang pohon-pohon dengan tangan mereka sendiri, serta mengangkut kayu balok kembali ke lokasi pembangunan Gaden. Melalui proses yang sangat berat ini, didorong oleh keyakinan dan pengabdian, para biksu seperti Gen Wangyal kini fasih berbicara bahasa Hindi karena harus berurusan dengan kontraktor lokal di India.
Namun, saat larangan datang, semua upaya tersebut menjadi tidak berarti. Mereka bahkan dilupakan dengan mudah, dan pada tahun 2008, Kensur Rinpoche dan para biksu Dokhang Khangtsen diusir dari Biara Gaden Shartse karena menolak untuk menghentikan praktik mereka. Kensur Rinpoche menceritakan bahwa saat Dalai Lama mulai mengeluarkan instruksi agar pemuja Shugden dan non-Shugden dipisahkan, beliau memikirkan secara serius keputusan untuk mengikuti instruksi tersebut dan berpisah dari Biara Gaden Shartse. Keprihatinan beliau adalah untuk kesejahteraan para biksu yang akan diusir karena tidak ingin menghentikan praktik mereka. Tanpa sumber daya, bagaimana mereka akan melanjutkan?

Penubuat Gaden dalam kondisi dirasuk Dorje Shugden. Dorje Shugden mencengkeram jubah Kensur Rinpoche, tanda kebahagiaan dan penghargaannya yang luar biasa atas pengabdian Kensur Rinpoche kepada silsilah Lama Tsongkhapa.
Akhirnya, Kensur Rinpoche memutuskan untuk berpisah juga sebagai upaya untuk melindungi mereka yang memilih untuk ‘menghentikan praktik’. Jika para biksu Dokhang Khangtsen tidak pergi, mereka akan diusir juga. Sebelum sampai pada tahap tersebut, sisa biksu Gaden Shartse akan mengalami tekanan besar dari Dharamsala untuk melecehkan biksu Shugden. Kensur Rinpoche menjelaskan bahwa lingkungan pada saat itu sangat tidak kondusif sehingga biksu non-Shugden akan mendapat tekanan jika berasosiasi dengan biksu Shugden. Kensur Rinpoche ingin melindungi mereka dari situasi yang tidak menyenangkan dan tidak nyaman seperti itu.
Jadi, bahkan dalam keputusan Kensur Rinpoche untuk mendukung pemisahan dari Biara Gaden Shartse, motivasinya adalah kasih bagi semua orang yang terlibat. Meskipun beliau tidak setuju dengan keputusan orang-orang yang memilih untuk berhenti mempraktikkan Dorje Shugden, namun beliau tidak ingin menyakiti mereka. Berapa banyak dari kita yang bisa mengatakan bahwa kita sangat mendalami praktik kita sehingga memikirkan kesejahteraan mereka yang mungkin menyebabkan celaka bagi kita?

Pertemuan Tsem Rinpoche dan Kensur Rinpoche untuk pertama kalinya dalam beberapa dasawarsa. Pertemuan tersebut berlangsung selama berjam-jam karena ada banyak hal yang perlu dibicarakan. Ada hubungan yang kuat di sini karena Gen Wangyal, asisten Kensur Rinpoche, adalah keponakan dari inkarnasi Tsem Rinpoche sebelumnya (Kentrul Thubten Lamsang).
Tapi yang terburuk masih akan datang, dan pada kenyataannya, penghinaan terbesar tiba dalam bentuk yang tak terpikirkan sebelumnya oleh Biara Gaden Shartse. Tak lama setelah pemisahan, mereka mendirikan tembok di antara Biara Gaden Shartse dan Biara Shar Gaden yang baru didirikan. Bayangkan bahwa Kensur Rinpoche telah mengabdikan hidupnya untuk biara tersebut, lalu bayangkan bagaimana perasaannya saat melihat tembok ini dibangun, batu demi batu.
Bayangkan biara yang pembangunannya dibantu dengan tangan Anda sendiri, memberi tahu Anda dengan cara yang begitu jelas dan merendahkan bahwa mereka tidak lagi menginginkan Anda atau ingin berhubungan dengan Anda. Inilah persisnya apa yang dipaksakan oleh kepemimpinan Tibet kepada komunitas mereka, dan betapa banyaknya rasa sakit dan penghinaan yang mereka sebabkan dengan memisahkan orang-orang dengan tidak memperhatikan perasaan dan kontribusi mereka terhadap masyarakat Tibet serta kesejahteraan rakyat Tibet.

Tsem Rinpoche menunjukkan patung Vajrayogini pribadinya yang setinggi 5 kaki kepada Kensur Rinpoche.
Ketika Kensur Rinpoche menceritakan kisah ini, beliau melakukannya tanpa rasa pahit atau kemarahan. Namun, kita hanya bisa membayangkan rasa sakit, penderitaan, dan penghinaan yang dialami oleh banyak biksu lain pada saat itu. Sebagai kepala biara pertama, Kensur Rinpoche harus memberikan nasihat kepada banyak biksu yang terluka, bingung, dan merasa tidak mampu memahami peristiwa tersebut. Pada tahun-tahun awal pendirian Shar Gaden, Kensur Rinpoche mengumpulkan dana, mendidik para biksu muda, dan membimbing serta melatih mereka agar biara memiliki landasan yang kokoh untuk kelangsungannya di masa depan.
Saat ini, Kensur Rinpoche telah pensiun dari jabatan sebagai kepala biara. Beliau sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya di India. Meskipun telah berstatus kepala biara emeritus, Kensur Rinpoche tetap terlibat dalam urusan monastik. Kepedulian dan pengabdian beliau terhadap kesejahteraan Sangha tetap tidak berkurang. Selama beberapa waktu dalam setahun, Kensur Rinpoche juga melakukan perjalanan ke Eropa. Di sana, beliau melakukan puja untuk mengumpulkan dana bagi biara. Hal ini mengingatkan kita pada masa ketika larangan Dorje Shugden pertama kali dimulai dan Kensur Rinpoche mendapati dirinya melakukan perjalanan ke Eropa untuk melakukan puja untuk mengumpulkan dana bagi Perhimpunan Dorje Shugden di Delhi, agar mereka dapat melakukan pekerjaan penting mereka. Semua orang yang pernah bertemu dengan Kensur Rinpoche tahu bahwa semua dana yang ia kumpulkan akan langsung disalurkan ke biara.
Saat ini, Kensur Rinpoche telah pensiun dari jabatan kepala biara. Beliau sekarang menghabiskan sebagian besar waktunya di India. Meskipun menjadi kepala biara emeritus, Kensur Rinpoche tetap terlibat dalam urusan monastik. Kepedulian dan pengabdian beliau terhadap kesejahteraan Sangha tetap tidak berkurang. Beberapa bulan dalam setahun, Kensur Rinpoche juga melakukan perjalanan ke Eropa. Di sana, beliau melakukan berbagai puja untuk mengumpulkan dana bagi biara. Ini mengingatkan kita pada saat larangan Dorje Shugden pertama kali diberlakukan dan Kensur Rinpoche melakukan perjalanan ke Eropa untuk melakukan berbagai puja guna mengumpulkan dana bagi Anggota Perkumpulan Dorje Shugden di Delhi. Semua dana yang dikumpulkan oleh Kensur Rinpoche dialirkan langsung ke biara, seperti yang diketahui oleh semua orang yang pernah bertemu dengan Kensur Rinpoche.
Meskipun banyak yang mengklaim diri sebagai orang besar, hanya sedikit yang memang benar-benar orang besar dan diakui kebesarannya oleh banyak orang lain. Kebesaran mereka terwujud melalui tindakan, pengabdian, dan komitmen mereka dalam menepati janji. Sepanjang waktu Kensur Rinpoche di Malaysia, yang paling membuat saya terharu adalah bahwa meskipun beliau adalah seorang lama besar, Kensur Rinpoche hidup dengan sangat sederhana bersama asisten setianya, Gen Wangyal, tanpa kesombongan atau kemewahan. Meskipun tindakan-tindakannya menjadikannya pantas menduduki tahta tertinggi, namun beliau tidak meminta atau menuntut apapun, hanya memikirkan kesejahteraan biara.

Hampir setiap hari selama Kensur Rinpoche bersama kami di Malaysia, beliau melakukan berbagai puja untuk kesuksesan dan pertumbuhan karya dan umur panjang Tsem Rinpoche.
Pada kunjungannya ke Kechara, Kensur Rinpoche melakukan banyak puja umur panjang yang didedikasikan untuk guru kami, Yang Mulia yang Tsem Rinpoche ke-25. Kensur Rinpoche menyatakan bahwa beliau memahami pentingnya karya Rinpoche bagi silsilah ajaran kita, dan beliau ingin berkontribusi pada karya-karya Rinpoche dengan cara ini. Meskipun beliau ingin mempersembahkan tenshug (permohonan umur panjang dan puja resmi) kepada Tsem Rinpoche di masa lalu, namun Tsem Rinpoche dengan rendah hati menolak. Kechara bersyukur karena tamu yang merupakan praktisi sangat terhormat melakukan ritual-ritual ini untuk guru kami. Kechara juga memiliki kesempatan untuk melayani Kensur Rinpoche, membawanya untuk pemeriksaan medis dengan dokter terbaik untuk mengendalikan penyakit diabetesnya. Semua ini diperhatikan oleh Tsem Rinpoche yang ingin merawat Kensur Rinpoche di usianya yang lanjut, dengan cara yang sama seperti Kensur Rinpoche telah menjaga begitu banyak orang sepanjang hidupnya. Bagi Rinpoche, para praktisi seperti itu yang merupakan sumber pengetahuan dan praktik semakin berharga seiring berjalannya waktu, sementara generasi guru sempurna yang dididik di Tibet terus menurun jumlahnya.

Kensur Rinpoche juga melakukan puja konsekrasi soongdroop dan rabney bagi semua rupang dan rupa di tanah Kechara Forest Retreat
Ketika Anda bertanya kepada Kensur Rinpoche bagaimana cara beliau menghadapi masalah-masalah yang telah beliau alami sepanjang hidupnya, jawaban Kensur Rinpoche sangatlah sederhana:
“Berdoalah kepada guru Anda untuk mendapatkan berkah. Berdoalah kepada Dorje Shugden untuk mendapatkan pertolongan dalam hal materi. Kemudian, bersantai dan percaya, jangan khawatir.
Ketika Anda memiliki berkah dari guru Anda dan bantuan dari Dorje Shugden, tidak ada alasan untuk khawatir.”
Meskipun kata-kata Kensur Rinpoche terdengar sederhana, namun karena diucapkan oleh seseorang yang telah berhasil melewati badai demi badai, pada saat itu Anda menyadari bahwa bahkan kata-kata sederhana pun dapat menjadi inspirasi yang besar ketika didukung oleh tindakan yang telah berbuah hasil. Kata-kata ini menjadi lebih berpengaruh ketika diucapkan oleh seseorang yang telah memegang sumpah biksu beliau dengan baik selama 70 tahun terakhir. Kensur Rinpoche masuk biara saat berusia tujuh tahun dan pada saat penulisan ini, beliau berusia 77 tahun.
Dalam wawancara di atas yang direkam saat Kensur Rinpoche berada di sini bersama kami, Anda akan mendengar Kensur Rinpoche sedang berbicara tentang Tsem Rinpoche, serta membicarakan apa yang beliau pikirkan tentang karya-karya Tsem Rinpoche dan apa yang telah berhasil dicapainya.
Semoga Kensur Rinpoche memiliki umur panjang dan semua harapannya segera tercapai. Semoga Kechara selalu dapat menjadi tuan rumah bagi para praktisi seperti beliau, untuk menciptakan sebab-sebab yang memungkinkan perkembangan para praktisi seperti kami sendiri.
Pastor Jean Ai

Para hadirin membungkuk dengan hormat saat Kensur Rinpoche tiba untuk melakukan salah satu puja yang didedikasikan untuk Tsem Rinpoche, untuk panjang umur, dan keberhasilan karya-karyanya.
Biografi Yang Mulia Kensur Rinpoche
Jetsun Lobsang Phende
Yang Mulia Kensur Rinpoche Jetsun Lobsang Phende lahir pada tahun 1941 di Lhasa, Tibet, tidak jauh dari Biara Gaden. Dilahirkan dalam keluarga yang sangat miskin, Kensur Rinpoche bergabung dengan biara setempat setelah seorang biksu yang dikenal oleh keluarganya meminta agar putranya bergabung dengan sangha. Saat itu Rinpoche baru berusia 7 tahun dan beliau dengan senang hati mengingat keputusan ini sebagai salah satu keputusan terbaik yang pernah dibuat orangtuanya untuknya.
Lima tahun kemudian, pada usia 12 tahun, Kensur Rinpoche memasuki aula doa besar Biara Gaden Shartse di mana beliau menerima sumpah Getsul (pemula) dari Sang Yang Suci dan tak tertandingi, Kyabje Zong Rinpoche. Beliau memulai pendidikannya dengan Lima Karya Besar di bawah bimbingan guru-guru terkemuka seperti Yang Mulia Kyabje Trijang Rinpoche, Yang Mulia Kyabje Zong Rinpoche, dan Yang Mulia Kyabje Zemey Rinpoche.
Pada tahun 1959, Kensur Rinpoche mengikuti Dalai Lama ke pengasingan di India. Seperti banyak orang Tibet lainnya, Kensur Rinpoche mendapati dirinya di Buxa, India Timur Laut. Beliau tinggal di sana untuk sementara waktu di mana ia melanjutkan studinya tentang Sutra dan Tantra. Kensur Rinpoche mengingat masa-masa itu sebagai masa yang sulit namun bahagia, di mana lebih dari 1000 biksu dari berbagai tradisi berkumpul. Selama periode tersebut, semua biksu terlibat dalam pujian Kalarupa (Druchuma) yang teratur yang diminta oleh pemerintah Tibet, untuk menghapus rintangan bagi pemukiman Tibet yang baru didirikan.
Sebuah biara berdasarkan tradisi Tibet adalah lembaga pembelajaran besar yang menyebarkan dan mengembangkan filsafat, seni, dan budaya Buddhisme. Ini merupakan inti kehidupan agama dan politik dalam masyarakat Tibet, sehingga ketika orang Tibet pertama kali tiba di India, membangun kembali biara besar menjadi salah satu prioritas utama mereka. Upaya mereka terfokus terlebih dahulu pada Tiga Pilar Besar yaitu Biara Gaden, Sera, dan Drepung. Kensur Rinpoche sendiri adalah salah satu pelopor awal yang memulihkan universitas-universitas biara di India, dan terlibat langsung dalam pendirian kembali Biara Gaden di Mundgod, India Selatan. Drepung kemudian juga didirikan kembali di Mundgod, sementara Sera didirikan kembali di Bylakuppe, Mysore.
Sepanjang hidupnya, Kensur Rinpoche sangatlah dihormati sehingga selalu diminta untuk menduduki banyak posisi dan jabatan. Kensur Rinpoche diangkat sebagai Sekretaris Jenderal untuk Masyarakat Lama, sebuah organisasi yang mendukung Biara Gaden dan Drepung. Setelah masa jabatannya selesai, ia diminta untuk memperpanjang pelayanannya tetapi Kensur Rinpoche menolak, dengan alasan bahwa ia harus fokus pada studinya seperti yang disarankan oleh Yang Mulia Kensur Lati Rinpoche. Ketika Kensur Rinpoche Lobsang Phende akhirnya menyelesaikan studinya dengan hasil yang baik, beliau dianugerahi gelar Geshe Lharampa. Ini setara dengan gelar Doktor dalam Filsafat Buddhisme. Dengan keahlian dan pengetahuannya dalam pujian dan ritual, serta dikenal dengan lantunan doanya yang indah, Kensur Rinpoche kemudian diangkat sebagai Umze (pemimpin lantunan doa) dari Biara Gaden Shartse Monastery.
Salah satu kontribusi sastra Kensur Rinpoche adalah reorganisasi ritual umum dan tidak umum serta tradisi pembacaan, agar menjadi komprehensif dan dapat diakses oleh banyak orang. Hal ini dimungkinkan dengan analisis menyeluruh atas komposisi asli, bekerja sama dengan dan dipandu oleh Yang Mulia Kyabje Trijang Dorjechang dan Yang Mulia Kyabje Zong Dorjechang.
Selain itu, Kensur Rinpoche juga melayani biara dan umat sebagai sekretaris untuk Penubuat Dorje Shugden di Biara Gaden. Dalam posisi ini, sangha dan umat bergantung pada Kensur Rinpoche sebagai penulis utama untuk mencatat pengumuman dan ramalan Dorje Shugden dalam keadaan merasuk. Saat merasuk, Dorje Shugden akan berbicara dalam bahasa Tibet kuno, yang hanya dipahami oleh sarjana berpengetahuan. Kensur Rinpoche yang memegang posisi ini dengan sukses selama bertahun-tahun mencerminkan pengetahuan dan keterampilannya yang luar biasa.
Pada bulan Februari 2008, sebagai hasil dari larangan terhadap Dorje Shugden, Dokhang Khangtsen (bagian dari Biara Gaden Shartse) memisahkan diri dan menjadi institusi monastik Gelug mandiri yang disebut Biara Shar Gaden. Kensur Rinpoche Lobsang Phende diangkat sebagai Kepala Biara untuk memimpin biara yang baru terbentuk ini. Di bawah bimbingan dan kepemimpinan Kensur Rinpoche, biara ini menghidupkan kembali rutinitas dan sistemnya, serta mendidik dan melatih para biksu sebagaimana yang dilakukan di Biara Gaden Shartse. Namun, sebagai bagian dari Shar Gaden, para biksu juga memasukkan Dorje Shugden sebagai salah satu praktik mereka.
Pada tahun 2013, setelah lima tahun masa jabatan yang sukses sebagai Kepala Biara, Kensur Rinpoche pensiun dan menerima gelar ‘Kensur’ atau Abbot Emeritus*. Saat ini, Kensur Rinpoche tetap tinggal di Biara Shar Gaden sambil terus melayani komunitas monastik di sana. Hingga hari ini, beliau tetap sangat dihormati di biara dan oleh banyak praktisi Dorje Shugden di berbagai tempat.
*Ketika seseorang menjadi kepala biara (khenpo), mereka dikenal sebagai Khen Rinpoche. Setelah pensiun, khenpo menjadi kensur dan selanjutnya dikenal sebagai Kensur Rinpoche. Oleh karena itu, sebelum Lobsang Phende menjadi Khen Rinpoche (dan sekarang Kensur Rinpoche), beliau dikenal sebagai Geshe Lobsang Phende.
Addendum
Setelah larangan yang tidak adil terhadap para praktisi Dorje Shugden diberlakukan secara paksa oleh kepemimpinan Tibet terhadap masyarakat dan biara, biara-biara terpecah. Lebih dari 600 biksu dari Biara Gaden Shartse pergi dan mendirikan Biara Shar Gaden. Kepemimpinan Tibet berupaya untuk membuat pihak berwenang menutup Biara Shar Gaden, tetapi Shar Gaden telah terdaftar di pihak berwenang India sehingga tidak ada yang bisa dilakukan oleh kepemimpinan Tibet. Hal ini sangat menyedihkan. Kensur Rinpoche Lobsang Phende meninggalkan Biara Gaden Shartse untuk menjadi kepala biara di Biara Shar Gaden yang baru dibentuk di India Selatan di mana mereka dapat melanjutkan praktik Dorje Shugden. Sebelum pelarangan, Lati Rinpoche dan Kensur Rinpoche Lobsang Phende dapat bertemu, berbagi, dan menjadi dekat karena mereka sangat dekat. Setelah pelarangan ini diberlakukan, hal ini tidak diperbolehkan lagi. Praktisi Dorje Shugden dan non-Dorje Shugden harus dipisahkan. Mereka tidak boleh bercampur. Perdana Menteri sebelumnya dari pemerintah Tibet di pengasingan mengatakan bahwa praktisi Dorje Shugden dan non-Dorje Shugden seperti kumis dan mulut, dan harus dipisahkan. Anda dapat melihat pada foto ke-2, Kyabje Lati Rinpoche sedang memberkati seorang anak dan Kensur Rinpoche Lobsang Phende berdiri di samping anak tersebut. Sebelum pelarangan diberlakukan, biara-biara tersebut bahagia, bersatu dan memiliki samaya yang baik satu sama lain. Larangan tersebut menghancurkan segalanya termasuk persatuan dan keharmonisan. Sangat menyedihkan melihat hal ini. Foto-foto ini berasal dari koleksi Kensur Rinpoche Lobsang Phende.
Tsem Rinpoche
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Biografi Singkat Tsem Rinpoche Dalam Foto (Bahasa Indonesia)
- Pertanyaan Mengenai Rasa Cemburu (Bahasa Indonesia)
- 35 Buddha Pengakuan (Bahasa Indonesia)
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden – Pelindung Masa Kini (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Wangze untuk Anugrah Daya Kuasa dan Pengaruh (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)
- Kyabje Zong Rinpoche: Kelahiran, Kematian & Bardo (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details