Kebenaran Itu Menyakitkan? (Bahasa Indonesia)
Ingatlah, uang yang kita miliki akan hilang, diambil, digunakan, disimpan dalam bentuk tabungan atau ditinggalkan pada akhirnya.
Pasangan, kekasih, ‘belahan jiwa’ pada akhirnya akan meninggalkan kita atau kita meninggalkan mereka. Tidak peduli seberapa kuatnya perasaan kita kepada mereka sekarang, hal ini bersifat sementara. Kemudian semua waktu, usaha, pengorbanan yang kita berikan untuk hubungan ini, akan hilang. Pastinya karena keadaan atau kematian kita atau kematian mereka. Sementara itu, kita harus mengorbankan hidup, sahabat, Dharma, waktu, energi dan rasa khawatir untuk mempertahankan mereka. Agar tidak kehilangan mereka walaupun pada akhirnya mereka akan pergi. Apapun yang meningkat akan menurun. Dan diantaranya adalah murni penderitaan agar tidak kehilangan mereka yang ditutupi dengan topeng kesepian.
Apa yang kita miliki sekarang bersifat sementara, dan kita meninggalkan semuanya untuk mempertahankan hak milik ini. Pujian, benda-benda bermerek, status, rasa hormat yang kita cari hanya bertahan sekejap dan hanya ada dalam pikiran kita. Tidak ada yang menghormati kita karena benda-benda bermerek. Hanya mereka yang berpikiran ‘dangkal’ akan ‘menghormati’ kita karena benda-benda ini. Dan kita harus bekerja keras untuk mempertahankan benda-benda bermerek ini untuk mendapatkan rasa hormat dangkal. Rasa hormat tidak datang dari kekayaan, benda-benda bermerek, dan status karena bila memang begitu adanya, mereka yang memiliki semua ini tidak perlu berusaha keras mempertahankan atau merasa tertekan karena memilikinya. Seberapa besar kedangkalan dan rasa tidak percaya diri seseorang terkadang bisa dilihat dari seberapa banyak benda-benda bermerek yang harus mereka kenakan, gunakan atau miliki. Khususnya bila mereka tidak mengeluarkan usaha untuk mendapatkannya dengan kesuksesan bisnis duniawi dalam hidup mereka. Mereka bukan orang yang tidak baik, tapi mereka selalu butuh pembuktian bahwa mereka adalah ‘orang penting’. Sayangnya, mereka sendiri mengetahui siapa sebenarnya diri mereka, dan benda-benda bermerek ini tidak akan membodohi siapapun, termasuk diri mereka. Karenanya mereka akan merasakan kekosongan. Banyak orang ‘kaya’ yang merasa ingin bunuh diri, kecanduan obat-obatan terlarang atau mati rasa terhadap kekosongan dalam diri, atau selalu berusaha menyibukkan diri.
Kesehatan kita bersifat sementara. Ketika sehat, kita ingin menjelajahi dunia, menikmati makanan terlezat, mengadakan pertemuan di restoran-restoran mewah, berfoto di tempat-tempat yang kita kunjungi dan memamerkannya di media sosial untuk menunjukkan betapa ‘bahagianya’ dan berpengalamannya dan betapa ‘suksesnya’ diri kita walaupun sebenarnya kita diliputi perasaan kosong, tidak aman, dan takut dan tidak memiliki apa-apa untuk dipamerkan selain foto-foto yang datar dan tidak nyata. Ketika kita jatuh sakit, kita lari ke dokter, pendeta, lama luhur untuk mendapatkan solusi dan kesembuhan agar kita bisa ‘melakukan’ pekerjaan dharma dan beramal atau sesuatu yang bermakna. Padahal, kita telah melepaskan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna ketika masih sehat dan kita ingin memperpanjang keadaan ini tetapi kita menutupinya dengan kebohongan.
Kita berjanji pada wanita-wanita cantik, pria-pria tampan, orang kaya, orang-orang menyenangkan dan memegang janji ini dengan baik. Tetapi kita melupakan janji pada orang-orang yang menurut kita tidak menguntungkan. Kita bahkan melupakan janji kepada guru yang telah mencintai kita dengan mudahnya. Kita akan melakukan apapun untuk seorang kekasih, sahabat atau seseorang yang bisa menguntungkan kita secara materi, tetapi untuk guru kita, kita selalu menemukan banyak ‘halangan’. Kita mencari alasan tidak punya waktu, sibuk, dan sebagainya. Padahal sebenarnya kita tidak mau menghadapi keterikatan kita dan merenungkan bahwa seharusnya kita sudah melakukan sesuatu untuk mengurangi keterikatan karena mereka tidak membawa kita kemana-mana. Kita tidak mau menghadapi diri kita sendiri.
Tsem Rinpoche
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Pertikaian Dalam Diri Adalah Pertanda Baik (Bahasa Indonesia)
- Mengapa Alasan Kita Tidak Permanen? (Bahasa Indonesia)
- Membalas Dendam Sangatlah Berbahaya (Bahasa Indonesia)
- Devadatta dan Menyalahkan Orang Lain (Bahasa Indonesia)
- Membesar-besarkan Keterikatan (Bahasa Indonesia)
- Kyabje Zong Rinpoche: Kelahiran, Kematian & Bardo (Bahasa Indonesia)
- Sikap Dalam Melakukan Pekerjaan Dharma (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details