Biografi Singkat Tsem Rinpoche Dalam Foto (Bahasa Indonesia)
Di bawah ini hanya sebuah ringkasan hidup saya dalam gambar sampai saat ini. Banyak dari gambar yang ada telah muncul dalam The Promise, yang merupakan sebuah biografi fotografik yang dibuat atas instruksi guru saya. The Promise tersedia melalui Vajrasecrets, dan juga di blog saya ini sebagai buku elektronik.
Salam kasih,
Tsem Rinpoche
- Masa Kecil di Taiwan
- Tumbuh Besar di Amerika
- Guru Utama
- Tsem Ladrang, Biara Gaden
- Asrama Biksu Pukhang Khangtsen
- Karya Bakti Sosial
- Tahun-Tahun Awal di Malaysia
- Kechara
- Acara-Acara
- Ziarah: Bodhgaya (2004)
- Ziarah: Gaden (2006)
- Ziarah-ziarah: Kathmandu, Nepal (2008)
Masa Kecil di Taiwan
Saya lahir pada tanggal 24 Oktober 1965 di Taipei, Taiwan. Ibu saya adalah seorang putri bangsawan Mongolia Torghut Noyen yang bernama Dewa Nimbo. Keluarga ibu saya melarikan diri dari Mongolia ke Taiwan dimana ibu bertemu dengan ayah saya, Lobsang Gyatso. Ketika itu, ayah mengelola sekolah pengungsi Tibet di Taiwan. Ibu menjalin kasih dengan ayah tanpa mengetahui bahwa ayah telah memiliki istri dan anak-anak di Tibet. Ketika ibu mengetahui ayah sudah menikah, mereka berpisah sebelum saya lahir.
Akan tetapi, rasa malu karena memiliki anak di luar nikah, apalagi sebagai seorang putri bangsawan, membuat ibu melepaskan saya untuk diadopsi setelah saya lahir. Hal ini tidak mudah karena banyak sesama orang Mongolia yang mengkritik ibu karena melahirkan anak di luar nikah. Saya mengerti pikiran ibu, dan saya harap ibu bisa sembuh dari sakit hati yang dideritanya.
Sebelum saya lahir, ibu saya bermimpi tentang anak gajah berwarna putih masuk ke halaman rumahnya, dan ibu akan mengikat gajah tersebut di sebatang pohon. Kata ibu, dia memimpikan hal yang sama setiap hari selama sembilan bulan. Pada hari kelahiran saya, ibu bermimpi banyak lama yang luhur dan para biksu melakukan berbagai puja di rumahnya.
Pada hari itu, ibu melahirkan saya dengan mudah tanpa rasa sakit. Ibu dan para guru saya di kemudian hari memberi tahu bahwa semua ini adalah pertanda keberuntungan.
Ketika saya berusia tujuh bulan, beberapa biksu datang dan mengakui saya sebagai reinkarnasi lama luhur. Mereka meminta ijin ibu untuk membawa saya ke biara dan menjalani pendidikan spiritual. Tetapi ibu tidak memperbolehkan hal ini. Kata ibu, bila saya benar-benar seorang lama luhur, maka saya akan menemukan jalan saya sendiri untuk kembali ke biara.
Sebenarnya ibu tidak memperbolehkan saya pergi karena ibu takut malu. Bila saya dinobatkan sebagai seorang lama luhur, nama ibu dan ayah biologis saya akan diumumkan sesuai tradisi. Ketika menobatkan seorang reinkarnasi tulku, nama orang tua akan dibacakan di hadapan persamuhan sangha. Karena ibu tidak mau informasi ini diumumkan, ibu menolak permintaan para biksu ini.
Ibu kemudian mencari seorang wanita untuk menjaga saya dan memberikan saya pada keluarga wanita ini. Nama penjaga saya adalah Shi Mama. Di Taiwan saya tinggal di sebuah apartemen kecil bersama Shi Mama, suaminya, dan ketiga anaknya. Di kemudian hari, saya mengetahui bahwa Shi Mama dibayar untuk menjaga saya, tetapi pada saat itu, saya tidak tahu. Saya kira Shi Mama adalah ibu kandung saya dan ketiga putranya adalah kakak-kakak saya.
Di apartemen kecil tersebut, kami tinggal di lantai dua. Di bawah kami adalah sebuah toko. Dan saya didaftarkan di sekolah setempat. Keluarga angkat saya tidak memperlakukan saya dengan baik, dan saya sering dipukuli dan tidak diberi makanan. Setelah pulang sekolah, saya sering berkelana di jalan-jalan kota Taipei untuk mencari makanan. Saya mengingat hal ini dengan jelas.
Akan tetapi, ditengah perlakuan menyiksa ini, ada secercah kebahagiaan ketika nenek biologis saya, Ratu Torghut Dechen Minh datang mengunjungi saya dari waktu ke waktu. Nenek akan membawa mainan, pakaian dan permen untuk saya. Di depan nenek, saya diperbolehkan menikmati hadiah-hadiah ini, tetapi begitu nenek pergi, semua mainan saya akan diambil.
Saya juga ingat seorang wanita baik hati bernama Mama Kwan dan adiknya Pak Kwan. Mereka membawa saya bertamasya ke permandian air panas dan membelikan mainan. Saya kemudian tahu bahwa Mama Kwan adalah teman sekelas ibu saya dan ibu meminta Mama Kwan untuk menjaga saya.
Saya selalu mengingat kebaikan Mama Kwan, tetapi setelah saya pindah ke Amerika tahun 1972 pada usia tujuh tahun, komunikasi kami terhenti. Baru enam atau tujuh tahun yang lalu, saya berhasil menghubungi Mama Kwan dengan bantuan murid senior saya, Irene Lim, yang berhasil mencari Mama Kwan di Taiwan. Sejak saat itu, saya kembali menjalin komunikasi dengan Mama Kwan.
Pada tahun 2008, saya bertemu kembali dengan Mama Kwan pada saat berkunjung ke Taiwan guna melakukan puja untuk saudarinya yang akan menjalani operasi. Mama Kwan sangat senang berhubungan kembali dengan saya. Dari waktu ke waktu, Mama Kwan akan mengirimkan persembahan untuk saya dari Taiwan. Saya sangat bersyukur kepada wanita yang baik hati yang mengasihani seorang anak yang tidak punya orang tua ini. Mama Kwan juga menceritakan bahwa dia sebenarnya ingin mengadopsi saya, tetapi nenek tidak memperbolehkan.
Pada saat berkunjung ke Taiwan tahun 2008, saya juga bertemu dengan paman biologis saya, Pangeran Torghut David Minh yang merupakan saudara laki-laki dari ibu biologis saya, Dewa Nimbo. David Minh mengakui saya sebagai keponakannya dan dia mengetahui keberadaan saya, tetapi tidak berkomunikasi.
Pertemuan saya dan paman berjalan baik dan pembicaraan kami direkam. Paman memberi tahu banyak informasi mengenai keluarga kami yang sebelumnya tidak saya ketahui. Contohnya, Paman David bercerita bahwa sebelum keluarga kami tiba di Taiwan, kakek, nenek, paman dan ibu melakukan perjalanan dari Xinjiang ke India dimana mereka bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama ke-14. David memiliki seorang istri dan dua anak perempuan. Tetapi saya tidak bertemu dengan mereka di Taiwan.
Untuk mengetahui lebih banyak: https://www.tsemrinpoche.com/?p=8065
Pergi ke Tumbuh Besar di Amerika
Tumbuh Besar di Amerika
Pada tahun 1972, ketika saya berusia tujuh tahun, saya pergi ke Amerika. Ibu dan nenek mengatur agar saya diadopsi oleh pasangan Mongolia bernama Boris (Burcha) dan Dana Bugayeff. Keluarga Bugayeff mengadopsi saya karena mereka tidak punya anak laki-laki. Seperti kebanyakan orang tua Asia, harapan mereka adalah agar putra angkat mereka akan tumbuh besar, mendapatkan pendidikan yang baik, menikah dan meneruskan nama keluarga.
Orang tua angkat saya tinggal di Howell, New Jersey dimana banyak pengungsi Mongolia yang menetap di sana. Dan di sinilah saya bertemu dengan guru pertama saya, mantan kepala Biara Sera Mey dan praktisi Tantra Vajrayogini yang terkemuka, Kensur Rinpoche Lobsang Tharchin di Rashi Gempil Ling (RGL), wihara Buddhis Kalmyk-Mongolia yang pertama di Amerika dan berlokasi 10 menit dari rumah orang tua angkat saya.
Bayangkan – Saya menempuh perjalanan keliling dunia dan tiba di Howell, New Jersey pada tahun 1972, dan guru besar ini tiba di kota kecil yang sama sebelum saya pada tahun 1971. Beliau adalah murid dari Yang Mulia Kyabje Pabongka Rinpoche dan Kyabje Trijang Rinpoche. Betapa langkanya kesempatan ini. Saya tidak merasa bahwa ini adalah suatu kebetulan. Saya percaya di kehidupan yang lampau, saya telah mengumpulkan pahala untuk berada di sekitar guru-guru yang hebat. Saya sangat beruntung karena guru ini tinggal di RGL, dekat rumah saya.
Saya mencoba pergi ke RGL sesering mungkin. Hal ini tidak mudah karena orang tua angkat saya tidak suka saya melakukan hal-hal spiritual. Akan tetapi bahkan pada usia muda, saya memiliki kecenderungan kuat untuk melakukan praktik Dharma dan ketika saya bertemu dengan guru besar ini untuk pertama kalinya, saya ingin belajar di bawah bimbingannya. Saya ingin bersama beliau. Saya ingin melayani beliau.
Secara alami, saya tertarik pada biksu, wihara dan ajaran Dharma. Pada saat-saat tertentu saya akan duduk di ranjang dan membayangkan saya adalah seorang lama luhur yang duduk di atas singgasana dan mengajar Dharma pada orang-orang. Secara spontan saya menggambar bermacam Buddha dan memberikannya pada keluarga dan teman-teman untuk perlindungan. Secara naluriah saya tahu bahwa Buddha akan memberkati dan melindungi mereka. Dan saya senang membaca buku Dharma dan bermeditasi.
Saya sangat tertarik dengan berbagai figur Buddha seperti Manjushri, Vajra Yogini, Heruka dan Palden Lhamo. Saya mencari gua, danau, hutan dan bukit di sekitar rumah saya untuk bermeditasi. Saya senang bercengkrama dengan praktisi Dharma lain di RGL, dan saya suka pergi ke wihara dan melakukan sembah sujud. Ketika saya memiliki waktu luang, tanpa diketahui orang tua saya, saya melakukan meditasi berdasarkan informasi dari buku Tibetan Yogas and Secret Doctrines karya Walter Evans-Wentz. Saya juga suka melafalkan OM MANI PADME HUNG (mantra Buddha Pengasih Avalokiteshvara) dan OM AH RA PA TSA NA DHI (mantra Buddha Kebijaksanaan, Manjushri).
Saya merasa bahwa saya tidak akan menghabiskan hidup saya di Howell, New Jersey. Saya akan berpergian dan bertemu dengan orang-orang yang akan membutuhkan bantuan saya. Karena pikiran ini, saya selalu mempelajari berbagai doa dan mantra. Saya juga merasa bahwa saya tidak akan melakukan apa yang dilakukan orang-orang di sekitar saya seperti pergi ke sekolah, menikah, dan lain sebagainya. Saya berdoa agar bisa menjadi seorang biksu dan tinggal di wihara.
Seperti yang diceritakan sebelumnya, orang tua angkat saya tidak menyukai ketertarikan saya terhadap praktik Dharma karena hal ini tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan untuk diri saya seperti layaknya kebanyakan orang tua Asia. Ibu angkat saya akan menyiksa saya secara fisik dan verbal apabila dia melihat saya melakukan praktik Dharma dalam bentuk apapun. Saya harus bersembunyi di balik selimut untuk melafalkan mantra dan membaca buku Dharma. Siksaan fisik seperti pukulan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia saya. Saya tidak mengikuti keinginan mereka dan mengutarakan niat untuk menjadi seorang biksu. Sejak saat itu, saya harus merahasiakan praktik Dharma saya.
Di tengah semua ini, nenek biologis saya, Ratu Torghut Dechen tetap mengunjungi saya dan memberi tahu bahwa dia adalah nenek saya. Nenek mengajari saya melafalkan mantra OM MANI PADME HUM. Kenangan saya mengenai nenek sangatlah menyenangkan. Kami bercanda dan tertawa. Kebaikan dan keramahan nenek pada saya sangat tulus. Saya merasa nenek sangat menyayangi saya. Dia membawa saya dari Taiwan untuk diadopsi di Amerika, dan berharap saya akan memiliki kehidupan yang baik. Nenek mengunjungi saya secara berkala, begitu juga dengan ibu biologis saya.
Keturunan Bangsawan
Ibu saya, Putri Dewa Nimbo, mengunjungi saya di rumah orang tua angkat saya dari waktu ke waktu, dengan menyamar sebagai kerabat keluarga. Kadang-kadang dia akan membawa saya untuk tinggal bersamanya selama satu atau dua minggu. Di kemudian hari ketika saya sudah pindah ke India, ibu akan menulis surat pada saya. Ketika saya masuk ke Biara Gaden di India, ibu menulis bahwa dia telah berpisah dari suaminya dan masuk universitas untuk mendapatkan gelar Doktor (PhD) sembari membesarkan anak-anaknya. Kata ibu, bila saya menemui kesulitan, saya bisa menghubungi gurunya, Sogpu Rinpoche di Nepal, untuk meminta bantuan. Ibu juga berjanji bahwa dia akan mengirimkan uang sesudah menyelesaikan studinya.
Pada suatu hari ketika saya sudah tinggal di Biara Gaden, saya diminta oleh Sogpu Rinpoche, yang juga dikenal sebagai Guru Deva, untuk segera menemuinya di Nepal. Permintaan ini sangat tiba-tiba dan saya tidak memiliki uang untuk pergi. Saya menyampaikan berita ini kepada guru saya, Kyabje Kensur Lati Rinpoche. Beliau menyuruh saya untuk segera pergi dan meminjamkan uang yang diperlukan.
Ketika saya tiba di ladrang Sogpu Rinpoche (kediaman pribadi seorang lama adalah ladrang), ayah kandung saya sedang mengunjungi Sogpu Rinpoche pada saat yang sama. Saya belum pernah bertemu ayah sebelumnya. Sogpu Rinpoche telah memberi-tahu ayah mengenai kunjungan saya, dan ketika saya tiba, Sogpu Rinpoche mempertemukan ayah dan saya. Ayah gemetar, menangis dan bersembunyi dibalik rokoknya.
Pada saat itu, hati saya merasa bahwa pria dari Tibet itu adalah benar ayah saya. Hal pertama yang dikatakan ayah adalah “Maafkan saya, saya minta maaf” dan dia terisak. Kami menghabiskan beberapa hari bersama dan kemudian, ayah mengambil uang yang dibawanya dan memberikannya kepada saya. Jumlahnya sekitar 5.000 rupee. Saya menggunakan uang ini untuk membayar kembali uang yang saya pinjam dari Lati Rinpoche untuk pergi ke Nepal. Sogpu Rinpoche meminta saya untuk memaafkan ayah, dan saya menurutinya.
Setelah kembali ke Gaden, dengan sukacita, saya menulis surat kepada ibu dan menceritakan semua hal yang terjadi di Sogpu Ladrang. Ibu menyangkal mengenal ayah. Kata ibu, “lelaki tua di Taiwan itu, saya tidak mengenal dirinya” dan ibu berkata bahwa dia tidak pernah berhubungan dengan ayah. Ibu juga berkata bila saya ingin berhubungan dengan ayah, maka saya tidak memiliki hubungan dengan dirinya. Setelah itu, ibu memutus semua komunikasi dengan saya.
Sampai hari ini, saya tidak berkomunikasi dengan ibu atau kedua putranya yang lain. Ibu memutuskan semua hubungan dengan saya. Ibu sangat tidak senang dengan ayah, dan saya mengerti alasannya. Tetapi saya harap mereka juga menyadari bahwa saya adalah anak mereka dan saya juga berhak dicintai dan dikasihi.
Pada akhirnya, rasa tidak suka orang tua angkat saya terhadap praktik Dharma yang saya lakukan semakin menjadi-jadi. Ibu angkat saya mulai menyebarkan gosip tidak mengenakkan mengenai Guru saya, Kensur Rinpoche Lobsang Tharchin. Akibatnya, ketika saya duduk di antara kelas empat dan lima, saya mulai berpikir untuk bunuh diri dan mencoba melarikan diri.
Saya mencoba bunuh diri sebanyak dua kali. Pada masing-masing kesempatan tersebut, saya berdoa kepada Manjushri agar bisa terlahir kembali bila saya tidak bisa mempraktikkan Dharma di kehidupan ini. Akan tetapi, upaya ini tidak berhasil. Saya juga mencoba melarikan diri dari rumah sebanyak tiga kali. Dan pada kali ketiga, akhirnya saya berhasil.
Akhirnya saya bergabung dengan wihara Thubten Dhargye Ling (TDL) di Los Angeles, dimana saya bertemu dengan Guru saya yang selanjutnya, Geshe Tsultrim Gyeltsen. Saya tinggal dan bekerja di wihara TDL selama delapan tahun sampai saya meninggalkan Amerika untuk pindah ke Gaden. Di wihara ini, saya bertemu dengan Guru utama saya, Yang Mulia Kyabje Zong Rinpoche. Zong Rinpoche adalah guru dari Geshe Tsultrim Gyeltsen dan beliau datang ke TDL atas undangan Geshe-la.
Guru Utama
Los Angeles pada tahun 80-an adalah tempat yang ramai dengan berbagai aktivitas. Walaupun saya tinggal di kota ini, panggilan saya untuk melakukan Dharma tidak pernah surut. Dimanapun saya tinggal, saya selalu punya altar dan ketika itu, saya tidak punya uang untuk membeli rupang yang saya inginkan, jadi saya mencetak foto dan membingkainya. Tetapi di foto di atas, ada rupang Buddha Shakyamuni di belakang foto Yang Mulia Dalai Lama, dan ada cerita menarik di balik rupang ini.
Suatu hari, saya melewati toko barang bekas dan pemiliknya menggunakan rupang Buddha Shakyamuni sebagai penahan pintu! Saya masuk dan menanyakan harga rupang ini. Pemilik toko mengutip harga “US$5.” Saya pikir wah murah sekali. Tanpa menunda, saya membeli rupang ini dan membawanya kembali ke rumah. Saya membersihkan rupang ini dan meletakannya di tengah altar saya.
Di altar saya, ada foto Yang Mulia Kyabje Ling Rinpoche, Yang Mulia Kyabje Trijang Rinpoche, Yang Mulia Geshe Tsultrim Gyeltsen, Yang Mulia Dalai Lama, Yang Mulia Kensur Rinpoche Lobsang Tharchin, Dukkar, Tsongkhapa, Vajra Yogini, sebuah foto Pohon Guru, Palden Lhamo dan Heruka. Setiap hari, saya akan memberikan persembahan susu, air dan dupa. Saya juga melakukan sembah sujud dan sadhana (doa harian) setiap hari. Di sisi kanan altar adalah ranjang saya.
Di altar saya ada foto guru utama saya yang berharga Yang Mulia Kyabje Zong Rinpoche. Saya bertemu dengan beliau di Thubten Dhargye Ling (TDL) di Los Angeles, Amerika Serikat ketika Zong Rinpoche tinggal di sana selama enam bulan. Saya ditunjuk sebagai asisten pribadi beliau. Saya memasak dan mencuci piring untuk Zong Rinpoche dan rombongannya. Saya juga membersihkan dan merapikan kamar, membantunya ketika menerima tamu dan mengajar Dharma dan memijat beliau. Saya melakukan semua ini diluar tugas saya yang lain di wihara. Selain itu, saya juga bekerja di luar untuk mencari uang. Kami tidak pernah menerima gaji atau uang dari wihara.
Di TDL, Zong Rinpoche mengakui saya sebagai inkarnasi lama luhur (tulku) dan mengundang saya untuk tinggal di Zong Ladrang di Biara Gaden. Tanpa ragu, saya menerima tawaran Zong Rinpoche. Pada saat yang sama, saya juga menerima tawaran untuk menjadi model dan berakting. Saya pikir bila saya menjadi seorang aktor, saya bisa menggunakan penghasilan saya untuk membantu TDL dan Gaden. Tetapi di sisi lain, saya juga ingin ditahbiskan menjadi biksu. Jadi saya mengajukan permohonan kepada Kyabje Zong Rinpoche untuk melakukan divinasi untuk saya.
Kyabje Zong Rinpoche berkata bahwa bila saya bekerja di depan kamera seperti menjadi seorang aktor, saya akan sangat sukses, tetapi bila saya menjadi seorang biksu, manfaatnya sangat besar. Ya, menurut divinasi Zong Rinpoche, saya memiliki karma yang kuat untuk menjadi seorang aktor yang sukses, tetapi bila saya menjadi seorang biksu, saya akan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Dengan segera, saya memohon dan berjanji kepada Zong Rinpoche untuk pergi ke Gaden dan menjadi seorang biksu. Sebagai simbol diterimanya janji saya, Kyabje Zong Rinpoche memotong sejumput rambut saya.
Karena itu, walaupun saya ingin menjadi seorang aktor, saya tidak menerima tawaran-tawaran yang datang. Saya akan ditahbiskan sesuai janji saya kepada Zong Rinpoche. Pilihan ini sangat jelas bagi saya. Pada tahun 1987, saya meninggalkan Amerika Serikat dan bergabung dengan Zong Ladrang di Biara Gaden.
Ketika Zong Rinpoche tiba di TDL, Geshe-la mengosongkan kamarnya untuk ditempati gurunya. Dan saya mengosongkan kamar saya untuk ditempati rombongan beliau. Pada saat itu, saya tinggal di garasi. Suatu hari, Zong Rinpoche mengunjungi kamar saya. Saya menunjukan beberapa thangka dan beliau menjelaskan mengenai Avalokiteshvara berlengan 1,000.
Pada saat Zong Rinpoche berkunjung, kami juga pergi ke Lembah Yucca di Kalifornia dan tinggal di sana selama dua minggu. Saat itu sungguh membahagiakan. Kami menerima inisiasi Vajra Yogini beserta penjelasan lengkap. Karena saya adalah asisten Rinpoche, kamar saya tepat di sebelah kamar beliau. Bayangkan, kamar saya di sebelah kamar Heruka.
Sebelum Zong Rinpoche kembali ke India, saya mendapat kesempatan untuk membantu Zong Rinpoche dan rombongannya berbelanja. Zong Rinpoche membeli banyak mainan untuk diberikan kepada anak dari murid-murid dan teman-temannya. Zong Rinpoche memberikan instruksi kepada asistennya untuk membawa sisa mainan ini ke India dan menyimpannya di Zong Ladrang.
Beberapa tahun kemudian, inkarnasi Zong Rinpoche ditemukan dan dibawa ke Zong Ladrang. Beliau bermain dengan mainan yang dibeli pada perjalanan belanja saat itu. Ya, Zong Rinpoche telah mempersiapkan kehidupan selanjutnya.
Pada tahun 1984, Kyabje Zong Rinpoche kembali ke India setelah tinggal selama enam bulan yang penuh sukacita bersama kami di TDL. Foto di bawah ini diambil sebelum Zong Rinpoche pergi. Saya berusia 19 tahun, dan ini merupakan kesempatan terakhir saya bertemu dengan Guru utama saya. Saya menangis di pangkuan Zong Rinpoche. Saya sangat merindukan beliau. Saya tidak tahu bagaimana saya bisa menjalankan hidup tanpa beliau. Zong Rinpoche berada di India, dan saya di Amerika berusaha menabung untuk pergi ke India.
Suatu hari ketika saya sedang bekerja, saya menerima telpon yang tidak diharapkan. Saya diberitahu bahwa Zong Rinpoche telah meninggal dunia di India. Saya benar-benar putus asa dan tidak pulih selama bertahun-tahun. Bahkan pergi ke India untuk ditahbiskan menjadi biksu juga terasa kosong karena Guru saya tidak lagi berada di sana. Akan tetapi, saya tetap pergi karena saya bertekad untuk memenuhi janji kepada Guru saya. Terlepas dari apakah Guru saya masih hidup atau tidak, janji tetaplah janji dan saya harus memenuhinya. Jadi saya pergi ke India dan ditahbiskan menjadi biksu seperti janji saya kepada Zong Rinpoche.
Sampai sekarang, saya masih sangat merindukan Zong Rinpoche, dan saya selalu melafalkan mantra nama Zong Rinpoche setiap hari. Ketika saya tiba di Zong Ladrang, saya merasakan kehadiran Zong Rinpoche dimana-mana walaupun secara fisik Zong Rinpoche tidak di sana. Saya merasa kosong, tetapi … tentu saja saya tetap tinggal di sana.
Ketika inkarnasi Zong Rinpoche bertemu saya untuk pertama kalinya di Biara Gaden, beliau melambaikan tangannya ke arah saya dan meminta saya untuk mendekatinya. Beliau memanggil saya sebagai yunior-nya. Beliau memanggil saya dengan nama Zopa Rinpoche. Zopa adalah nama pentahbisan saya, Tenzin Zopa. Tetapi pada saat itu saya belum diakui sebagai seorang tulku atau Rinpoche. Jadi bagaimana anak kecil ini tahu?
Inkarnasi Zong Rinpoche meminta saya mendekatinya, merentangkan kedua tangannya ke atas dan meminta saya untuk menggendongnya. Saya menggendong dan memeluk beliau erat-erat. Dalam hati saya mengetahui bahwa guru saya telah kembali. Saya bermain dengannya dan beliau menatap saya dalam-dalam seperti mencoba mengingat sesuatu.
Sebagai anak kecil, Zong Rinpoche bertemperamen panas; beliau melempar makanan dan benda-benda lainnya bila ‘merasa tidak senang’. Ketika asistennya melihat hal ini, mereka segera mengatupkan kedua tangannya dan berkata bahwa ini benar-benar inkarnasi dari Zong Rinpoche yang dikenal sangat tegas dan garang.
Pada saat upacara penobatan inkarnasi Zong Rinpoche (Zong Chocktrul Rinpoche) yang sekarang, saya mempersembahkan sebuah rupang Manjushri kepada beliau. Saya menabung berbulan-bulan untuk membeli rupang Manjushri ini karena saya ingin memberikan sesuatu yang spesial sebagai hadiah pertama saya untuk Zong Chocktrul Rinpoche. Di kemudian hari, seseorang memberi tahu saya bahwa Zong Chocktrul Rinpoche meminta rupang Manjushri ini dan selalu meletakannya di sisi tempat tidurnya.
Saya sangat beruntung dapat tinggal di rumah Guru saya dan memiliki hubungan dekat dengan beliau. Di foto berikut, saya memangku Zong Chocktrul Rinpoche ketika menghadiri sesi ajaran Yang Mulia Dalai Lama di Dharamsala, India Utara. Yang Mulia Dalai Lama duduk di singgasana yang berjarak 15 kaki di depan posisi kami.
Sekarang (2019), Zong Chocktrul Rinpoche telah berusia 34 tahun, dan beliau adalah ahli debat terhebat di Biara Gaden. Tidak mengherankan bahwa dalam kehidupan ini, Zong Chocktrul Rinpoche kembali menjadi seorang cendikiawan dan guru besar. Saya sangat bahagia mengetahui hal ini.
Tidak mengherankan juga bahwa Zong Chocktrul Rinpoche merupakan ahli ritual. Pada tahun 2010, Zong Chocktrul Rinpoche mewakili seluruh biara untuk memimpin upacara pemakaman Yang Mulia Kyabje Lati Rinpoche. Zong Chocktrul Rinpoche bertubuh tinggi dan karismatik. Kehadirannya terasa kuat. Semoga beliau berumur panjang dan aktivitas Dharmanya berkembang pesat.
Bila saya menelaah hidup saya, saya masih merasa kagum karena walaupun saya tinggal di Amerika jauh dari biara manapun, saya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan banyak guru besar. Saya tidak hanya bertemu dengan para guru saya seperti Kensur Rinpoche Lobsang Tharchin, Geshe-la atau Zong Rinpoche tetapi saya juga bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama ke-14. Saya meminta Yang Mulia Dalai Lama untuk mentahbiskan saya sebagai biksu, dan beliau meminta saya untuk pergi ke India. Dan saya melakukan hal ini. Pada bulan Desember 1987, Yang Mulia mentahbiskan saya di Dharamsala, India Utara. Hari itu benar-benar luar biasa. Saya sangat senang bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama.
Setelah upacara pentahbisan, saya bertemu dengan Yang Mulia Dalai Lama dalam beberapa kesempatan. Pada salah satu pertemuan ini, Guru saya Kensur Rinpoche Jampa Yeshe memperkenalkan saya sebagai inkarnasi Kepala Biara Gaden Shartse yang ke-72. Saya mempersembahkan rupang Vajrapani kepada Yang Mulia Dalai Lama. Kemudian beliau mengkonfirmasi bahwa saya adalah seorang tulku (Rinpoche) dan sebuah foto kemudian diambil untuk mengenang saat itu. Kami semua berada di sebuah ruangan di atas Aula Doa Gaden Lachi, dimana para biksu dari Biara Gaden Shartse dan Gaden Jangtse berkumpul untuk menghadiri puja, ajaran dan acara lain yang menyangkut kedua universitas monastik ini.
Tsem Ladrang, Biara Gaden
Pembangunan Tsem Ladrang di Biara Gaden dibiayai oleh ayah biologis saya, Lobsang Gyatso. Ayah adalah murid dari Yang Mulia Dalai Lama dan Yang Mulia Panchen Lama. Walaupun sudah lama tidak kontak dengan ayah, hubungan kembali terjalin ketika kakak tiri saya, Phuntsok, mengunjungi saya di Gaden.
Phuntsok terkejut melihat kondisi hidup saya di Gaden. Pada saat itu, saya menempati sebuah kamar kecil yang atapnya bocor di Zong Ladrang dan kelaparan karena kekurangan biaya. Ketika Phuntsok kembali ke Taiwan, dia melaporkan keadaan saya kepada ayah. Tidak lama kemudian, ayah datang ke Gaden.
Setelah melihat keadaan saya di Gaden, ayah menyampaikan niatnya untuk membangun sebuah Ladrang untuk saya. Dia membangunkan saya sebuah rumah yang sangat bagus dan juga membiayai semua persembahan yang diperlukan untuk upacara penobatan saya sebagai tulku.
Pada saat itu, saya bertindak sebagai sekretaris dan penerjemah bagi Guru saya, Yang Mulia Kensur Rinpoche Jampa Yeshe, Kepala Biara Gaden Shartse. Saya ditunjuk sebagai ‘penanggung-jawab rumah’ oleh Kensur Rinpoche ketika saya bergabung dengan Biara Gaden Shartse. Kensur Rinpoche dikenal sebagai biksu luhur yang memegang sumpahnya dengan baik.
Ketika Tsem Ladrang dibangun, saya mengundang Kensur Rinpoche untuk tinggal bersama saya. Saya memberikan kamar terbesar di Tsem Ladrang untuk beliau. Saya sendiri menempati kamar yang lebih kecil. Saya juga bertindak sebagai penanggung jawab di rumah. Saya melatih dan menerapkan disiplin bagi para biksu yang tinggal di Tsem Ladrang agar mereka bisa melayani Guru saya dengan baik. Ketika saya meninggalkan Gaden untuk tinggal di Malaysia, saya mempersembahkan Tsem Ladrang di Gaden kepada Kensur Rinpoche. Tsem Ladrang kemudian dinamai Kensur Ladrang.
Asrama Biksu Pukhang Khangtsen
Pada tahun 1992, terjadi sebuah eksodus para biksu yang meninggalkan Tibet dan tiba di Biara Gaden Shartse, Mundgod, India Selatan. Karena terbatasnya akomodasi, banyak dari mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidur di koridor biara. Pada musim hujan, banyak yang jatuh sakit atau digigit ular. Apalagi Tibet adalah tempat yang dingin dan mereka tidak terbiasa dengan cuaca India Selatan yang lembab dan panas.
Melihat situasi yang mengenaskan bagi para biksu ini, beberapa biksu senior di Biara Gaden Shartse termasuk Guru saya, Yang Mulia Kyabje Lati Rinpoche, menyelenggarakan sebuah pertemuan dimana mereka meminta saya untuk pergi ke luar negri, mengajar dan mengumpulkan dana untuk membangun asrama bagi para biksu ini.
Pada awalnya, saya menentang ide ke luar negri karena saya ingin tinggal di Gaden. Saya meninggalkan Amerika untuk pergi ke Gaden, dan saya ingin tinggal di Gaden.
Akan tetapi, Lati Rinpoche bersikeras bahwa saya harus pergi mengajar. Saya bilang pada Lati Rinpoche bahwa kualifikasi saya kurang. Tetapi Lati Rinpoche tetap berkata bahwa saya memenuhi syarat dan saya harus pergi. Saya memohon pada beliau untuk tidak mengirim saya, tetapi Lati Rinpoche tetap teguh pada pendiriannya. Akhirnya saya setuju karena saya tidak berani melawan instruksi guru saya.
Bahkan saya tidak tahu kemana saya harus pergi. Satu-satunya orang yang saya kenal di luar Amerika dan India adalah seorang biksu yang baik bernama Pendeta Khoon dari Malaysia. Saya bertemu dengan beliau pada saat berziarah ke Bodhgaya. Saya menulis surat kepada Pendeta Khoon dan beliau mengundang saya untuk pergi ke Malaysia. Ini adalah awal dari hubungan saya dengan masyarakat Malaysia.
Misi saya berhasil. Masyarakat Malaysia menerima saya dengan baik dan saya berhasil mengumpulkan dana yang diperlukan. Saya mempersembahkan dana ini kepada asrama biksu Pukhang Khangtsen di Biara Gaden Shartse. Ketika saya kembali ke Gaden dan mempersembahkan dana ini kepada Lati Rinpoche dan anggota sangha, Lati Rinpoche menangis. Kemudian asrama biksu dibangun dari dana yang dikumpulkan di Malaysia. Bangunan ini bisa menjadi akomodasi bagi lebih dari 100 orang biksu masih digunakan untuk tujuan tersebut sampai hari ini.
Karya Bakti Sosial
Di Gaden, saya sangat aktif dalam karya bakti sosial baik di dalam biara atau di wilayah sekitar yang membutuhkan. Saya sangat bersemangat dalam menolong mereka yang membutuhkan, jadi saya melaksanakan berbagai proyek karya bakti sosial di India ketika masih tinggal di biara.
Memberi Makanan Kepada Kaum Miskin di India
Pengalaman sebagai remaja yang melarikan diri dari rumah untuk mendapatkan kebebasan melaksanakan praktik Dharma meninggalkan kesan yang sangat dalam. Saya tidur di jalanan dan menderita kelaparan. Karenanya kegiatan memberi makanan kepada kaum miskin sangatlah dekat di hati saya.
Saya mengkonseptualisasikan Kechara Soup Kitchen untuk memberi makan kepada mereka yang tidak punya rumah dan kaum miskin di perkotaan. Semua kegiatan ini bisa ditelusuri sejak saya masih di India. Ketika itu, saya sudah membagikan makanan kepada kaum miskin.
Memberikan Buku Pelajaran Kepada Para Biksu Pengungsi Dari Tibet
Saya sangat mendukung pendidikan, baik masyarakat yang bersekolah atau para biksu yang ingin melanjutkan pendidikan mereka. Saya sering mengumpulkan dana untuk memberi kebutuhan belajar anggota sangha. Di sini, saya memberikan buku pelajaran kepada 30 anggota biksu yang baru mengungsi dari Tibet. Saya sangat senang dapat memenuhi kebutuhan sangha.
Membiayai Taman Kanak-Kanak di Mundgod, India
Saya membiayai dan membantu membangun aula masyarakat di sebuah taman kanak-kanak di kamp no. 3 di Mundgod, India.
Mereka berterima kasih dan sebuah plakat dipasang di belakang kami. Saya pergi bersama beberapa orang Malaysia untuk mengunjungi sekolah masyarakat pengungsi Tibet yang berjumlah sekitar 300 orang. Mereka meminta saya memberikan inisiasi di aula ini kepada mereka. Saya menyetujuinya. Tetapi sebelum saya sempat melakukan hal ini, saya harus pergi ke Malaysia, Singapura dan Hong Kong lagi.
Membiayai Fasilitas Medis dan Rumah Sakit di Mundgod, India
Saya sering mengumpulkan dana untuk beberapa rumah sakit di Mundgod. Membelikan perabotan, peralatan, persediaan dan gaji untuk staff yang bekerja di sana, dan membiayai pengobatan bagi mereka yang sangat miskin dan tidak mampu membayar. Ini adalah dua klinik/rumah sakit yang pernah saya bantu. Saya menyimpan semua foto ini untuk memberikan update bagi mereka yang telah menyumbang dan berkontribusi terhadap proyek-proyek ini.
Membantu Penduduk Desa Pengungsi di Mundgod, India
Penduduk desa pengungsi Tibet menyambut kedatangan saya dengan khata (syal tradisional yang terbuat dari sutra). Saya mengumpulkan dana untuk biaya renovasi sebuah sekolah dan para penduduk desa sangat senang.
Mengumpulkan Dana Untuk Memasang Pompa Air di Pukhang Khangtsen
Pompa air di Pukhang Khangtsen dipasang dengan dana yang dikumpulkan oleh diri saya. Pemasangan pompa ini memakan waktu sekitar tiga sampai lima hari. Saya memasang beberapa pompa untuk menyediakan air bersih kepada para biksu dan masyarakat awam.
Tahun-Tahun Awal di Malaysia (1992 sampai 2003)
Saya tiba di Malaysia untuk pertama kalinya pada tahun 1992 untuk memenuhi instruksi Guru saya, almarhum Yang Mulia Kyabje Lati Rinpoche. Saya datang ke Malaysia untuk mengajar dan mengumpulkan bantuan untuk membangun asrama biksu di Biara Gaden Shartse.
Dari tahun 1992 sampai tahun 2003, saya bolak-balik antara India dan Malaysia sebelum akhirnya saya menetap secara permanen di Malaysia. Pada periode ini, walaupun Kechara House didaftarkan pada tahun 2000, tidak ada tempat yang tetap untuk Kechara House. Jadi saya melakukan puja dan mengajar Dharma di berbagai rumah murid dan sahabat.
Di bawah ini adalah informasi singkat mengenai berbagai fasilitas dan pelayanan yang kami tawarkan di Kechara. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, anda bisa mengunjungi situs http://www.kechara.com atau membaca artikel ini: https://www.tsemrinpoche.com/?p=6626
Kechara: Sejarah Singkat
Pada tahun 2000, saya mendirikan Kechara, sebuah organisasi Buddhis yang berdedikasi untuk mengajarkan dan mempraktikkan Dharma. Hari ini, organisasi Kechara menawarkan berbagai fasilitas dan pelayanan berdasarkan bidang spesialisasi masing-masing. Mereka menawarkan berbagai aktivitas mulai dari kelas-kelas Dharma, puja, publikasi, membuat film, berziarah, toko Dharma, restoran vegetarian, studio seni Himalaya, memberi makan kaum miskin dan merawat hewan. Semua aktivitas ini bertujuan untuk menghubungkan aspiran spiritual kepada Dharma.
Kechara dimulai dari sebuah toko kecil lantai tiga di daerah SS2, Petaling Jaya di Selangor, Malaysia. Kemudian, kami pindah ke SunwayMas Commercial Centre (juga di Selangor) dimana bangunan toko lantai 1 milik kami berada. Tempat ini dinamakan Kechara House 1.
Kechara House 1 selalu penuh dengan murid-murid dan sahabat. Banyak dari mereka yang berkunjung dari luar negri seperti Amerika, Australia, Singapura, Inggris, dan banyak tempat lain untuk menghadiri acara-acara di Kechara. Mereka merasa ada sesuatu yang kosong dalam hidup mereka dan tidak menemukan kepuasan. Dharma mengisi kekosongan ini. Berikut adalah beberapa foto masa-masa awal di Kechara House 1.
Untuk mengakomodasi semakin banyaknya orang yang datang, kami berekspansi ke Kechara House 2, sebuah bangunan di daerah yang sama dan digunakan untuk berbagai aktivitas seperti kelas Dharma, pesta ulang tahun, pertemuan murid-murid, dan sebagainya. Akan tetapi jumlah orang yang datang terus bertambah sehingga kami harus memperluas tempat kami dengan segera. Karenanya, kami membangun Gompa Kechara House Gompa.
Gompa Kechara House
Gompa Kechara House diresmikan pada tahun 2010 guna mendukung tujuan Kechara untuk memberikan akses atas ajaran sang Buddha kepada praktisi di Malaysia dan daerah sekitarnya. Ajaran Buddha tak mengenal waktu dan memiliki relevansi universal. Ajaran Buddha bisa diterapkan di kebudayaan manapun terlepas dari kebangsaan, jenis kelamin dan usia.
Melalui berbagai aktivitas yang mengajarkan metode praktis dalam mengembangkan kedamaian, cinta kasih, kebijaksanaan dan kebahagiaan yang diajarkan oleh sang Buddha, Kechara House berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup dengan mengembangkan nilai-nilai ini melalui praktik spiritual. Kechara House berkontribusi kepada masyarakat dengan memberikan kedamaian pikiran dan menjadi warga negara yang lebih baik. Kechara House membantu manusia melakukan pekerjaan sosial yang memberikan manfaat kepada masyarakat secara keseluruhan. Praktik keagamaan harus selalu mendorong terciptanya perdamaian, pengertian, dan keharmonisan. Kechara sangat meyakini hal ini.
Tsem Ladrang
Tsem Ladrang adalah kediaman resmi dan kantor pribadi saya, dan kantor pusat dari organisasi Kechara. Kata ‘Ladrang’ terdiri dari dua suku kata, ‘la’ berarti ‘lama’ dan ‘drang’ berarti ‘kediaman’. Secara tradisi, ada lama yang memiliki Ladrang yang mengatur pekerjaan sekuler sehingga sang lama dapat mengajar Dharma. Ladrang juga berfungsi untuk memastikan kontinuitas karya sang lama setelah parinirvana selama menunggu inkarnasi selanjutnya ditemukan.
Tsem Ladrang terdiri dari kediaman pribadi saya, kantor administratif dari karyawan Ladrang, ruang pertemuan, aula doa yang didedikasikan khususnya untuk bertumbuhnya Dharma di organisasi Kechara.
Kegiatan sehari-hari dari Ladrang diawasi dan dieksekusi oleh tim Ladrang yang berdedikasi. Tanggung jawab Ladrang termasuk:
- Mengurus kebutuhan sekuler sang Lama
- Mempersiapkan ajaran dan acara Dharma
- Mengatur pertemuan pribadi dan/atau divinasi
- Mengatur surat-menyurat, pemberian hadiah dan persembahan
- Media dan Komunikasi untuk saya dan organisasi Kechara
- Memberikan akses ajaran Dharma saya melalui multimedia dan sumber online
- Mengawasi dan mendukung organisasi Kechara dengan menggunakan cara yang yang dibutuhkan
Ladrang ini dikelola oleh tim yang cakap dan diawasi oleh Liaison Ladrang yang terdiri dari JP Thong, Ooi Beng Kooi dan Pastor Loh Seng Piow. Liaison adalah asisten pribadi dari sang Lama. Ladrang mengatur semua masalah sekuler sang lama dan wihara agar sang Lama bisa fokus pada kegiatan mengajar dan menyebarkan Dharma.
Pastor Buddhis Kechara
Dengan menggabungkan tanggung jawab mereka yang ditahbiskan dan orang awam, Pastor Buddhis Kechara adalah individu berkomitmen yang telah mengambil langkah luar biasa dengan mendedikasikan hidup mereka untuk berbagi tradisi Buddhisme dan melayani komunitas Buddhis.
Saya melembagakan peran pastor dan menahbiskan pastor Kechara yang pertama pada tahun 2011 untuk melestarikan Dharma dan membuat ajaran Buddha lebih mudah diakses masyarakat. Pastor menjembatani jarak antara sangha yang sudah ditahbiskan dan praktisi awam, memberikan nasihat, konseling, melakukan pemberkatan dan ritual dan berbagi pengetahuan mereka dengan banyak orang yang datang untuk mencari bantuan spiritual. Pelayanan yang diberikan oleh pastor Kechara termasuk:
- Pelayanan puja (doa)
- Pembaptisan anak-anak
- Pemberkatan rumah
- Pemberkatan kendaraan
- Kunjungan rumah sakit
- Pelayanan pemakaman
- Konseling
- Pendaftaran dan pemberkatan pernikahan
- Mengajar dan kelas Dharma
- Memberikan sumpah (sumpah perlindungan, sumpah vegetarian, Delapan Peraturan, dan sebagainya)
- Menanggapi pertanyaan dari masyarakat melalui bagian Bertanya Kepada Pastor pada tsemrinpoche.com
Buddhis Pastor Kechara menerima sumpah mereka dari saya berdasarkan sumpah yang berasal dari garis tak terputus guru-guru Buddhis India dan Tibet dan Buddha historis Shakyamuni.
Ada dua jenis pastor Buddhis di Kechara:
- Pastor awam: Individu yang berkomitmen pada praktik spiritual mereka tetapi sebelumnya telah memiliki kewajiban kepada keluarga dan lainnya.
- Calon Sangha: Individu yang ingin mendapatkan pentahbisan penuh sebagai anggota Sangha (komunitas monastik) dalam waktu dekat.
Pemilihan dan pelatihan pastor baru adalah proses yang ketat. Pastor Buddhis pertama ditahbiskan pada tanggal 24 Oktober tahun 2011 dan tahun-tahun setelahnya, semakin banyak orang yang berkomitmen untuk berbagi ajaran Buddha kepada masyarakat di era modern.
Pelayanan Puja Otentik
Hidup terkadang membawa masalah dan kesulitan yang mungkin terlihat tak dapat ditanggulangi. Akan tetapi dalam ajaran Buddha puja dan doa adalah solusi ampuh untuk mengatasi tantangan hidup. Bahkan, puja membantu mengarahkan energi positif terhadap aspirasi positif yang diekspresikan melalui serangkaian ritual dan doa. energi dari doa yang dilakukan bersama an ini menciptakan energi yang lebih kuat daripada hanya bila dilakukan orang satu orang saja. Puja dapat dilakukan untuk diri sendiri atau untuk orang yang berada di tempat yang jauh. Manfaat dari puja sangatlah banyak dan mencakup penyembuhan, umur panjang, perlindungan, kekayaan, kebijaksanaan, perdamaian dan pemenuhan harapan dengan segera.
Rumah Puja Kechara memberikan pelayanan berbagai puja untuk berbagai situasi kehidupan. Tim puja kami yang berdedikasi telah dilatih oleh para biksu yang berkualifikasi dari Biara Gaden yang terkemuka dan semua hal yang mereka lakukan – mulai dari doa dan ritual sampai menyusun altar dan persembahan dilakukan sesuai tradisi yang sudah berlangsung selama ratusan tahun di berbagai biara terkemuka di Tibet. Untuk melihat berbagai puja yang kami tawarkan, kunjungi VajraSecrets.com.
Karena dedikasi, ketekunan, komitmen dan ketulusan dari tim puja Kechara, Pelindung Dharma Dorje Shugden hadir dengan merasuk Penubuat Panglung ke-7 di Kechara Forest Retreat pada tahun 2015. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah pengundangan Dorje Shugden untuk merasuk penubuat berkualifikasi dari Tibet dilakukan oleh praktisi awam dan tanpa keterlibatan para biksu dari Tibet.
Rumah Puja Kechara
Alamat:
18, Jalan Ah Peng,
28700 Bentong,
Pahang, Malaysia.
Waktu beroperasi:
Selasa – Sabtu: 10am sampai 6pm setiap hari
Penerbitan dan Pendidikan
Aktivitas penerbitan Kechara dimulai pada tahun 2005 oleh sekelompok murid muda dan berdedikasi yang tertarik untuk membawa kebijaksanaan kuno dari ajaran Buddha dalam konteks kehidupan modern. Spiritualitas bisa dijalani tanpa harus merubah gaya hidup, agama dan latar belakang budaya. Karenanya visi Kechara adalah memberdayakan individu untuk mencapai kedamaian dalam diri dan pengembangan pribadi melalui prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dengan mudah dalam praktik sehari-hari. Ini adalah pendekatan unik Kechara dalam membawa kebijaksanaan Buddha ke depan pintu kita.
Karena alasan ini, kami memiliki banyak buku dan video yang tersedia di toko-toko buku besar dan secara online di VajraSecrets.com, Amazon, dan lainnya. Banyaknya judul yang diterbitkan Kechara menawarkan pembaca kesempatan untuk sembuh dan berkembang melalui pengetahuan dan membaca. Buku-buku ini ditulis oleh saya dan murid-murid senior. Buku-buku ini menawarkan sudut pandang baru dan beragam untuk menghadapi tantangan dalam gaya hidup modern, menggabungkan kebijaksanaan sang Buddha dengan wawasan modern, contoh-contoh praktis dan pengalaman hidup pribadi. Mereka tersedia dalam berbagai format, mulai dari buku bergambar yang mempesona, teks doa tradisional, dan buku komik untuk anak-anak dan orang dewasa.
Di Kechara, kami percaya bahwa pengetahuan adalah langkah pertama untuk menemukan kebahagiaan dan kedamaian. Dengan pengetahuan, kita mengembangkan kebijaksanaan; dan dengan kebijaksanaan datanglah kejernihan dan kemampuan untuk menghadapi situasi apapun dengan cara yang paling positif dan bermanfaat.
Sekarang ini, kami juga menawarkan ajaran Dharma dan program pendidikan komprehensif untuk setiap tingkatan, termasuk anak-anak, pemula dan mereka yang tertarik untuk mempelajari ajaran Buddha tingkat lanjut. Semua program ini didasarkan pada ajaran otentik dan disusun sesuai dengan kebutuhan gaya hidup, sikap, tingkah laku dan masalah-masalah masyarakat modern.
Menyebarkan Ajaran Buddha Kepada Masyarakat Global
Setiap orang menyukai cerita dan salah satu cara terbaik untuk mempromosikan sifat dan kualitas positif manusia dan membawa perubahan sosial adalah dengan bercerita. Tim produksi Kechara secara aktif memproduksi konten asli dengan menggunakan berbagai channel kreatif untuk membawa pesan perdamaian kepada penonton di seluruh dunia. Karena kami menyadari bahwa dengan cara ini, kami bisa berbagi pengetahuan.
Tim produksi Kechara juga mendokumentasikan ajaran Yang Mulia Tsem Rinpoche dan semua hal yang terjadi dalam Kechara guna melestarikannya untuk generasi masa depan. Konten kami beragam mulai dari ajaran Dharma yang diberikan Yang Mulia Tsem Rinpoche secara pribadi maupun di hadapan khalayak umum, video terkait Dharma seperti mengenai praktik spiritual, interview dengan murid-murid senior, dokumentasi perjalanan, perjalanan spiritual pribadi dari anggota Kechara sampai acara-acara khusus dalam keluarga Kechara. Banyak dari video ini yang bisa disaksikan secara cuma-cuma di channel YouTube Rinpoche, yang telah disaksikan lebih dari 9 juta kali sampai hari ini (2021).
Rinpoche juga telah menghubungkan jutaan orang di seluruh dunia dengan esensi Dharma yang sakral melalui Internet, melalui topik beraneka ragam mulai dari Madonna sampai cerita-cerita paranormal, dongeng hewan yang menginspirasi dan mengagumkan, dan ajaran-ajaran ringan. Dengan kehadiran yang kuat di platform sosial media populer seperti Facebook, Twitter, Instagram dan Pinterest, dan banyak lagi ajaran yang tersedia secara cuma-cuma di YouTube dan TsemRinpoche.com, Rinpoche telah melampaui semua batasan untuk membawa ajaran perdamaian kepada pencari spiritualitas dimanapun mereka berada di dunia.
Khususnya, TsemRinpoche.com telah memainkan peran penting untuk membawa ajaran Buddha dan silsilah Dorje Shugden kepada jutaan orang dari beragam kebudayaan dan latar belakang. Konten kami tersedia dalam bahasa Inggris, Mandarin, Nepal, Tibet dan Tamil. Mengikuti jaman, Rinpoche juga membuat video live untuk melibatkan pengikutnya di seluruh dunia.
Melestarikan Tradisi Seni Himalaya
Sejak jaman dahulu, seni dikenal karena kualitasnya yang bersifat terapeutik. Melalui studio seni Himalaya yang berspesialisasi dalam menciptakan dan memperindah rupa Buddha, Kechara mengundang mereka yang tertarik akan seni untuk menemukan kedamaian, penyembuhan dan relaksasi dengan mengekspresikan kreativitas mereka. Bentuk seni tradisional yang dipelajari langsung dari para ahli seni Nepal, India dan Tibet dikombinasikan dengan pengaruh seni modern melahirkan gabungan seni tradisional Buddhis kuno dan gaya hidup modern.
Ketertarikan Yang Mulia Tsem Rinpoche kepada seni dan keyakinan dalam mengumpulkan pahala dengan memberikan persembahan kepada sang Buddha, membawa pada terciptanya studio seni Kechara yang menawarkan berbagai pelayanan yang terkait dengan seni termasuk:
- Pelintingan mantra dan mengisi rupang Buddha
- Menciptakan pakaian brokat untuk rupang Buddha
- Menghias rupang Buddha dengan batu berharga atau hiasan dari batu berharga
- Memperindah dan melukis rupang Buddha dengan berbagai gaya
- Memperbaiki dan memperbaharui rupang dan thangka Buddha yang rusak
- Melukis thangka tradisional
- Memasang brokat pada thangka
- Menjahit jubah biksu dan peralatan ritual tradisional yang terbuat dari kain dan brokat
Menolong Tunawisma
Kechara membantu tunawisma dibawah bendera Kechara Soup Kitchen (KSK), yang dikonseptualisasikan oleh Yang Mulia Tsem Rinpoche. Ketika masih kecil, Rinpoche sering merasa lapar dan setelah bertahun-tahun mengalami siksaan fisik dan emosi, Rinpoche melarikan diri dari rumah pada usia 16 tahun. Rinpoche menyeberangi Amerika Serikat, dari New Jersey ke Los Angeles. Sejak pengalaman tersebut, Rinpoche selalu menyumbangkan makanan kepada kaum papa dan menganjurkan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Pada tahun 2006, sekelompok murid Rinpoche mulai membagikan makanan di Kuala Lumpur. Untuk menghormati keyakinan orang lain, KSK bukanlah organisasi keagamaan dan tidak membedakan ras atau kebudayaan. Karena alasan ini, makanan KSK selalu halal. Kelompok ini berkembang dengan moto “Rasa Lapar Tidak Mengenal Rintangan”, tim ini mulai menyadari bahwa mereka harus lebih terstruktur untuk meningkatkan efisiensi. Karena itu, sebuah komite dibentuk untuk mengorganisir alokasi sukarelawan di rute pembagian makanan KSK, mencari dana, mengemas makanan dan pekerjaan lainnya.
Hari ini, KSK mendistribusikan 10.000 paket makanan setiap bulan dan inisiatif ini telah berkembang dan mencakup penyajian makanan panas di tempat soup kitchen mereka, pembagian makanan di Kuala Lumpur, Penang dan Johor Bahru, Kelantan, Perak, Negeri Sembilan, Melaka dan Sarawak, bantuan medis, dan pelayanan klinik berjalan, konseling dan penempatan rumah, melengkapi komunitas tidak mampu dengan keahlian baru untuk membantu mereka mendapatkan pekerjaan yang baik dan inisiatif lainnya.
Untuk mengikuti aktivitas KSK, ikut mereka di Facebook.
Kechara Soup Kitchen bekerja sama dengan Organisasi Kesejahteraan Nasional Malaysia untuk mendirikan Pusat Transit Gelandangan Kuala Lumpur, sebuah rumah singgah untuk tunawisma dengan kapasitas 150 orang. Tim ini juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan seperti Tesco, Sunway Hotel, Munchy’s, SegiFresh dan Komugi untuk mengumpulkan dan membagikan 200 ton makanan berlebih kepada 93 mitra nirlaba di berbagai pelosok, dan melayani 16.000 individu tidak mampu. Semua proyek kami didukung oleh berbagai sukarelawan dari berbagai usia, latar belakang, keyakinan dan kebudayaan.
Sejak didirikan pada tahun 2008, soup kitchen permanen telah didirikan di pusat Kuala Lumpur, Johor, dan Penang, dan kami telah mendapatkan status pengecualian pajak dari Kementrian Keuangan Malaysia sejak tahun 2013. Kechara Soup Kitchen juga merupakan anggota dari Association of Asia Food Banks sejak tahun 2015.
Mungkin salah satu aspek paling penting dari karya kerja Kechara Soup Kitchen adalah harapan dan martabat yang diberikan kepada mereka yang sering terlupakan oleh banyak orang. Karya baik kami telah memenangkan berbagai penghargaan termasuk:
- World CSR Leadership Award 2018 – Keunggulan & Kepemimpinan dalam Mengurangi Kemiskinan
- Iskandar Malaysia Social Heroes Awards 2014 – Membantu mengatasi Kemiskinan dan Kelaparan
- Malaysia NGO Awards 2012 – Kategori Ide besar, Anggaran Kecil
- EUROPA Sustainability Award 2012 – Kategori Kesejahteraan oleh European Union-Malaysia Chamber of Commerce & Industry
Ritel Buddhis Kontemporer
Berbagai budaya di dunia mengenal ekspresi sang Buddha yang tenang dan energi kedamaian, keharmonisan dan kebahagiaan yang dibawanya ke berbagai lingkungan. Semasa kecil, saya suka menggambar liontin Buddha dari kertas dan melipat-gandakan gambar Buddha yang langka yang saya temukan di buku-buku untuk dibagikan kepada orang-orang guna memberkati dan melindungi mereka.
Dengan semangat yang sama, Kechara menciptakan dan mendistribusikan rupa Buddha yang kami buat sendiri, mulai dari rupang setinggi 24 kaki sampai liontin sepanjang satu inci, untuk memperkenalkan berkat sang Buddha dan ajarannya yang suci kepada sebanyak mungkin orang, dan memberikan akses atas benda-benda spiritual otentik dalam jumlah cukup kepada banyak orang dimana saja, terutama untuk mendukung praktik spiritual mereka.
Tujuan ini dimungkinkan melalui VajraSecrets, serangkaian toko ritel Buddhis fisik dan online yang menawarkan berbagai pelayanan Buddhis, obyek suci dan alat-alat pendukung praktik, Kami melayani kebutuhan mereka yang mempraktikkan Buddhisme dan mereka yang memiliki ketertarikan atas meditasi dan spiritualitas.
Banyak produk yang kami sediakan dikonseptualisasikan oleh saya sendiri dan dipesan oleh para murid-murid saya dari biara-biara atau dibuat oleh seniman Himalaya. Setiap barang dipilih untuk mendukung dan memberikan manfaat bagi praktisi sepanjang perjalanan spiritual mereka. Staff kami yang berpengetahuan juga memiliki pengertian dalam mengenai ajaran Buddha dan melakukan praktik menurut ajaran Buddha dan aliran Gelug. Mereka juga bisa memberikan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan setiap klien mengenai bagaimana menyusun altar dan mula menapak di jalan spiritual.
Tim ritel kami secara sadar menerapkan prinsip-prinsip Buddhis bahwa keuntungan tidak boleh didapat dari penjualan benda-benda Dharma. Karenanya, pendapatan dari toko ritel kami diarahkan untuk pertumbuhan Dharma dan mendukung karya Kechara seperti Kechara Forest Retreat dan Kechara Soup Kitchen.
Harapan saya adalah menolong setiap orang untuk mengundang kebijaksanaan Buddha dalam hidup mereka, jadi banyak obyek Buddhis dari koleksi pribadi juga tersedia untuk diundang pengunjung sebagai barang yang pernah dikasihi di Flea Market, Kechara Forest Retreat.
Baru-baru ini, dua toko ritel terafiliasi yang dikenal sebagai The Dorje Shugden Shop dan Bigfoot Universe telah didirikan di pusat Jalan Petaling di Kuala Lumpur dan di Jalan Ah Peng di kota Bentong untuk menjual berbagai benda-benda Buddhis, Dorje Shugden, barang-barang terkait Bigfoot, dan suvenir lokal.
Toko Online
VajraSecrets.com
VajraSecrets @ Kechara House
Alamat:
No 7, Jalan PJU 1/3G,
Sunwaymas Commercial Centre,
47301 Petaling Jaya,
Selangor, Malaysia.
VajraSecrets @ Sunwaymas
Alamat:
23-1, Jalan PJU 1/3G,
Sunwaymas Commercial Centre,
47301 Petaling Jaya,
Selangor, Malaysia.
VajraSecrets & Flea Market
@ Kechara Forest Retreat
Alamat:
Lot 3189, Jalan Chamang
28700 Bentong,
Pahang, Malaysia.
The Dorje Shugden Shop
Alamat:
Unit 37, No 79, 81 & 83,
Jalan Petaling,
50000 Kuala Lumpur,
Malaysia.
Bigfoot Universe
Alamat:
No. 84 Jalan Ah Peng,
28700 Bentong,
Pahang, Malaysia.
Memberi Suara Bagi Mereka Yang Tak Bisa Berbicara
Merawat, menyelamatkan dan merehabilitasi hewan dari dulu selalu menjadi sesuatu yang penting bagi saya. Saya sering mengatakan bahwa perhatian dan welas asih bagi hewan merupakan salah satu bentuk nyata kasih tanpa syarat; karena hewan, mahluk yang lebih lemah daripada kita, tidak bisa membalas kebaikan kita dengan cara yang mungkin kita harapkan dari manusia. Hewan merupakan mahluk yang penting bagi saya dan seharusnya juga bagi semua mahluk hidup lain, betapa kecil maupun tak berartinya mereka terlihat bagi sebagian dari kita. Mereka berhak mendapatkan kesempatan untuk hidup.
Tim kesejahteraan hewan kami memiliki komitmen untuk membantu hewan manapun dengan cara-cara apapun, selama memungkinkan. Especially the sick and diseased; abandoned and abused; Hal ini berlaku terutama bagi hewan yang sedang sakit, ditelantarkan atau dianiaya; mereka yang ada pada titik nadir dan tak memiliki siapapun yang mau membantu kelangsungan hidup mereka. Sebagai penganut Buddhisme, kami percaya bahwa setiap mahluk – besar maupun kecilberhak atas kehidupan yang bebas dari penderitaan dan rasa sakit. Aktivitas untuk mendukung kesejahteraan hewan yang kami lakukan di Kechara bertujuan untuk menciptakan tempat penampungan yang aman dan layak untuk semua hewan, dimana mereka bisa menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh kebebasan, cinta kasih, perhatian yang cukup, dan didukung kondisi hidup yang terbaik, seperti yang selayaknya didapatkan semua mahluk.
Dengan alasan ini, Kechara telah menjadi rumah bagi berbagai sahabat berbulu yang saya selamatkan selama beberapa tahun ini. Dari ikan koi yang dibuang dan burung kakaktua yang ditelantarkan oleh pemiliknya; hewan-hewan semacam ini telah menemukan kesempatan hidup baru dan tempat tinggal yang layak di lingkungan berhutan kami. Jika anda berkeinginan untuk mendukung inisiatif kesejahteraan hewan kami, mohon klik di sini.
Mendaur Ulang dan Inisiatif Hijau Lainnya
Menyadari hubungan erat kita dengan lingkungan hidup, Kechara juga menunjukkan cinta kasih kami pada planet yang menjadi tempat tinggal kita semua. Gerakan mendaur ulang yang kami lakukan sepanjang tahun bertujuan untuk meningkatkan kemelekan masyarakat terhadap apa yang mereka gunakan sehari-hari, bahwa benda-benda tersebut berasal dari Ibu Bumi, serta mengajak mereka untuk memiliki peran dalam meyelamatkan dunia kita untuk generasi yang akan datang.
Kechara Forest Retreat
Memimpikan Dunia Di Mana Semua Hidup Lebih Baik … Dengan Welas Asih.
“Semenjak masih kecil, saya berkeinginan untuk menciptakan sebuah tempat dimana manusia bisa berkumpul untuk hidup selaras dengan alam, satu getaran dengan bumi; sebuah tempat untuk proses penyembuhan; detoksifikasi, kontemplasi, relaksasi yang memperbolehkan kita untuk menarik diri dari kesibukan setiap hari; sebuah pusat pelatihan meditasi internasional yang tidak berdasarkan agama tapi untuk kepentingan penggalian potensi diri masing-masing. Sebuah tempat untuk menunjang gaya hidup ramah lingkungan yang memiliki prinsip pertumbuhan yang berkelanjutan. Keinginan ini menjelma menjadi Kechara Forest Retreat dan tempat ini akan menjadi sebuah wadah yang mampu menginspirasi dunia untuk melakukan hal yang sama dalam komunitas masing-masing.”
Inilah yang menjadi keinginan saya, dan sejalan dengan hal ini, Kechara Forest Retreat (KFR) berfungsi terutama sebagai tempat Retret Buddhisme Tibet dan Pusat Kesehatan Holistik yang menyembuhkan, menumbuhkan dan mencerahkan kehidupan secara alami dan spiritual. Dalam satu tahun setelah selesainya pembangunan Tahap I sejak pencanangannya pada tahun 2012 awal, KFR secara bertahap mampu menyalurkan intisari kebijaksanaan Buddhis yang terkumpul selama ribuan tahun melalui metode pengajaran praktis, yang pada gilirannya menjadi sumber kedamaian untuk dunia dalam mencari pemberdayaan spiritual, pendidikan dan pengembalian keseimbangan dalam diri kita masing-masing.
Temukan Kembali Hidup di Kechara Forest Retreat
Jelajahi Berbagai Tradisi Spiritual Tibet
KFR berdiri pada tanah yang telah disucikan, rumah bagi sejajaran dewata Tibet yang bersemayam dengan penuh damai di dalamnya. Setiap dari mereka memiliki tujuan membantu berbagai pengunjung dari segala lapisan masyarakat yang memasuki mandala kami, masing-masing dengan bekal bawaan karma yang berbeda satu sama lain. Sebuah kunjungan kemari akan membuat anda merasa terberkati, terbarui dan tersiram segar. Dan, bahkan jika anda tidak memiliki ketertarikan spiritual apapun, KFR memberi sebuah kesempatan untuk mengalami langsung budaya, sejarah dan tradisi Buddhisme Tibet yang kaya dan unik.
Luangkan waktu untuk beberapa jam, seharian atau lebih dari itu sebagai tamu kami, berjalan-jalan menelusuri kebun-kebun kami; persembahkan lilin bagi para Buddha, ucapkan doa di aula meditasi kami atau hanya sekedar duduk dan mendengarkan suara-suara yang mengademkan dari hutan asri di sekeliling anda.
Kechara Forest Retreat: Luangkan Waktu Untuk Hal-Hal Yang Penting
Cara yang terbaik untuk menjelajahi KFR adalah melakukan Jalan Setapak Suci mandiri dengan mengunjungi tempat-tempat suci yang tersebar di taman-taman kami yang terawat dengan indah.
- Patung Dorje Shugden terbesar sedunia
- Buddha Shakyamuni
- Lama Tsongkhapa
- Stupa Vajrayogini
- Gua alam terbuka Dorje Shugden
- Buddha Nageshvaraja
- Air Mancur Buddha Pengobatan
- Manjushri Berlengan Empat
- Loma Gyonma
- Tara Hijau
- Manjushri Nagaraksha
- Kapel Gyenze
Anda juga bisa mengunjungi pondok dimana saya tinggal ketika pertama kali datang ke KFR, yang dipertahankan bentuknya oleh para murid saya di tempat ini. Kami menyambut kedatangan anda untuk memberi hormat di berbagai tempat suci yang ada di KFR sekaligus menyerap energi suci yang terpancar dari para mahluk tercerahkan yang ada di sini. Anda juga bisa menunjukkan hormat anda sesuai tradisi Tibet melalui pembacaan mantra, memutar roda doa dengan tangan anda, ikut serta dalam ritual pengitaran (sirkumambulasi), doa sujud, meditasi dan memberikan persembahan batu mantra, lilin, dupa, bunga, buah-buahan, makanan (vegetarian), minuman dan lainnya. Dan jika anda ingin mencari jalan yang tepat untuk mendalami praktik spiritual anda, pertimbangkan untuk bertanya pada salah satu pastor Buddhis kami, untuk belajar lebih lanjut tentang Buddhisme Tibet, ritual dan pujanya, atau sekedar meminta nasehat dan berkat.
Melarikan Diri Menuju Jantung Hati Alam Bebas
Terletak di dalam hutan di pinggiran kota kecil nan unik, yaitu Bentong, KFR juga memperjuangkan cinta kasih tak bersyarat bagi keseluruhan lingkungan hidup. Karena itu, anda mungkin bisa membaca dengan cermat daftar kegiatan dan inisiatif kami dalam mendorong pengembangan komunitas sadar dengan prinsip hidup yang berkelanjutan.
Hidup Spiritual Yang Terbaik
Dikelilingi keindahan alam hutan asri, akomodasi lengkap yang kami sediakan mampu membangkitkan perasaan positif dalam diri yang penuh kedamaian dan penyembuhan. ‘Manjushri Guest House’ dan ‘Dukkar Apartments’, keduanya memiliki fasilitas yang menjadikannya tempat singgah yang sempurna bagi semua, baik pengunjung individu, keluarga dan kelompok. Di sini, kebutuhan untuk mengistirahatkan diri dari kehidupan sehari-hari dan menikmati momen tenang untuk berkontemplasi, bermeditasi dan menyegarkan pikiran, tubuh dan keberadaan sepenuhnya, dapat terpenuhi dalam makna harfiah dan batiniah.
Bantulah Kami Membangun Masa Depan Yang Lebih Baik
Jika anda tertarik untuk mendukung Kechara Forest Retreat dan membantu kami, silahkan klik di sini untuk mencari tahu bagaimana anda dapat berkontribusi, atau klik di sini untuk mengenal lebih lanjut berbagai aktivitas sukarelawan fleksibel kami yang selaras dengan ketrampilan dan bidang yang anda minati. Setiap bentuk kontribusi sangat dihargai- biarpun besar ataupun kecil.
Acara-Acara Kami
Puja Agung Setrap
Perayaan Hari Waisak @ Kechara House
Belajar Melakukan Puja
Pembebasan Hewan
Pemberkatan Nikah
Legenda Rumah Keong
Sebuah pertunjukan teater dan tarian tentang kehidupan Lama Tsongkapa yang telah memenangkan penghargaan.
Renovasi Gompa Kechara House
Terletak di Sunwaymas Commercial Centre, Gompa Kechara House direnovasi pada tahun 2009 dan resmi dibuka tahun 2010. Terdiri dari empat ruko dalam keseluruhan, tempat ini bisa menampung sampai 700 orang.
Perjalanan Ziarah: Bodhgaya (2004)
Pada tahun 2004, lebih dari 60 orang ikut melakukan ziarah dengan saya menuju Bodhgaya, India, tempat dimana Sang Buddha mencapai pencerahan.
Ziarah: Biara Gaden (2006)
Gaden Lachi (Aula Doa Utama)
Pada bulan April 2006, saya memimpin kelompok yang terdiri dari 63 peziarah berkunjung ke Biara Gaden, biara tempat saya belajar sebelumnya, untuk mempersembahkan 3.000 patung Manjushri dan 3.000 setel jubah kepada anggota Sangha di Gaden. Perjalanan ini menghabiskan hampir satu tahun dalam persiapan, termasuk memesan 3.000 patung Manjushri, mengecat wajah-wajah patung, memasukkan mantra ke dalamnya, menjahit baju bagi setiap 3.000 patung Manjushri dan memesan pembuatan 3.000 setel jubah warna maron bagi para biksu.
Gaden Shartse
Zong Ladrang
Pada perjalanan ziarah kali ini, saya mengantar peziarah untuk bertemu dengan inkarnasi muda Yang Suci Zong Rinpoche di Ladrang (kediaman) beliau. Saya memberikan persembahan lengkap kepada Zong Rinpoche dan setiap peziarah memiliki kesempatan untuk menerima berkat dari beliau.
Phukhang Khangtsen
Rumah kediaman Geshe Phuntsok di Gaden Jangtse.
Ziarah-ziarah: Kathmandu, Nepal (2008)
Pada bulan Oktober 2008, saya mengantar sekelompok 61 peziarah ke Nepal untuk mengunjungi tempat-tempat suci di lembah Kathmandu. Melakukan ziarah ke Nepal merupakan pengalaman yang sangat berarti dan bagi beberapa orang, mampu merubah hidup mereka. Selama perjalanan, saya memberikan berbagai pengajaran Dharma untuk membantu peserta untuk meneguhkan motivasi yang benar. Saya juga memberi banyak penjelasan tentang pentingnya berbagai tempat suci yang sudah membuat perjalanan kami penuh makna dan daya.
Rumah Penginapan Kathmandu, Thamel
Kuil Chenrezig
Kapel Tara dan Thahity Chowk
Stupa Boudhanath di Boudha
Kapel Tara Yang Bangkit Mandiri di Pharping
Gua Guru Rinpoche di atas Kapel Tara
Kapel Vajra Yogini di Pharping
Stupa Mahaboudha di Patan
Kapel Bijaswari Vajra Yogini
Stupa Swayambunath
Tempat Pengajaran Manjushri
Gua Naropa di Pashupatinath
Link lain mengenai Avalokiteshvara:
- 7 FEET-1000-armed Avalokiteshvara arrived!!
- Avalokiteshvara, Turkey Swamp and Me.
- China’s Huge Buddha Statues
- 1000-armed Kuan Yin-Foo Hai Ch’an Monastery
- Falling down’s A Good Sign
- Holy Place of Kuan Yin
- Visiting the Huge Kuan Yin in Pinang
- Deaf, Blind and Mute transforms into 1,000 arm Chenrezig
- Sacred Mountain of Manjushri
- Chenrezig Ngesung Kundrol
- The Buddhist Protectors of Chinese Zodiac
- Mantras-Holy words of Power
Untuk membaca informasi menarik lainnya:
- Ritus Berlian: Sadhana Harian Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden – Pelindung Masa Kini (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Gyenze untuk Memperpanjang Umur, Meningkatkan Pahala dan Kekayaan (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Shize: Sebuah Praktik Untuk Penyembuhan dan Umur Panjang (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Wangze untuk Anugrah Daya Kuasa dan Pengaruh (Bahasa Indonesia)
- Dorje Shugden Trakze Untuk Menghalau Gangguan Ilmu Hitam & Makhluk Halus (Bahasa Indonesia)
- Proyek Pembangunan Stupa Relik Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- ALBUM: Upacara Parinirwana Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Lengkap) (Bahasa Indonesia)
- Parinirwana dari Yang Mulia Kyabje Tsem Rinpoche (Bahasa Indonesia)
- Dinasti Shailendra: Leluhur Buddhisme Mahayana di Indonesia (Bahasa Indonesia)
- Sebuah Doa Singkat Kepada Dorje Shugden (Bahasa Indonesia)
- Yang Mulia Dharmaraja Tsongkhapa (Bahasa Indonesia)
Please support us so that we can continue to bring you more Dharma:
If you are in the United States, please note that your offerings and contributions are tax deductible. ~ the tsemrinpoche.com blog team
DISCLAIMER IN RELATION TO COMMENTS OR POSTS GIVEN BY THIRD PARTIES BELOW
Kindly note that the comments or posts given by third parties in the comment section below do not represent the views of the owner and/or host of this Blog, save for responses specifically given by the owner and/or host. All other comments or posts or any other opinions, discussions or views given below under the comment section do not represent our views and should not be regarded as such. We reserve the right to remove any comments/views which we may find offensive but due to the volume of such comments, the non removal and/or non detection of any such comments/views does not mean that we condone the same.
We do hope that the participants of any comments, posts, opinions, discussions or views below will act responsibly and do not engage nor make any statements which are defamatory in nature or which may incite and contempt or ridicule of any party, individual or their beliefs or to contravene any laws.
Please enter your details